Saturday, 2 December 2017

Review: Talking to My Daughter About the Economy: A Brief History of Capitalism



"Ekonomi tak pernah semenarik dan sepenting itu sampai membaca Yanis Varoufakis."


Buku bersampul merah oranye ini tidak butuh dua kali pikir untuk masuk dalam daftar belanjaan saat mengunjungi Kino kemarin. Sebenarnya saya juga nggak tahu judul ini kalau nggak ngintip stories mas Wisnu di Inggris sono. Judulnya nggak menggugah amat. Talking to My Daughter About the Economy: A Brief History of Capitalism. Cuman nggak ada ekspektasi apa-apa saat itu. Satu hal yang saya yakini, buku ini lumayan bagus-pasti-isinya.

... Dan benar saja, sejak membaca babak pembuka, tidak butuh waktu lama untuk saya segera menamatkan buku ini. Karena storytelling yang memukau dan Yanis mampu memberikan informasi bermutu di saat yang sama. Benar-benar asyik. Serasa dapat kuliah 1 sks soal ekonomi gitu. Hahaha.

Buku ini cocok nih, kalau kamu pengen baca buku yang "ringan" tapi bahasannya menantang & mencerahkan seperti ekonomi (dalam buku ini). A-Z kapitalisme diceritakan dengan tuturan cerita yang asyik dan menggelitik.



Seseorang belum menguasai sepenuhnya bidang yang ia geluti (andai dia seorang profesor, atau akademisi, atau apa lah, seorang aktor film mungkin), jika ia belum dapat menjelaskan pemahamannya sesimpel mungkin kepada orang lain. Lalu orang lain pun bisa ngikutin.

Lewat buku ini kita akan sama-sama mengikuti perjalanan sang ayah yang sedang bercerita kepada anaknya tentang asal muasal kapitalisme. Iya betul, semacam Sejarah Dunia untuk Pembaca Muda karya Gombrich. Just sit and chill out.***


Apple, Amazon, Facebook, dan Google, belum lagi yang lain. Kita mengenal dunia kapitalis yang berpusat pada seberapa banyak keuntungan yang dihasilkan untuk korporasi. Tapi bagaimana kita sampai menuju ke arah tersebut? Yanis-yang juga menteri Yunani, iya Yunani yang terpaksa harus menerima bail out, karena bangkrut beberapa tahun silam-menjabarkan soal mengapa ketidakadilan bisa lahir, dua macam nilai yang dikenal manusia, lahirnya market societies hingga usaha "menjinakkan" raungan kapitalisme.

Pertama-tama ada experiential value dan exchange value.

Di awal-awal sebelum era kapitalis tiba. Experiential value dirasa dimaknai kebanyakan orang dibanding exchange value. Ditolong orang saat tanganmu kejepit roda sepeda misalnya. Tanpa pamrih mendonorkan darah di PMI.

Keadaan sedikit demi sedikit berubah ketika segala sesuatu dijadikan komoditas, semua (barang, jasa) diberi label harga pasar, yang merefleksikan seberapa besar exchange value yang bisa diberikan.

Tapii, please, jangan minta gratis apalagi harga temen yang "bikin miris" juga pas make jasa teman atau kenalan. Ok, saya nggak mau terkesan menggurui.







Significant moment in the book:

"Oscar Wilde wrote that a cynical person is someone who knows the price of everything but the value of nothing. Our socities tend to make us all cynics. And no one is more cynical than the economist who sees exchange value as the only one value, trivializing experiential value as unnecessary in a society where everything is judged according to the criteria of the market."


Lewat cerita dan lebih banyak penjelasan yang seru, contohnya di "Haunted Machines" sang penulis mengajak pembaca (termasuk si Xenia, anaknya) melihat efek dari penggunaan teknologi di market societies bertendensi memperbudak orang-orang di dalamnya ketimbang membebaskan. Saat ini kita sudah nggak asing lagi. Denger dan lihat di sosmed. Tentang kemampuan robotik yang semakin hari semakin mirip manusia. Jangan-jangan kelak pekerjaan manusia akan dihapuskan, karena lebih mudah dikerjakan oleh robot. Nggak butuh istirahat dan nggak bakalan capek kerja. Minim tuntutan. Bisa kebayang kan: Industri masa depan yang gemilang.

Tapi di saat yang sama jangan lupa kisah Frankenstein, Blade Runner, yang juga baru saja rilis sekuelnya, jangan sampai teknologi ciptaan manusia jadi bumerang (istilahnya). Nah si penulis mengupas film The Matrix.

(Sesaat setelah menamatkan buku ini, saya kemudian menonton The Matrix (1999), dan luar biasa, film ini bagus banget, iya betul, itu film udah lama bangeet, tapi nggak apalah, lebih baik telat, daripada nggak, ya.)

Situasi dimana AI (komputer) yang menjadikan manusia sebagai budak. Untuk diambil energi hasil metabolismenya. Karena bila tidak diberikan ruang untuk hidup, berekspresi, manusia bakalan stres dan terlebih itu, pasti nggak mau kan dikerumuni kabel-kabel, hanya untuk diambil panas tubuhnya. Makanya si AI merancang sebuah sistem, dimana manusia tetap nyambi ngapain, kerja, dll, tapi realita tersebut hanya dimainkan di pikiran. Aslinya mereka ada di dalam semacam peti berisikan cairan yang menyuplai nutrisi, tanpa pernah tahu keadaan sebenarnya seperti apa.

Tapi tentu saja, sebagai seorang ahli ekonomi, penulis punya pendapat tentang situasi tersebut. Andai kata. Mesin dan lebih banyak mesin yang terpasang. Lalu nggak ada pekerjaan lagi buat masyarakat kebanyakan. Lalu produk tersebut akan dibeli siapa? Kan udah nggak ada income tuh ceritanya. Jadi penggunaan 100% mesin juga nggak ngaruh akan meningkatkan jumlah profit yang didapat kan.

Kira-kira itu situasi rumit yang mungkin jadi skenario, kalau human labour disingkirkan. Jawaban dan lebih banyak lagi hal-hal yang dielaborasi penulis bisa Anda temukan di dua bab terakhir. The Dangerous Fantasy of Apolitical Money dan Stupid Viruses?

Buku ini saya rekomendasikan untuk dibaca. Bagi Anda yang gemar membaca buku nonfiksi yang bagus, penikmat ekonomi, atau seseorang yang penasaran bagaimana kapitalisme bekerja, dan ingin tahu cara bertahan-bahkan-menjadikannya lebih manusiawi, ini buku yang wajib Anda baca.



Saturday, 30 September 2017

Review Buku Ratu Sekop karya Iksaka Banu (2017)

storytelling yang memikat.


Setelah beberapa tahun memenangkan penghargaan Kusala Sastra 2014, Iksaka Banu kembali hadir menyapa pembaca lewat karya terbarunya di Marjin Kiri. Berbentuk kumpulan cerita pendek. Semua cerpen yang ada memiliki benang merah yaitu kisah yang kelam. Noir. Tidak butuh lama, saya menandaskan "Ratu Sekop". Iksaka Banu at his best. Buku ini menjadi pamungkas dan favorit saya di bulan September. Bila saja Ratu Sekop masuk dalam penjurian Tokoh Sastra Tempo tahun 2018. Saya kira tak berlebihan karya ini adalah salah satu yang patut diperhatikan.



Jumat kemarin. Tanggal 29 September 2017. Saya mendapat buku ini dari salah satu penjual buku daring paling keren sejagad instagram. Terima kasih mas Jamal. Di tulisan ini saya akan membagi sedikit pembacaan Ratu Sekop. Semoga suka.



Pertama-tama. Obviously. Karya Marjin Kiri bagi saya selalu masuk kategori: wajib beli. Hitungannya apa yang diterbitkan oleh mas Ronny selalu berkelas. Salah satunya buku ini.

(c) instagram Marjin Kiri.


Mari kita membahas dahulu mulai dari yang paling luar. Judulnya terbaca: Ratu Sekop dan cerita-cerita lainnya, dengan cetak tebal di kalimat pertama. Kemudian di depan latar warna krem, sesosok ratu sekop seperti yang ada di kartu remi nampak memegang dua benda di tangannya. Look at this cover. Pasti ini cerita yang nggak-nggak. In a good way. He-he-he. Pistol ala film sains fiksi di tangan sebelah atas. Kabel colokan pemanas nasi di tangan bawah. Dari pemandangan sampulnya saja, imajinasi kita seakan dipicu, sebelum sajian utama dihadirkan. Di bagian sampul belakang, tangan si ratu dengan anggun memegang belati dan clapper board. Hmm.



Ikasaka Banu membuka perhatian kita dengan dua cerita, "Film Noir" yang menghentak dan "Cermin". Setelah menghabiskan "Film Noir," saya kira cerita ini adalah salah satu master piece dari karya beliau. Begitu pula setamat Cermin. EPIK. Itu yang secepat kilat keluar dari benak saya. Duo cerita ini langsung membuat saya tidak butuh lama untuk segera menuntaskan isi Ratu Sekop dalam waktu singkat.



Kedua cerita ini saja sudah berhasil membuat saya semriwing.



Dilanjutkan dengan cerita "Superstar". Di sini, saya lantas menemukan mood cerita mas Banu. Oh, kesan noir itu yang seperti begini. Apa yang hendak ditampilkan dalam keseluruhan cerpen di buku ini.



Kemudian ada "Listrik". Twist yang bikin saya berpikir, "Ok.. Something just like this.. Keren endingnya.."



Lalu ada cerita "Belati", yang membuat saya beberapa kali harus membaca lagi bagian-bagian tertentu. Serasa membaca cerita detektif.



Hal lain yang ingin saya sampaikan di tulisan ini adalah membaca cerita pendek Iksaka Banu yang terkumpul dalam buku ini benar-benar greget. Ibaratnya kita sedang menonton sebuah film dalam imajinasi kita. Sangat puas dengan penggambaran dan detail-detail cerita yang disampaikan lewat sudut pandang orang ketiga. Serba tahu.



"Jubah" pun membacanya memberikan kesan yang cukup dalam. Sempat hening beberapa saat sebelum saya lanjut.



Kembali dengan "Ratu Sekop" yang memberikan twist yang juga menarik.



Hal yang sama juga dengan "Lelaki dari Negeri Halilintar".



Pembacaan saya yang pertama berhenti di cerita "Undangan Seratus Tahun". Endingnya juga nggak kalah menyayat hati. S e d i h.



Malamnya. Saya menonton bincang buku Iksaka Banu di Cak Tarno Institute. Sila cari di facebook beliau. Mas Banu bercerita soal mengapa ia kemudian harus menerbitkan buku ini. Kapan beliau menulis cerita-cerita yang "berbahaya" ini yang kemudian dimuat di Matra. Kehidupan beliau yang turut menyumbang sebagian besar daya kreatif miliknya.



Harfiyah Widiawati, Sang pembedah buku menuturkan apa saja yang tersirat di Ratu sekop dengan gamblang. Rasa-rasanya masih aman. Pikir saya waktu mendengarkan bincang buku tersebut. Sebelumnya saya melihat sedikit film-yang lagi ramai akhir-akhir ini-sebentar karena kepo. Lengkingan musik latar yang menyayat. Keesokan harinya, memang betul, dari musiknya saja sudah begitu meneror yang nonton. Benar saja. Penata musik diminta sutradara memasukkan unsur musik horor di film tersebut. Lengkapnya. Sila. Baca Jawa Pos Sabtu 30 September 2017.



Hari ini, Sabtu 30 September 2017, melanjutkan pembacaan kedua, "Vertigo" dan "Sniper", sudah agak terbaca pola ceritanya. Meski harus diakui "Sniper" tersebut saya kira termasuk dalam cerita yang paling saya sukai. Begitu intens. Begitu padat cerita yang dihadirkan.



Dari cerita-ceritanya, Iksaka Banu, bisa kita akui sebagai pencerita yang ulung. Dengan keterbatasan tempat, karena umumnya dimuat di majalah dan koran, sosok lulusan desain ITB ini mampu meletakkan bangunan cerita lewat detail mengagumkan dan lukisan cerita yang sarat simbol dalam setiap kisahnya. Membuat kita sebagai pembaca begitu disenangkan dan kenyang dengan apa yang disajikan.



Istana gotik. Sekali lagi hati ini seperti terparut karena cerita yang mengundang rasa haru itu.



Terakhir, "VIP", cerita berbalut sains fiksi ini memberikan nuansa tersendiri, dibanding yang lain. Mungkin karena cerita terakhir di buku setebal 189 halaman tersebut. Perjalanan si "aku" sudah tidak begitu mengejutkan karena sudah kudengar pembahasan ceritanya di acara Cak Tarno itu.



Lesson learned: sebaiknya membaca tuntas sebuah buku sebelum ikut dengar bincang buku. Apalagi kalau yang dibicarakan buku fiksi. Kilasan cerita yang dibeberkan bisa saja sudah mengandung unsur-unsur kejutan dari cerita itu. Tapi bila tidak memungkinkan untuk membaca buku tersebut. Mau bagaimana lagi. He-he-he.



Ratu sekop saya rekomendasikan kepada penggemar sastra Indonesia. Khususnya penikmat karya mas Iksaka Banu. Terlebih itu ini seperti hadiah buat semua pembaca di Indonesia. Salam buku itu seru.

Review Buku Semua Untuk Hindia karya Iksaka Banu





Semua Untuk Hindia

Oleh Iksaka Banu


Buku Semua Untuk Hindia sudah pernah saya lihat di resensi media cetak namun terlewat begitu saja karena kelihatannya tidak umum dan gambar sampulnya yang cukup “seram”. Karya Iksaka Banu ini baru saya coba baca setelah memenangi Kuala Sastra Indonesia 2014. Kemenangannya disebabkan oleh keaslian karya dan tema yang tidak biasa. Terima kasih atas kemajuan teknologi beberapa menit kemudian saya sudah bisa membaca beberapa halaman awal dan termanggut-manggut sebab buku ini layak diapresiasi.

Semua Untuk Hindia merupakan kumpulan cerita pendek bertemakan sejarah, disini pembaca seakan diajak ke sebuah mesin waktu menjelajahi bumi nusantara. Beragam cerita yang mengharu biru, mengenaskan, penuh tragedi, dan menyentuh akan kita jumpai disini. Para pembaca dapat mengikuti apa saja yang terjadi saat itu, pemikiran para pendatang dan interaksinya dengan warga lokal. Semua cerita disini mampu menghadirkan pembaca ke tengah-tengah kejadian. Kita seakan dapat ikut berjalan di jalanan yang gelap nan mencekam, terdampar di tengah lautan, bahkan berdiri memandangi sebuah pembantaian.

Buku ini seperti mengajak pembaca untuk sesekali melihat ke belakang, memandang kehidupan masa lampau sejenak bukan sekedar bernostalgia namun mengambil makna-makna kehidupan yang terpendam seraya mensyukuri kehidupan kita di saat ini.

Wednesday, 30 August 2017

(Review Buku) Jangan Salah Pilih Pasangan. Ayah Edi (2017)


Ketika Mencari Soulmate Ada Panduannya.



Buku baru Ayah Edi. Terbitan Noura Publishing

Kalau teman-teman banyak yang terbantu dengan kehidupan parenting lewat sharing beliau di media sosial. Ceilah ((terbantu)). Ternyata Ayah Edi juga menulis buku buat para pembaca yang masih jomblo loh. Tenang nggak terbatas buat yang masih single. Semua bisa baca kok. Dari orang tua sampai guru BK. Mulai dari kamu, iya kamuu, yang lagi duduk di smp, kuliahan, atau kerja. Kamu yang lagi membangun karir dan sibuk memperluas "jodoh funnel" kayak yang dibilang Om Piring kemarin :). Buku yang satu ini bisa jadi perlu kamu beli dan baca.



Buku terbaru Ayah Edi, saya habiskan di kesempatan kedua. Pas pertama buku ini dilepas segelnya, kok bahasannya kurang nendang ya. FYI, ini buku Ayah Edi yang pertama saya baca. Saya belum banyak baca buku parenting. Trust me. Tapi setelah kamu baca "Jangan Salah Pilih Pasangan". Mungkin rak "parenting", "psikologi" bakal jadi rak pertama yang kamu tuju di tokobuku.

Isi bukunya

Long story short. Selesai juga bacanya. Bacanya cepat aja. Ngalir aja gitu. (Niaat sih). Terbitan Noura ini tidak terkesan menggurui, bahkan semua pembahasan, cerita, begitu relevan dengan kehidupan generasi milenal. Ayah Edi memang menulis khusus buat mereka yang saat ini sedang mencari pacar, bahkan pasangan hidup. Temukan soulmate sejatimu ditulis dengan cair, tertata dengan apik, dan informatif.


Benang merah yang terjalin di buku ini adalah how to prepare your marriage. Caranya adalah dengan PDKT yang benar. Susah? Jangan nyerah dulu. Ayah Edi dengan baik hati menuliskan panduannya dari step paling awal hingga gimana mencari restu orang tua. Materinya kalau boleh dibilang bagus banget. Mencerahkan lah pokoknya. Asli.


Dari bahasan yang disampaikan Ayah Edi, saya paling terkesan dengan bab 6. Bab belajar hadapi masalah dan konflik. At the end Ayah Edi ngasih tahu, pas masa pendekatan lebih baek coba kamu "korek" kebiasaan sehari-hari pasanganmu. Mungkin kesannya sepele. Tapi trust me. (Ayah Edi, maksudnya, dia yang bilang, gitu) hal-hal yang dianggap remeh bisa berkembang jadi masalah besar setelah menikah.

10 pertanyaan penting

Ada 10 pertanyaan penting sebelum melangkah ke next level nih. Mulai dari apa dia ngorok saat tidur?, apa dia punya aturan dalam memencet pasta gigi?. Apalagi? Apa dia punya aturan soal penggunaan kloset dan kamar mandi? terus perhatikan bagaimana gaya marah si doi? diam, ngambek, nyinyir, nyindir, ngomel panjang lebar, atau meledak-ledak? sampai dia lebih suka santai di rumah ato jalan-jalan? Apakah dia tim makan bubur ayam diaduk atau sebaliknya? Apakah dia makan soto ayam dicampur nasi atau nggak? (dua ini nggak masuk di buku kok gaes)


Intinya Ayah Edi mau ngasih tahu, baeknya pas masa pendekatan dipakai buat "Questioning Everything", kayak judul buku Tomi Wibisono, Warning Magz. Ada 1 kopi di tempat saya. Cek instagram @ksatriabuku. Anyway, baca buku ini kayak nyambungin puzzle yang sebelumnya saya punya. Beberapa waktu lalu. Saya pernah dengar Jeffrey Rachmat bicara sepintas. Nyinggung tentang hidup gitu. Dia bilang kunci berhasilnya seseorang dalam hal ini bagaimana seseorang membina keluarga, "Waktu dating itu pakailah sebanyak mungkin buat Ask Question". Nanya apaan? Contohnya itu tadi. Pertanyaan yang Ayah Edi beritahukan di atas.


Yang pasti semua materinya berkesan. Ayah Edi baek banget ngasih bimbingan dan share pengalamannya lewat buku ini. Bapaknya konsultan parenting dan penggagas gerakan "Indonesia Strong from Home".

Keluarga berencana. Apa dua cukup. Heiyya.

Oya, yang lebih makjleb lagi itu di Bab 8, "Menjadi orangtua harus direncanakan". It make me really think. Jadi orangtua itu butuh belajar. Butuh yang namanya perencanaan. Termasuk mau punya anak berapa. Jarak anak pertama sama kedua. Ayah Edi bilang gini,"Anak bukan efek samping perkawinan. Anak adalah titipan Tuhan serta buah cinta pasangan yang menikah atas nama Tuhan. Sungguh menyedikan bila ada orang yang menganggap anak hanya efek samping atau "risiko" perkawinan."


Buku ini saya rekomendasikan untuk semua orang yang peduli dengan pendidikan anak, orangtua, guru, siapapun yang tertarik membaca buku soal "relationship". Salam buku itu seru.


Nb: "baek" yang ditulis di atas maksudnya "baik". Tapi dengan pengucapan khas Makassar~. Coba lagi, kamu baca dari awal.

Jika kamu punya rekomendasi buku soal relationship yang menarik, please bisa berbagi di kolom komentar di bawah ini.

Sunday, 20 August 2017

Jokowi Melawan "Debt Collector" Salim Haji Said - Review


Catatan politik membedah kekuasaan dan masyarakat.




Terbitan Penjuru ilmu ini saya temukan secara tidak sengaja sebenarnya. Buku setebal 253 halaman tersebut berisikan catatan politik seorang ilmuwan politik Indonesia yang berusaha membedah kekuasaan dan relasinya pada masyarakat. Rangkuman peristiwa yang dikomentari, diberi konteks, dan terlebih itu menyajikan pendapat khas jurnalis yang kritis. Pembacaan buku ini sarat dengan informasi. Tambahan pula kumpulan kolom dan komentar Salim Haji Said ini boleh dibilang sebuah oase bacaan sospol kekinian yang ditulis dengan gaya dan pandangan yang menarik.

Monday, 14 August 2017

Jump! Augie Fantinus - Review



Sebuah Perjalanan yang Mengesankan.

Akhirnya Jump! ada di tangan saya. Tepat di tanggal 10 Agustus kemarin buku ini akhirnya dikenalkan ke publik. Beberapa hari selang launching buku Ernest Prakasa "Setengah Jalan" di ASEAN Literary Festival 2017. Jump! Isinya seru. Bisa selesai sekali duduk saking serunya.

Saya sendiri penikmat basket nasional sejak kerap nonton gelaran NBL (liga basket profesional nasional, waktu itu) di Jogja. Meski nggak terlalu merhatiin liga basket wanita, WNBL, saya ikut senang dengan prestasi membanggakan yang ditorehkan timnas putri kita di SEA Games lalu. Medali perak berhasil didapatkan para srikandi kebanggaan Indonesia.



Makanya saya penasaran banget. Mendengar kabar Augie Fantinus, artis, presenter, membukukan pengalamannya menangani Timnas Basket Putri di SEA Games 2015.

Di buku ini, kak Ugie, bercerita perjalanan dirinya megang Timnas Putri. Suka duka semuanya ditulis di sini. Kadang senang, haru, emosi, itu bisa kita rasakan waktu baca buku dengan sampul terkece tahun ini. Bisa menang nominasi sampul favorit ni di acara GRI akhir tahun. Hehehe.

Selain itu, apa yang saya suka dari Jump! adalah kejujuran Kak Ugie dalam menuliskan memoarnya. ((Memoar)). Pokoknya ini buku B-First pertama yang saya suka banget. Kak Ugie blak-blakan banget mencurahkan pemikirannya di buku ini.

Cerita Augie yang ngalir bikin saya menikmati baca buku dari lini Bentang Pustaka. Mulai dari impiannya punya klub basket, direkomendasi sama Ko Christopher buat jadi manager tim nasional, sampai tegangnya pertandingan SEA Games di Singapura. Pokoknya ini paket lengkap. Cerita dari dalam dan luar lapangan. Menariknya juga. Selalu ada banyolan-banyolan yang bikin ingat, ini bukan buku motivasi kayak yang lain gitu. Ini lembaran cerita hidup kak Ugie. Seorang pencinta basket, yang dari penonton akhirnya jadi manajer timnas Indonesia. Gokil.

Jump! saya rekomendasikan bagi pencinta basket nasional. Penikmat buku kisah inspiratif.  Pokoknya semua orang yang menyenangi olahraga, wajib baca buku ini. Ciao!


Salam #Respek buat Augie Fantinus.



Saturday, 5 August 2017

Review #JK75 Cerita Tentang Kalla (2017)





Diterbitkan di medio Mei silam, #JK75 diniatkan menjadi persembahan wartawan kepresidenan untuk ulang tahun Jusuf Kalla yang ke tujuh puluh lima tahun ini. Buku ini mengungkapkan sisi humanis sang Wapres yang mungkin jarang kita perhatikan di pemberitaan media. Salah satunya JK kerap menyapa para wartawan yang sudah menunggu lama menunggu doorstop dengan berkata, "sudah makan?", "baek?" dengan logat khas Makassar.



Selain kedekatan beliau dengan awak media, lewat cerita yang disajikan, JK juga meluangkan waktu menyambangi sahabat baik mulai dari pimpinan negara hingga teman yang sedang terkena kasus hukum, Irman Gusman, mantan ketua DPD RI.


Lewat #JK75 Cerita Tentang Kalla, pembaca dapat menemukan keseharian aktivitas JK. Mulai dari kegiatan resmi di pemerintahan, aktivitas bersama keluarga, dan relasi dengan orang-orang di sekitarnya. Meski di dalamnya kerap ada tulisan yang tumpang tindih, saya tetap menikmati membaca buku bersampul dominan putih dengan siluet wajah pak JK. Tulisan yang ditawarkan mengena dan mampu memberi penerawangan bagaimana kiprah sosok berkumis tipis yang angkat nama lewat Kalla Grup tersebut.

Baca juga: 6 Hal Unik dari sosok Pak JK (1)

Saya kira, sudah banyak buku sejenis yang mengupas sepak terjang JK, mulai dari waktu Pak JK Wapres pertama, berjibun buku yang bertemakan sosok penggerak kemajuan Kawasan Indonesia Timur itu. Namun buku yang satu ini agaknya istimewa. Mereka para penulis, adalah orang-orang dekat JK yang mengikuti berbagai aktivitas beliau selama bekerja sebagai Wakil Presiden RI. Insan yang merasakan dengan hati dan bersinggungan dengan jarak dekat dengan bapak. Sehingga sampai tahu kebiasaan pak JK. Meraba mood bapak, jika sedang santai, dan lebih-lebih memberikan pendapat yang dinanti-nanti (untuk ditulis, tentunya).

Baca juga: 6 hal unik Pak JK yang mungkin belum kamu tahu.


Sebelum buku ini terbit. Kita juga sudah memiliki buku bertema sejenis. Adalah Tetralogi Pak Beye milik Wisnu Nugroho yang menjadi pelopornya. Bang Inu-sapaannya, dengan telaten mengulik keseharian istana dan berhasil menunjukkannya lewat tulisan yang menggelitik di buku-bukunya yang terhitung laris.



Buku ini saya rekomendasikan untuk Anda yang kepo dengan keseharian orang nomor dua di negeri ini. Seorang sosok pemikir yang mengabdikan dirinya untuk kemajuan bangsa dan khususnya sektor ekonomi Indonesia, jika bisa disebutkan seperti itu. Selain itu, Anda semua yang menyenangi buku bertema biografi.



Monday, 17 July 2017

(Review) Quiet Leadership: Winning Hearts, Minds and Matches by Carlo Ancelotti

"Membongkar isi kepala Don Carletto"




Membaca buku ini membuat saya respek akan keberhasilan tim AC Milan sewaktu masa jaya di era milenium. Sebagai fans Inter (saya merasa begitu) waktu itu, saya cukup heran akan keberhasilan mereka. Sekarang apa yang menjadi ramuan keberhasilan tersebut dengan gamblang bisa kita temui di buku ini. AC Milan adalah keluarga bagi sang manager. Membangun tim dengan titian rasa, bukan sekadar mengambil jalan pintas meraih megabintang dari klub latin, misalnya.

Jika dibandingkan dengan Leading milik Sir Alex, Quiet Leadership terkesan monoton, banyak repetisi, dan kurang mengungkap bumbu-bumbu dalam dunia sepakbola. Saya berharap kelak Don Carlo akan membuat buku semacam itu.

Bapake hampir melatih Liverpool. Uhukk.. Realita di lapangan (baca: pemain mokong): santapan sehari-hari yang harus dihadapi pelatih. Berlusconi memang terlalu! itu semua membuat membaca buku ini terasa penuh kegembiraan dan sedikit kekecewaan. Karena itu tadi, bukunya terasa singkat.


Sebagai hasil akhir membaca buku ini. Saya bisa mengambil simpulan. Jatuh bangun sebuah klub bola. Bukan hanya dari identitas klub itu semata. Tapi sebagian besar oleh kiprah para pemain. Sisanya adalah kerja keras sang pelatih di dalamnya.


Sharing berkelas dari sang master ini merupakan bacaan yang taktis. Banyak hal yang bisa diambil sisi positifnya. Di tiap akhir bab, tersedia poin pembelajaran yang bisa diadaptasi dalam kehidupan sehari-hari. Carlo Ancelotti saat ini memimpin tim asal Jerman, Bayern Munchen, sepeninggal Pep Guardiola. Mantan playmaker handal AC Milan ini berupaya mengangkat pamor Munchen ke tingkat tertinggi eropa.

Buku ini saya rekomendasikan untuk penggila klub AC Milan dan khususnya penikmat bacaan bertema olahraga.

Thursday, 13 July 2017

(Book Shop Travel) Penang.

Seperti yang saya ceritakan di artikel sebelumnya, salah satu bucket list saya ke Penang untuk melihat tokobuku. Melengkapi wishlist dan membawa pulang buku baru. Kedua niatan itu memantapkan saya untuk pergi ke Penang. Sekalian checkup kesehatan.

Inilah beberapa tempat yang saya kunjungi. Semoga bisa menjadi referensi tujuan ketika kamu jalan-jalan ke Penang.


Di Gurney Mall ada MPH.

Saya mampir ke MPH di hari pertama tiba di Penang. Setelah mengisi perut dengan mi pangsit. Kami keliling Gurney Mall.

Sebelahan dengan outlet Digi. Setelah kamu beli paket data disana. Kamu bisa melihat koleksi buku MPH. Bagi saya pribadi. koleksi bukunya lumayan, buku-buku rilisan terbaru bisa kamu dapatkan disini. Space toko buku ini terbilang besar di Penang.



20170707_151609
Saya membeli buku “Quiet Leadership” milik Carlo Ancelotti. Lumayan, terhapus satu judul dari wishlist saya.
Seksi Fiction & Literature ada dua tiga rak lebih, tapi buku sastranya terbilang dikit. Sehari sebelum pulang, saya menyempatkan mampir lagi. Cuman saya sudah tidak terlalu mood mengeksplor rak MPH.
20170707_151450

***
Di dekat Gurney Mall, bersebelahan dengan sebuah hotel, cukup jalan kaki beberapa ratus meter ke Gurney Paragon Mall. Nah di lantai 5 mall dengan arsitektur klasik ini ada tokobuku “Times“. Koleksinya terbilang lumayan, tapi spacenya kecil.

Di Times saya melihat dua buku menarik, antara Panama Papers dan The View from The Cheap Seats. Akhirnya saya memilih Panama Papers.

Yang menarik di Times adalah kamu akan melihat kutipan-kutipan menarik dari para pengarang dunia ditaruh di bagian atas toko.
***
Agak ke arah timur, tepatnya di Queensbay Mall, kamu bisa mampir ke Borders.

20170706_205036
Koleksinya lumayan, rilisan update kayak dua tokobuku sebelumnya. Cuman space Borders relatif kecil. Setelah asyik lihat-lihat buku, kamu bisa santai ngopi di Starbucks.

Di sini saya membeli The Rules of Life. Richard Templar. Wishlist sewaktu lihat buku ini dibaca sama Bong Chandra.

***

Terakhir, bertepatan di tanggal 7 Juli kemarin, hari libur Situs Warisan Dunia UNESCO, membuat kota Penang lebih sepi ketimbang biasanya.

Sembari jalan-jalan ingin mencari oleh-oleh, saya dan keluarga pergi ke Chowrasta Market. Dari sana sembari keliling melihat George Town yang kanan kiri penuh bangunan kolonial, sampai juga di Jl Masjid Kapitan Keling.

Letaknya di dekat plang informasi Situs Warisan Dunia UNESCO, dan berjarak beberapa lemparan batu dari bangku duduk dari aspal. Tersembunyi kedai buku mungil yang kerap disambangi pejalan, nama tokonya Gerak Budaya.

20170707_113329
Siang yang cukup terik itu, akhirnya menampakkan hasil, saya berhasil mampir ke tujuan utama saya di Penang. Ibarat memasuki dunia ajaib, denting bel yang terdengar, menandakan saya resmi menginjakkan kaki di Gerak Budaya.

Waktu itu tak ada siapapun disana. Seorang auntie duduk di kasirnya tampak menunggu pengunjung. Saat saya masuk, dia hanya meminta adik saya untuk menutup kembali pintu. Pintanya dengan nada yang ramah.

Koleksi bukunya boleh dibilang lengkap. Satu ruangan penuh harta karun. Saya diburu waktu seperti biasanya. Sehingga tidak sempat menelusuri satu demi satu buku di Gerak Budaya.

Keungggulan GB dibanding tokobuku lainnya adalah disini koleksi sastranya jempolan.
Selain itu koleksinya dijamin bagus, karena dikurasi oleh sang pemilik.

Tokobuku dengan moto “We are passionate about the books that matter” ini rasanya lebih asyik ketimbang tokobuku lain. Di sana rasanya agak segan menanyakan judul buku yang kita inginkan. Meski buku Juan Pablo Villalobos tidak saya temukan di Gerak Budaya, saya cukup senang bisa mampir sebentar.

Orang-orang Indonesia kerap mampir di sini kata Auntie. Kamu bisa melihat novel-novel milik Pramoedya, Eka Kurniawan, dan sederet novelis lokal di sisi paling kanan. Rak fiksi dan literatur yang berada di sisi kiri kedai.

Sembari membuka obrolan, dia menanyakan dari mana asalku. Ternyata Auntie mengira saya berasal dari Filipina. Secepat kilat, ku jawab dari Indonesia.

Setelah tahu dia langsung menunjuk salah satu bookmark bergambar Pramoedya. percakapan singkat berlanjut. Saya mencoba kepo kapan Gerak Budaya buka di Indonesia. Sayangnya rencana GB membuka toko di Jogja, belum ada kepastian.

Tampaknya belum ada solusi soal sewa tempat. Pihak penyedia tempat ingin sewa tempat jangka panjang sekaligus. Itu yang saya tangkap dari percakapan singkat siang itu.

Sebagai kenang-kenangan saya telah mampir, sebuah buku Jhumpa Lahiri “Interpreter of Maladies” saya ambil. Harganya nggak jauh beda dengan MPH, Borders, Times, pokoknya. Bonus bookmark gratis juga. Tanpa ragu saya memilih bookmark Jhumpa Lahiri dan Pamuk. Kan cuman beli satu. Kalau dua, tiga, kayaknya boleh ambil semua satu
 .
Sebelum mampir saya mencari info Gerak Budaya di sini.
Oiya, Gerak Budaya juga dinobatkan sebagai tokobuku terbaik di Penang. Jadi bila kamu berkesempatan main ke Penang, jangan kelewatan untuk berkunjung ke tempat ini.

Sunday, 18 June 2017

Berbagi Kisah Merawat Kirana. Resensi Buku "Happy Little Soul" @retnohening (2017)




Asyikk. Kirana lagi ke Indonesia.



Mungkin berkunjung ke kampung halaman sekalian mudik orangtuanya, pikir saya.



Oh iya, saya sedang membicarakan anak perempuan mbak @retnohening, sosok kecil menggemaskan yang videonya di instagram sangat lucu. Aduhh meski nggak follow akun mbak Retno setiap kali melihat Kirana, saya pasti happy. Poninya itu loh duuh gemesin.

Friday, 16 June 2017

Ulasan Buku Prie GS "Waras di Zaman Edan" Bentang Pustaka (2013)




Lewat "Waras di Zaman Edan" kita diajak melihat hal-hal sederhana yang sering luput dalam kehidupan.

Di buku ini penulis terkesan lebih bebas mengobrolkan kesehariannya, ini itu diungkap dengan ceplas ceplos khas Prie G.S. Selain itu saya juga terkesan dengan kepiawaian bapak dalam menulis. Hal-hal sederhana mampu dituliskan dengan gaya yang sedemikian menarik. Tampaknya ini adalah bentuk rasa yang dicapai ketika berhasil menulis dengan jam terbang yang tinggi.


Contoh. Ketika Pak Prie menulis tentang kerupuk.

"saya belum pernah menemukan jenis pemekaran yang seagresif kerupuk saat sudah jatuh di bejana penggorengan." hal 217.

Lebih lanjut, kerupuk memang begitu diinginkan seseorang saat makan selain tentunya sambal yang mengigit. Sambal apapun itu. Sambal colo-colo yang diberi perasan jeruk secukupnya. Sambal teri. Sambal cabe hijau sampai sambal terasi brambang tomat ala warung SS.

"Ia memberi sensasi seperti halnya pedas. ia memperdayai dan menipu lidah. itulah kenapa, bagi penggemarnya, gabungan antara pedas dan kerupuk adalah duet yang menggemparkan."

Hingga sampai pada kesimpulannya. Penulis mengajak kita pembacanya untuk tidak berkonsentrasi pada sensasi ala makan kerupuk itu.

"Kerupuk memang sensasional, tetapi satu soal yang harus disepakati: ia ramai di mulut, tetapi rendah di gizi." Nah loh. Mantap kan.

Buku ini sendiri adalah buku kedua Prie G.S yang saya baca. Pertama itu "Menjual Diri: Bertemu Diri. Bertemu Makna. Bertemu Sukses." Bukunya sudah kerap kali saya lihat di tokobuku dekat rumah. Kondisinya sudah tidak disegel. Hingga saat kemarin saya beli, kondisinya sudah menguning, dibungkus tidak terlalu rapi dengan plastik, namun bentuknya masih bagus sekali. Tak tertekuk. Saya kira sampul dengan karikatur penulis tersebut sudah duduk lama menanti pembeli. Yaa, kemarin setelah membeli koleksi tulisan bapak, saya ingat pernah melihat terbitan Bentang ini.

Sore itu meski hujan mengguyur, tak lantas memberi keraguan untuk melihat apa buku Pak Prie masih ada atau tidak. Saya pun boleh dibilang beruntung, buku itu masih tersisa sebiji. Saya segera merogoh kocek dan pulang ke rumah. Setelah sebelumnya mencari dan mengambil "Waras di Zaman Edan" di rak bertuliskan "Humor".

Saturday, 27 May 2017

Jatuh Bangun Perjalanan Nike. Cerita Sang Juara. Review Buku "Shoe Dog" oleh Phil Knight.


2017



3 hari sebelum ulang tahunku yang ke 26, sepertinya ini adalah hadiah yang cukup wah. Di samping anugerah yang telah Tuhan berikan dalam hidupku, nafas kehidupan, dan hari demi hari yang Dia tambahkan. Gratitude. Aku membaca memoar seorang pendiri Nike, brand kenamaan, sport apparel paling keren sedunia. Bukunya kubeli beberapa bulan lalu.

Malam ini sesaat menuntaskan “Shoe Dog”, saya akan serius mengakui, memoar ini sedikit banyak memberi nasehat dan pengalaman tak terkira, dan tampaknya akan punya dampak dalam perjalanan saya kedepan.

Beberapa biografi lain yang juga memberi dampak ke dalam hidup saya adalah biografi Tahir, pemilik Mayapada. Di salah satu tulisan, dia mengingatkan kalau mau pegang usaha, harus all out. Do 120% begitu istilahnya. Sejujurnya. Hingga saat ini, saya masih kepayahan mengatur waktu. Akibatnya. Bangun telat. Jam kerja pun sudah agak siang. Saya sadar tidak memberi teladan yang baik. Bukan mau mencari excuse. Sejak kuliah, saya agak susah bangun pagi. Beberapa kali, hampir setiap semester bahkan ada kuliah pagi. Hingga akhir kuliah, semuanya jam 7-8.

***

Anyway, Phil Knight, dalam lembaran terakhirnya menegaskan, mengingatkan, jangan settle dengan kerjaanmu, profesi, bahkan karirmu. Cari apa yang jadi panggilanmu. “Seek a calling. Even if you don’t know what that means, seek it. If you’re following your calling, fatigue will be easier to bear, the disappointments will be fuel, the highs will be like nothing you’ve ever felt.”.

Pernyataan lainnya yang tak kalah menembus hati saya adalah apa yang akan co-founder Nike katakan pada laki-laki dan perempuan di usia 20 something, “I’d tell them to hit pause, think long and hard about how they want to spend their time, and with whom they want to spend it for forty years."

It’s really hit me, obviously.

Long story short, perjalanan panjang Phil Knight sang Shoe Dog ini memberikan pengalaman yang tak terkira. Pantas saja, Gates merekomendasikan buku ini dalam blog miliknya. Saya pun merekomendasikan Anda untuk memilikinya.

***

Beberapa insight, pelajaran, yang saya dapatkan dari Shoe Dog adalah bisnis yang bukan sekadar bisnis. We all want that money yes. But it's more than to make billion rupiah over years. Nadiem Makarim, dalam sebuah artikel di “Bisnis Indonesia” minggu ini nampaknya juga memiliki filosofi yang sama. Di artikel itu disebutkan, jalan yang diambil Nadiem ini beda dari kebanyakan orang. Kalau mau kaya, cepat, dan relatif mudah. Tinggal jual beli tanah. And then bisa dapat uang banyak. Itu yang dia bilang. Tapi seperti yang sedang ia lakukan. Berapa banyak orang yang terbantu, berapa jumlah pekerjaan dan multiplier effect dari perusahaan ini.

Hal kedua, jika kamu menjadi orangtua. Luangkan waktumu untuk sang anak. Matthew Knight, sang sulung, berakhir dramatis. Saya pikir, hingga hari terakhirnya, dia masih punya pilihan untuk “reunite” with his family, his father. Mengampuni bapaknya karena kurang waktu semasa dia kecil. Tidak seperti Travis, sang adik, yang lebih nurut, tipikal anak baik dalam keluarga. Knight, 79 tahun, mengaku kesulitan mencari keseimbangan antara keluarga dan pekerjaan. Travis sekarang punya perusahaan animasi, salah satu film terakhir, "Kubo and the Two Strings", iya film yang masuk nominasi Oscar itu.

Poin lainnya, mungkin seperti kata banyak motivator, mudah diucapkan tapi sangat berat saat melakukannya adalah “jangan menyerah”.

Tentunya di tanggal 30 besok, saya tidak mau momen ini menjadi momen “ulang” tahun, nggak tahu bagaimana, tapi hal yang pasti saya ketahui adalah jalan kedepan harus dilalui. Tidak menyerah dengan situasi, belajar, dan mengejar things I need to read.

***

5 bulan lalu, di blog pribadinya, Bill Gates menulis buku terbaik di 2016, salah satunya termasuk Shoe Dog, “This memoir, by the co-founder of Nike, is a refreshingly honest reminder of what the path to business success really looks like: messy, precarious, and riddled with mistakes. I’ve met Knight a few times over the years. He’s super nice, but he’s also quiet and difficult to get to know. Here Knight opens up in a way few CEOs are willing to do. I don’t think Knight sets out to teach the reader anything. Instead, he accomplishes something better. He tells his story as honestly as he can. It’s an amazing tale.”

Rangkuman atau boleh dibilang versi lengkap dari review buku ini digambarkan dengan baik oleh Bill Gates, tulisan tersebut bisa dibaca disini

Wednesday, 17 May 2017

(Opini) Mereka yang Layak diberi Ucapan Selamat Hari Buku Nasional 2017




Selamat hari buku yang pertama, saya akan ucapkan kepada para pembaca buku di Indonesia, kita semua yang menggerakkan industri ini sehingga sampai sejauh ini para penerbit dan pelaku lainnya bergulir dengan lancar. Tidak ada yang terlalu mahal untuk mendapat buku idaman. Untuk buku yang masih tertimbun, mungkin saatnya menyortir, dan mengiklaskannya untuk bertualang di rumah baru.



Memberi ucapan selamat yang kedua, kepada para penerjemah, editor, semua pihak yang mengakuisisi naskah buku asing, kalian semua sungguh berjasa mengenalkan bacaan luar kepada kami. Mungkin masih banyak buku bagus di sana, yang belum mampu kami beli, tapi dengan menunggu relatif cepat, kami tidak ketinggalan buku-buku menarik yang sebelumnya ditata menarik di tokobuku impor.



Selamat Hari Buku Nasional, yang ketiga untuk para penerbit independen, di manapun Anda berada, terima kasih karena sudah mengenalkan bacaan-bacaan di luar kebanyakan koleksi penerbit arus utama. Isi yang menggugah, menghadirkan informasi baru, bahkan begitu militan menyajikan bacaan yang beda bagi para pembaca.



Tampaknya cukup sekian, namun kalau boleh saya pribadi menambahkan. Ucapan selamat akan saya sematkan kepada para pengirim buku, pekerja di jasa logistik, yang berjasa mengantarkan sekantong kebahagiaan, kepada para pembaca di pelosok daerah. Mereka yang harap-harap cemas menunggu kedatangan buku baru miliknya.



Salam buku itu seru!







Monday, 8 May 2017

Menyoal Gerakan Literasi (tapi) tanpa Campur Tangan Negara



Di kolom rutin miliknya, AS Laksana mencoba memilah bagian penting dalam gerakan literasi yang mulai bergaung di bumi nusantara. Selepas Pak Jokowi bertemu dengan para pegiat di Hari Pendidikan Nasional, memberi janji bebas ongkir untuk pengiriman ke daerah pelosok. Pertama harus kita pahami bersama "Gerakan Literasi tanpa Campur Tangan Negara" ini adalah opini dari sosok penulis, seorang ayah, dan kolumnis yang mencoba menangkap ruh perkembangan masyarakat.



Menarik untuk kita perhatikan. Di bagian awal, mas Sulak, bilang ketika si anak mulai suka membaca. Apakah kita akan sanggup melihat perkembangan si anak dari waktu ke waktu. Which is not looking good based on parents perspective, kalau kesannya si anak cuma baca aja, "bermalas-malas", kayak kurang inisiatif membantu orang tua, misalnya. Kalau dipikir iya juga ya. Dipanggil nggak nyahut-nyahut. Eh, si Bintang lagi senyam-senyum, lagi asyik baca buku bergambar.



Kedua, ketika gerakan literasi sudah mulai berdampak luas. Pertanyaan yang lahir selanjutnya adalah buku-buku apa aja sih yang harus dibaca? Semua jenis buku pastinya. Tapi bagi generasi langgas Indonesia. Ada hal yang jauh menarik dari sisi mereka. Apa saja buku-buku kekinian yang isinya bagus dan menarik. Menarik dari segi konten dan relevansinya bagi si pelajar. Apa anak SMP masih tertarik diberi tugas meresensi "Siti Nurbaya, Layar Terkembang". Nice. Kalau Anda mulai paham.


Tentang Koleksi buku

Koleksi buku-buku di perpustakaan memang telah diisi dengan buku-buku pilihan. Dari deretan buku bacaan fiksi dan nonfiksi tersebut, semuanya berisikan informasi dan pengetahuan yang bermanfaat. Namun akan lebih baik kalau deretan buku tersebut juga diperbaharui dengan buku-buku baru. Generasi langgas ini tahu kok penulis-penulis keren kayak Dee Lestari, Andrea Hirata, dll, mereka setiap hari main sosmed, namun ketika mencari karya mereka di perpus sekolahnya, tidak jarang banyak yang kecewa. Koleksinya itu lagi. Itu lagi.



Terus apa yang bisa dilakukan? Kebetulan di dekat rumah saya, ada sebuah sekolahan. SMA Kristen YPKPM, namanya. Perpus mereka already good. Tapi kebutuhan koleksi buku mereka masih sangat besar. Di bulan ini, saya membuat sebuah penggalangan dana, "Birthday Fundraising" gitu. Di sana kita patungan untuk memberikan sumbangsih ke perpus sekolah. Mungkin saja dananya akan digunakan buat menambah buku. Melengkapi sumber pembelajaran multimedia.



Kampanye ini bisa dilihat di sini: https://kitabisa.com/ultahsteven26



Bagi kamu yang tergerak, boleh banget ikut donasi. Selain itu juga kamu bisa sebarkan kampanye ini di jejaring sosial, FB, Twitter, Instagram, I really appreciate that.



Artikel asli AS Laksana bisa dibaca di sini: http://digital.jawapos.com/shared.php?type=imap&date=20170507&name=H6-A233517

Ambon, 8 Mei 2017

Thursday, 4 May 2017

Cerita Birthday Fundraising Pertama: Donasi Perpus SMA.



Di bulan ini saya akan berulangtahun, dan saya pikir ada baiknya berbuat sesuatu yang beda.

Ada 1 penggalangan dana yang saya buat di Kitabisa.com.

Semula saya pikir, ide ini apa iya, saya bisa. Namun malam itu keinginan tersebut makin besar setelah baca sosok Timmy, pendiri kitabisa.com di buku “Disruption” karya terbaru Prof Rhenald Kasali. Nothing to lose. Saya segera membuat laman kampanye dan menulis cerita di balik birthday fundraising ini. Ini bukan tentang saya. Ini adalah kesempatan ambil bagian dalam pembangunan pendidikan lokal.

Di dekat rumah. Ada SMA dengan perpus yang sudah establish namun koleksinya masih jauh dari optimal. SMA Kristen YPKPM Ambon namanya. Sekolahnya bisa teman-teman lihat di sini: http://www.smakrisambon.sch.id

Selasa (2/5/17), Pak Jokowi memberikan kabar baik bagi pegiat literasi di daerah. Memang selain harga buku yang naik terus, biaya logistik adalah salah satu alasan tidak banyak orang bisa mengakses buku bermutu. Biaya ongkos kirim akan digratiskan untuk pengiriman ke pelosok. Beliau sadar bahwa butuh regulasi-regulasi yang merangsang minat baca masyarakat.


Tak terkecuali di Ambon, praktis hanya dua toko buku yang menyuplai asupan bacaan bagi masyarakat. Perpus yang dikelola SMA YPKPM pun mulai memantapkan layanan sirkulasi lewat sistem yang lebih baik.

Ada perpus yang ok. Apa yang kita bisa bantu buat meningkatkan minat baca pelajar di sekolah ini? Nggak muluk-muluk, kawan. Tapi ada langkah sederhana.

Membangun minat baca dengan sedikit demi sedikit memberi akses buku kepada mereka. Buku fiksi atau nonfiksi nggak masalah.

Trus. Apa yang bisa kita bantu? 

Pertama, dengan patungan bersama di platform kitabisa, pihak perpus bisa membeli koleksi buku yang jauh lebih beragam. Plus kelengkapan perpus lainnya seperti materi multimedia dan penunjang belajar.

Kedua, bantu share di jejaring sosial dan ajak teman kamu yang lain dukung kampanye ini. Dua hal ini akan sangat berarti.

Menutup tulisan ini, saya akan mengajak Anda untuk melihat sejenak kampanye tersebut di sini: Ayo Ikut Bersyukur di Ultah ke 26 Steven!

Tuesday, 25 April 2017

Review Buku "Memimpin" oleh Alex Ferguson dan Michael Moritz



Rasanya menyenangkan dapat (mencoba) memahami resep memimpin yang diutarakan Sir Alex Ferguson. Bahasan tentang dunia manager klub Liga Inggris sangat menggoda. Bacaan ini sudah masuk dalam radar saya untuk dibeli sekitar beberapa tahun silam, waktu keluar dalam rilisan punggung keras. Namun keinginan tersebut seringkali tumpul karena harganya yang kelewat mahal, dan meski sudah ada rilis softcover, buku-buku lain seperti The Upstarts, Thank You For Being Late, Shoe Dog, dan The Elements of Journalism sudah memberatkan belanja saya.

Monday, 24 April 2017

Review Buku "The Loner: President Yudhoyono's Decade of Trial and Indecision" oleh John McBeth.

"The Loner adalah salah satu narasi sejarah bangsa yang patut menjadi perhatian."

Saya tidak tahu. Mungkin pernyataan diatas terasa berlebihan.

Namun apa yang membedakan buku ini dari jejalan berita-berita di media arus utama adalah John McBeth memberi konteks, analisa, dan gambaran besar dari isu-isu "panas" yang menerpa 10 tahun kepemimpinan Pak SBY. Di samping itu McBeth memberikan kita kesempatan memahami beban dan pelajaran bagi presiden terpilih, Joko Widodo dalam mengemban tugas sebagai kepala pemerintahan.

Merentang dari awal perjalanan Pak SBY menjabat hingga warisan apa saja yang didapat dari kepresidenan beliau dibahas tuntas. Jurnalis asal Selandia Baru ini mengajak pembaca melihat lebih dalam bagaimana beratnya menjadi pemegang puncak kekuasaan. Di negara sebesar Indonesia.

Untuk saya sendiri. Meski subyektif. Saya merasakan Pak SBY diluar berbagai kritik dan lainnya, berhasil menghadirkan kestabilan negeri. Kita dapat beraktivitas dan mencari pendidikan, pekerjaan, dengan tenang.

The Loner direkomendasikan bagi Anda pemerhati sosial politik Indonesia. Meski (bagi saya) tidak memberikan terlalu banyak bahasan baru, untuk saya buku ini adalah pijakan baik bagi yang ingin tahu seperti apa perjalanan (kemajuan, perkembangan bangsa) kita selama 13 tahun terakhir.



Saturday, 22 April 2017

Editorial HBC #2


Hai kawan-kawan, lewat tulisan ini saya ingin menyapa para pembaca Haremi Book Corner, bagaimana akhir pekan Anda, sedang sibuk membaca apa, sibuk nitip di BBW kah?

Ijinkan saya untuk bercerita sedikit. Hari ini tidak biasanya, saya begitu ingin mampir ke tokobuku membeli buku incaran. Buku-buku investasi tepatnya. Sesampainya di MCM Tantui, saya dibuat kaget campur kesal. Buku incaran saya, nampaknya naik sekitar 30 ribuan.

Friday, 14 April 2017

4 Buku Startup yang Direkomendasikan Steve Wirawan, CEO Storial.

(c) Pixabay.

Dari buku-buku dan perjalanan para tokoh bisnis saya mendapati sebuah hal penting. Memahami sebuah kesuksesan bukanlah sekadar sebuah lari jarak pendek. Kita butuh nafas yang panjang dan mindset kalau yang namanya sukses itu butuh proses dan perjuangan.

Sembari mengisi waktumu dengan pengalaman baru. Belajar beragam skill dari dunia pendidikan, lingkungan kerja, dan pertemanan. Ada kebiasaan positif yang sebaiknya kamu mulai dari sekarang. 

Membaca adalah salah satu proses mendapat informasi dan wisdom yang boleh jadi, jarang didapatkan dari lingkungan kita. Satu tips praktis. Mulailah membaca beberapa halaman sebelum tidur, voila kamu bakal terheran dapat menyelesaikan buku lebih banyak dibanding tahun-tahun sebelumnya :)

Bacaan tentang dunia startup
Memulai usaha rintisan, saat ini sangat menarik perhatian generasi langgas. Semua ingin mencoba terjun langsung atau sekadar memiliki referensi tentang kehebatan era "ekonomi digital" saat ini.

Dalam buku "100 Golden Tips for Creativepreneur" (Metagraf, 2016), Steve Wirawan berbagi daftar bacaan miliknya. Ada beragam judul menarik yang terbagi dalam empat bidang: dunia startup, industri konten & marketing, keuangan & investasi, dan pengembangan diri.
(c) Steve Wirawan.


Kali ini yuk, kita simak bersama rekomendasi buku berkualitas dari Steve Wirawan, CEO Storial.co, semoga kamu bisa lebih memahami dunia startup.






#1 "The Lean Startup" oleh Eric Ries.

Eric Ries mengenalkan metodologi Lean Startup kepada dunia. Sampai saat ini tidak terkira banyaknya pengusaha dan pendiri startup yang menjadikan buku ini sebagai guide book mereka.

Pahami dulu kemudian coba apa yang disajikan dalam buku ini. In the end semoga pelajran tersebut akan mengakselerasi skala bisnis rintisan milikmu.

"Buku ini memungkinkan Eric Ries membantu banyak entrepreneur menjawab pertanyaan-pertanyaan sulit tentang bisnis mereka." kata Dustin Moskovitz, co-founder of Facebook & Asana.

"The Lean Startup" edisi terjemahan telah diterbitkan oleh Bentang Pustaka.



#2 "Business Model Generation" oleh Alexander Osterwalder.



Model bisnis adalah menciptakan nilai plus menghasilkan uang. Demikian kredo yang disajikan dalam buku ini.

Business Model Generation telah menjadi buku pilihan bagi kamu yang ingin memahami rencana bisnis dan strategi. Buku milik Alexander Osterwalder ini adalah buku panduan bagi para visioner, game changers, dan penantang di era disruptif.

Dikemas secara menarik dan casual, jauh dari kesan buku berat yang bikin kita malas untuk membaca.

#3 "Platform Revolution" oleh Geoffrey G. Parker, Marshall W. Van Alstyne, Sangeet Paul Choudary.



"Platfrom Revolution" mengajar pendatang baru bagaimana memulai dan menjalankan platform bisnis yang berhasil, menjelaskan cara mengidentifikasi pasar dan memonetisasi jaringan.

Tim penulis menyajikan sejumlah strategi dibalik platform terkenal seperti Tinder dan SkillShare. Selain itu buku ini menjabarkan bagaimana perusahaan tradisional mampu beradaptasi dalam pasar yang berubah.

Sejumlah bahasan penting lainnya seperti keamanan, regulasi, dan kepercayaan pelanggan, di samping menganalisa pasar yang akan matang dalam revolusi platform, diantaranya bidang kesehatan, edukasi, dan energi.

#4 "How to Build a Billion Dollar App" oleh George Berkowski.



"How to Build a Billion Dollar App" menyediakan anjuran praktis soal seluk beluk membangun bisnis berbasis aplikasi: mulai dari mekanika akuisisi pengguna hingga mengamankan kebutuhan dana untuk bisnis dapat bertumbuh.

Dirajut dari cerita di balik layar "Hailo" dan aplikasi bernilai miliaran dolar seperti Angry Birds, Whatsapp, Snapchat dan Square. Buku ini adalah bacaan penting bagi siapapun dengan ide besar membangun bisnis berbasis aplikasi.

Kamu bisa mendapatkan How to Build a Billion Dollar App edisi terjemahan dari penerbit Alvabet.


Dari rekomendasi buku di atas, apakah ada yang sudah pernah kamu baca? Atau kamu memiliki rekomendasi buku lainnya? Tinggalkan di kolom komentar. Atau mention @h23bc

Post ini turut meramaikan maraton blog di ulang tahun BBI keenam. #BBIHUT6 :)
 

Thursday, 13 April 2017

#BBIHUT6 Selamat Ulang Tahun ke 6 Buat Blogger Buku Indonesia



Hai. Hai. Hari ini BBI, komunitas blogger buku di Indonesia berulang tahun ke enam. Selamat ya. Semoga teman-teman blogger bisa lebih aktif menulis. Memberi pengaruh positif ke blogosphere.

Hampir tengah malam ketika saya selesai menulis draft post ini. Di ulang tahun keenam ini, apa saja kesan saya akan BBI. Bagi saya pribadi. Banyak hal menarik. Mari kita simak bersama.


Monday, 10 April 2017

3 Hal Random Steven "Haremi Book Corner"





Yeay.. Minggu ini Bebi akan ulang tahun ke enam. Sudah siap menapaki usia yang baru, Beb?
Teman-teman pada ikutan maraton ngeblog. Jadi saya juga nggak ingin ketinggalan meramaikan. Kali ini saya ingin post sesuatu yang beda. Beberapa hal random pemilik Haremi Book Corner. 

Langsung kita simak bersama, ya.

Saturday, 8 April 2017

Resensi Buku: "Inspirasi Trader dan Analisis Teknikal"





"Trader harus lebih banyak belajar menahan diri dari membeli saham yang belum membentuk signal crossing MA50".

RH Liembono dan Hendy Karsito berkolaborasi menulis buku saham yang mudah dipahami dan to the point. Liembono saya awalnya saya kenal saat baru memahami saham. Alumnus UK Petra Surabaya ini adalah sosok di balik blog referensi saham populer, bei5000.com.


Di tahun 2016, setelah berhasil merilis beberapa buku seputar bisnis dan investasi diantaranya "Analisis Fundamental", "Buku Saham Para Master", "Business Mentoring 101", trainer sekaligus praktisi trading saham, Robert Hendrik Liembono menerbitkan "Inspirasi Trader dan Analisis Teknikal". Diterbitkan oleh Brilliant, imprint dari penerbit MIC.

Friday, 24 February 2017

Ulasan Buku: "Kisah Saya-My Story" oleh Steven Gerrard.


Mengesankan. Fantastis.




*Steven Gerrard sang bocah yang menjalani kehidupan impiannya bersama Liverpool.

* Bermain di liga Premier Inggris bukan persoalan mudah.
* Beban bermain untuk timnas Inggris terlalu berat. Selain itu Timnas selalu diisi oleh pemain bintang. Banyak ego di dalamnya.
Kabar menyenangkan saya dapatkan saat melihat kabar biografi Steven Gerrard akan dirilis bulan Februari 2017. Setelah setahun silam, biografi Andrea Pirlo juga diterbitkan oleh penerbit yang sama, KPG. Seakan sudah menjadi tradisi setiap tahun ada sebuah buku bertema sepakbola akan menyapa pembaca Indonesia. "Kisah Saya" merupakan rangkuman apa yang dirasakan sang kapten selama masa 27 tahun karir sepakbola miliknya, 17 tahun mengesankan diantaranya di tim utama klub yang sama, Liverpool.



Stevie G, layak dikenang sebagai salah seorang pemain terbaik di dunia. Mungkin tidak dalam mendekati level seperti "Messi" atau "Ronaldo-CR7". Namun eksplosivitas, kemampuan terbaik mengangkat tim, dan kinerja memukau di lapangan membuat sang Skipper berada di hati banyak penggemar berat Liverpool. Saya rasa hal yang sama juga berada di benak khalayak pecinta sepakbola.



Ditulis bersama Donald McRae, Stevie menuangkan isi hatinya yang terdalam di "Kisah Saya". Bertahun-tahun mendapati pasang surut tim kebanggaannya, pemilik nomor 8 ini tentu mengenal lebih baik isi perut tim (Liverpool dan timnas Inggris) ketimbang pundit maupun analis di mana pun. Membaca buku ini di satu sisi menghadirkan sisi emosional, sekaligus rasa penasaran akan apa yang terjadi di balik layar skuad bersimbol burung Liver merah itu.




Gerrard mengupas perjalanan karirnya dimulai dari penyesalan ketika "terpeleset" di partai melawan Chelsea, pasang surut tim bersama para nahkoda "Pool", hingga akhir perjalanan dirinya bersama klub tercinta. Apa yang terjadi dua-tiga tahun terakhir, tentu mendapat tempat dengan porsi lebih di buku ini. Perpisahan dengan Suarez, salah satu pemain favoritnya adalah salah satu hal terberat dalam karir ayah tiga putri tersebut.



Berawal dari impian, disiplin dan semangat untuk maju, Gerrard membawa pulang beberapa gelar juara bagi Liverpool. Salah satu yang paling berkesan, tentu saja, adalah "keajaiban Istabul". Di satu sisi, heroiknya tim besutan Rafa Benitez menggulung AC Milan memberikan gelar eropa pertama bagi Gerrard. Di sisi koin kegagalan ini sangat menyakitkan bagi seorang Andrea Pirlo. Seolah takdir, beberapa tahun berikut, di tahun 2007. Pirlo berhasil membalas kepedihan tersebut di final Liga Champions Athena.



Sebagai seorang kapten. Kita dapat melihat dan sedikit merasakan beban yang ditaruh di pundak Gerrard. Di rehat musim panas. Selain menyemangati pemain andalan, semua pemain di tim, dia diberikan "tugas" buat merayu, -tidak kesannya terlalu rendah- mengajak pemain incaran Liverpool untuk bergabung. Memang tidak mudah. Tapi tentu tidak ada usaha yang tidak berarti.
 Di mata Gerrard, kita juga akan melihat, bahwa bermain di liga Premier bukanlah hal yang mudah. Bakat, kemampuan teknis, dan banyak hal lainnya yang saling bertautan, menentukan si pemain mampu bersaing di liga paling kompetitif sedunia. Belum lagi masalah dengan pers lokal yang doyan menguliti pemain. Kemampuan fisik itu yang dirasakan Gerrard, merupakan salah satu prasyarat seorang pemain mampu berkompetisi di EPL. Bek tangguh EPL bukan masalah mudah bagi seorang Aspas, Ballotelli, misalnya.



Beberapa hal lainnya yang tak kalah menohok adalah seperti kata pepatah "habis manis sepah dibuang", pemain kerap tidak diberi penghormatan secara sepantasnya oleh pihak klub.



Selagi membaca buku ini dengan lahap. Saya teringat masa nonbar pertama di markas Big Reds Jogja. "Stu!" kau, pahlawanku malam itu. Memori malam Liga Champions saat masih duduk di bangku sekolah. Permainan kelas wahid yang disuguhkan Pool saat mentas di kasta tertinggi Eropa. Beberapa momen saya langsung cari videonya di youtube. Seperti gol Gerrard kala melawan Olympiakos di tahun 2005. Tontonan yang berujung dengan melihat video gol-gol legendaris milik Gerrard. Tendangan-tendangan spekakuler yang mengangkat performa tim dan memberikan dampak luar biasa bagi fans dan kawan sepermainan. Sang kapten mengupas perjalanan Liverpool bersama dirinya selama satu dekade terakhir itu rasanya wow. Mengesankan.



Keputusan terbaik Gerrard adalah mendengarkan suara hatinya. Tidak pindah ke Chelsea. Meski begitu diidolakan oleh Mourinho. Belum diberi kesempatan mengangkat piala Liga Premier, bukanlah sebuah kegagalan telak bagi penggemar setia Liverpool.



Hal menyenangkan lainnya adalah lewat buku ini, saya menyadari, pesepakbola juga adalah manusia biasa. Mereka kerap tidak tahan akan tekanan, emosi, dan perlakuan negatif dari pihak luar. Gerrard menceritakan banyak inside story di dalam buku ini, momen demi momen terbaik dalam karir panjangnya di sepakbola, dan menegaskan sikap jangan jumawa sebelum meraih gelar tertinggi, dan memberikan prestasi bagi klub dan tim nasional.



Salah satu pesannya, bagi pemain muda.


"Gairah dibutuhkan di usia muda, masa-masa ketika seorang pemain bisa hidup dari kecintaannya terhadap sepak bola dan memperdalamnya melalui disiplin dan dedikasi. Para pemain berbakat yang bersedia mengorbankan segalanyalah yang akan menjadi pemain seperti Michael Owen, Jamie Carragher, dan John Terry."



Akhir kata. Buku ini bagi saya adalah bacaan wajib penggemar berat Liverpool. OK sang kapten sudah pensiun di Anfield. Sekarang saatnya move on. Era baru bersama Klopp. Namun dia adalah pemain, kapten terbaik yang pernah dimiliki Liverpool. Coba temukan apa saja cerita dalam perjalanannya menjadi kapten di sana. Salut untuk dedikasi, disiplin, dan semangatmu, KAPTEN!

Tuesday, 17 January 2017

Ulasan Buku: "50 Kisah Tentang Buku, Cinta, & Cerita-Cerita di Antara Kita" oleh Salman Faridi


"Serba-serbi soal dunia penerbitan yang menarik"



Di awal 2017, Salman Faridi yang tulisannya akrab kita jumpai di CEO Note Bentang Pustaka menuangkan pemikirannya lewat buku yang bertajuk "50 kisah tentang buku, cinta, dan cerita-cerita di antara kita". Bermula dari editor DAR Mizan, Kang Salman saat ini menakhodai lini penerbitan Bentang Pustaka, raksasa (kalau boleh dibilang seperti itu) dari Jogja, memiliki pandangan optimis terkait industri buku Indonesia. Tulisan yang lugas, padat, dan tepat sasaran. 

Haremi Book Corner mencoba merangkum apa saja hal menarik yang ditulis pencinta buku asal Bandung ini, mari kita simak bersama.

Sunday, 15 January 2017

Serunya Bakuman! Bakuman Vol.1



Sebagai pelengkap dan pengingat serunya manga "Bakuman", akan ada 20 catatan singkat tentang komik ini. Sebagian besar materi catatan sudah ada di Goodreads pribadi. Kalau ada kalimat dengan tanda kurung itu adalah komentar saya saat menulis ulang catatan tersebut di postingan blog.

Bagi kamu yang ingin mengikuti seri Bakuman, ini komik yang WAJIB kamu PUNYA. OK, ini dia serangkaian catatan tersebut. Selamat mengikuti.