Showing posts with label Giveaway. Show all posts
Showing posts with label Giveaway. Show all posts

Wednesday, 11 June 2014

Pengumuman Pemenang Assassin’s Creed: Black Flag

 Pemenang Giveway Blog Tour ke 2 dari Fantasious




Para pemburu harta karun yang telah membaca preview bab 2 Assassin's Creed Black Flag dan mengikuti kuis saya pertama-tama saya ucapkan salam persaudaraan (ala bajak laut..) Semoga perjalanan hidup kamu semua lancar dan diberkahi :), angin kehidupan akan selalu membawa langkahmu di perhentian-perhentian yang menakjubkan.

Gimana seru banget kan cerita Black Flag. Oya, buat kamu yang suka cerita bajak laut nggak ada salahnya buat ikutin serial TV Crossbones atau Black Sails.

Seri terbaru Assassin's Creed

Dan yang berhak mendapatkan masing-masing 1 buku Black Flag adalah
...
...


Selamat untuk Mita Andriana & Sasa Isnara
Mohon segera berikan alamat kalian via message kepada fanpage Fantasious.

Bagi kamu yang masih pengen berburu harta karun, masih ada 2 buku terbaru ini.

Ayo segera pindah ke kapal selanjutnya atau Blog Tour berikutnya di http://dionyulianto.blogspot.com/ 12-14 Juni 2014. Good luck :)

Monday, 9 June 2014

Assassin’s Creed Black Flag Blog Tour: First Chapter Reveal and Giveaway #2

Preview bab 2 plus kuis menarik


Welcome aboard, selamat datang di kapal H23BC para pecinta buku, gimana keseruan memburu harta karun di Part 1?

Bagi Anda yang ikutin seri Assassin’s Creed pasti penasaran dengan kisah terbaru di Black Flag. Buat yang belum pun nggak masalah untuk menikmati buku terbaru yang dirilis penerbit Fantasious sejak akhir Mei kemarin. 

Setelah membaca preview bab 1 di blog sang penerjemah, udah kebayang kan gimana serunya Black Flag. Pasti menyenangkan bayangin kisah bajak laut yang kerap kita tonton di TV seperti Pirates of Caribbean, 300 Rise of an Empire bahkan serial TV semisal Blacksail dan Crossbones yang baru saja premiere akhir bulan lalu (apa janjian ya sama pihak Fantasious) bisa hadir dalam bentuk bacaan.

Tanpa banyak membuang waktu, yuk sama-sama menyimak bab 2 Black Flag dan jangan lupa ikut kuis berhadiah 2 buku Assasin’s Creed Black Flag dari Fantasious.

Sneak peak cover Black Flag



Assassin’s Creed®
Black Flag
OLIVER BOWDEN

Bagian Satu


2

1711

Tapi, omong-omong, sampai di mana aku? Caroline. Kau mau tahu bagaimana aku bertemu dengan dia.


            Yah, semua ada ceritanya, seperti kata orang. Semua ada ceritanya. Untuk sampai ke masa itu, ceritaku harus mundur jauh ke belakang, ke masa ketika aku masih peternak domba biasa, sebelum aku tahu apa-apa tentang Assassin atau Templar, tentang Blackbeard, Benjamin Hornigold, tentang Nassau atau Observator, dan mungkin masih tidak memercayai keberuntunganku bertemu dengannya di kedai Auld Shillelagh pada suatu hari musim panas yang terik pada tahun 1711 dulu.


            Masalahnya, aku termasuk anak muda yang doyan minum, walaupun kebiasaan itu menjerumuskanku ke dalam beberapa pertikaian. Beberapa… insiden, anggap saja begitu, yang agak memalukan. Tapi itulah risiko yang harus kau tanggung apabila kau agak terlalu gemar alkohol; jarang ada peminum dengan hati nurani bersih. Kebanyakan peminum pasti ingin bertobat pada suatu kali, memperbaiki hidup kami dan mungkin mendekatkan diri kepada Tuhan atau berusaha menjadi orang berguna. Tapi kemudian sore datang dan kita tahu sore adalah waktunya minum, jadi kita pergi ke kedai minum lagi.


            Kedai minum yang kumaksud terletak di Bristol, di pantai barat daya Inggris kita tercinta, tempat kita terbiasa dengan musim dingin yang menggigit dan musim panas meraja, dan pada tahun itu, pada tahun yang itu, tahun ketika aku bertemu Caroline untuk kali pertama, 1711, seperti kataku, aku baru tujuh belas tahun.


            Dan, ya—ya aku sedang mabuk ketika itu terjadi. Pada masa itu, kau pasti bilang aku selalu mabuk. Mungkin… yah, tidak usah dilebih-lebihkan, aku tidak mau menjelek-jelekkan diriku sendiri. Tapi mungkin separuh waktu saja aku mabuk. Mungkin sedikit lebih lama daripada itu.


            Rumahku ada di pinggir sebuah desa bernama Hatherton, tujuh mil di luar Bristol, tempat kami menjalankan sebuah usaha kecil lahan peternakan domba. Ayahku suka ternak. Sejak dulu begitu. Jadi, dengan adanya aku, Ayah bebas dari aspek bisnis yang paling dia benci, yaitu bepergian ke kota dengan membawa barang dagangan, melakukan tawar-menawar dengan saudagar dan pedagang, melakukan jual-beli, membuat perjanjian dagang. Begitu aku cukup umur, maksudku adalah begitu aku cukup dewasa untuk bertemu dengan rekan-rekan bisnis kami dan melakukan jual-beli sebagai sesama pedagang, itulah yang aku lakukan. Dengan senang hati Ayah membiarkanku melakukannya.


            Nama ayahku Bernard. Ibuku, Linette. Mereka berasal dari Swansea tapi datang ke West Country saat aku berusia sepuluh tahun. Logat kami masih seperti orang Wales. Sepertinya aku tidak keberatan bahwa logat kami membuat kami berbeda. Aku peternak domba, bukan salah seekor domba.


            Ayah dan Ibu dulu sering bilang aku pandai bicara, dan Ibu sering bilang aku pemuda tampan, dan bahwa aku bisa membuat burung-burung terbang dari pohon karena terpesona olehku, dan itu benar, walaupun aku sendiri yang bilang, aku memang pandai memikat wanita. Anggap saja begini, lebih mudah menggoda istri saudagar daripada harus melakukan barter dengan suami mereka.


            Kegiatanku sehari-hari tergantung musim. Januari sampai Mei, itu musim domba melahirkan, masa paling sibuk bagi kami, ketika aku ada di kandang hingga matahari terbit, entah sedang teler atau tidak, karena harus memeriksa apakah ada domba betina yang melahirkan pada malam hari. Kalau ada, domba itu harus dibawa ke salah satu kandang yang lebih kecil dan dimasukkan ke dalam kurungan yang kami sebut kendi beranak, di situ Ayah menggantikan aku, sementara aku membersihkan tempat pakan ternak, mengisinya lagi, mengganti jerami dan air, dan Ibu akan dengan teliti mencatat detail domba-domba yang baru lahir di dalam jurnal. 


Kalau aku, waktu itu aku tidak bisa menulis. Sekarang aku menulis, tentu saja, Caroline mengajariku menulis, juga banyak hal lain yang menjadikan aku pria mumpuni. Tapi pada waktu itu aku tidak bisa menulis, jadi tugas itu diemban Ibu, yang kemampuan baca-tulisnya tidak jauh lebih baik, tapi masih cukup untuk setidaknya membuat catatan ternak.


            Mereka senang bekerja berdua, Ibu dan Ayah. Itu juga alasan Ayah senang kalau aku pergi ke kota. Ayah dan ibuku—mereka seperti kembar dempet. Aku belum pernah melihat dua orang lain yang sangat saling mencintai dan sangat tidak perlu memamerkannya. Sudah jelas di mata kita bahwa mereka saling menguatkan. Melihat mereka menyejukkan hati.


            Pada musim gugur kami menggiring domba-domba jantan ke padang rumput untuk merumput bersama domba-domba betina, agar mereka bisa menghasilkan domba lagi untuk musim semi berikutnya. Ladang juga perlu dirawat, pagar dan dinding dibuat dan diperbaiki.


            Pada musim dingin, kalau cuara sangat buruk, kami memasukkan domba-domba ke dalam kandang, agar mereka aman dan tidak kedinginan, siap untuk melahirkan pada Januari.


            Tapi pada musim panaslah aku benar-benar menjadi diri sendiri. Musim cukur. Ayah dan Ibu mengurus bulu domba sementara aku lebih sering bepergian ke kota, tidak dengan membawa domba mati untuk dipotong menjadi daging, tapi dengan pedatiku penuh wol. Sementara pada musim panas, saat kesempatan untuk melakukannya semakin banyak, aku semakin sering saja mengunjungi kedai minum setempat. Bisa dibilang aku sering kelihatan di kedai-kedai minum, sesungguhnya, dengan rompi panjang berkancing, celana selutut, stoking putih, dan topi tricorne agak kumal yang menurutku adalah ciri khasku, karena ibuku bilang topi ini sangat cocok dengan rambutku (yang selalu kepanjangan, tapi warnanya pirang pasir memukau, menurutku).


            Di kedai minumlah aku menemukan bahwa bakat bicaraku bertambah baik setelah minum beberapa gelas ale pada sore hari. Minuman keras, memang memberikan pengaruh itu, bukan? Melonggarkan lidah, norma, moral… Tidak berarti aku pemalu dan tertutup saat aku tidak mabuk, tapi ale membuatku semakin mudah bicara. Lagi pula, uang dari jual-beli yang terjadi berkat kemampuan berdagangku saat terpengaruh oleh ale lebih daripada cukup untuk menutupi uang yang kuhabiskan untuk membeli ale. Atau setidaknya dulu aku meyakinkan diriku dengan alasan itu.


            Ada sesuatu yang lain juga, selain anggapan bodoh bahwa Edward yang memegang gelas ale adalah pedagang yang lebih baik daripada Edward yang tidak mabuk, dan itu adalah caraku berpikir.


            Karena sejujurnya aku pikir aku berbeda. Tidak, aku tahu aku berbeda. Kadang-kadang aku duduk sendiri pada malam hari dan tahu aku sedang melihat dunia dengan cara yang benar-benar hanya aku lakukan sendiri. Aku tahu itu sekarang, tapi pada waktu itu aku tidak bisa mengungkapkannya dengan kata-kata, selain bahwa aku merasa berbeda.


            Dan entah karena itu atau terlepas daripada itu aku memutuskan aku tidak mau menjadi peternak domba seumur hidupku. Aku tahu itu pada hari pertama, saat aku menginjakkan kaki di peternakan sebagai pekerja dan bukan sebagai anak-anak. 


Pada hari itu aku melihat diriku, lalu melihat ayahku, dan mengerti bahwa aku tidak lagi berada di sini untuk bermain dan akan segera pulang untuk bermimpi tentang masa depan yang berisi berlayar di laut berombak tinggi. Tidak, inilah masa depanku, dan aku akan menghabiskan sisa hidupku sebagai peternak domba, bekerja untuk ayahku, menikah dengan gadis setempat, membuat anak laki-laki dan mengajari mereka cara menjadi peternak domba, sama seperti ayah mereka, sama seperti kakek mereka. Aku melihat sisa hidupku terbentang di hadapanku, bagaikan baju kerja yang rapi di atas tempat tidur, dan alih-alih merasa hangat karena senang dan gembira, aku malah ketakutan.


            Jadi sejujurnya, dan aku tidak bisa mencari kata-kata yang lebih halus, dan aku minta maaf, Ayah, semoga Tuhan memberkatimu, tapi aku benci pekerjaanku. Dan setelah beberapa gelas ale, yah, kebencianku berkurang, itu saja yang bisa kukatakan. 


Apakah aku menenggelamkan mimpi-mimpiku yang tak tercapai dengan minuman keras? Mungkin. Aku tidak pernah benar-benar memikirkannya pada waktu itu. Aku hanya tahu bahwa ada sesuatu yang hinggap di bahuku, bertengger di sana bagaikan kucing kurus, yaitu kebencian yang membusuk terhadap caraku menyia-nyiakan hidupku—atau, lebih buruk lagi, bahwa hidupku sebenarnya telah sia-sia.


            Mungkin aku kurang berhati-hati soal perasaanku yang sebenarnya. Mungkin sesekali aku membuat teman-teman minumku berpikir aku merasa hidupku akan lebih baik. Bagaimana lagi? Waktu itu aku anak muda dan sombong dan pemarah. Pada masa menyenangkan pun kombinasi ketiga hal itu bisa mematikan. Dan sudah pasti waktu itu bukan masa yang menyenangkan.

            “Kau pikir kau lebih baik daripada kami-kami ini, ya?”
            Aku sering dengar itu. Atau semacam itu, setidaknya.

            Dan mungkin jawaban diplomatis adalah menyangkalnya, tapi aku tidak melakukan itu, jadi aku lebih sering berkelahi daripada semestinya. Mungkin perkelahian itu aku lakukan untuk membuktikan bahwa aku lebih baik daripada mereka dalam segala hal, termasuk kemampuan berkelahi. Mungkin karena dengan caraku sendiri aku bermaksud sedang menjunjung nama keluarga. Mungkin aku pemabuk. Perayu. Sombong. Tidak bisa diandalkan. Tapi bukan pengecut. Oh, tidak. Aku tidak pernah mundur saat ditantang untuk berkelahi.


            Dan pada musim panaslah aku menjadi paling gegabah, ketika aku paling mabuk dan paling berisik, dan terutama agak mengesalkan. Tapi di sisi lain, pada musim panaslah aku paling mau menolong wanita muda yang sedang kesulitan.
***

Seru kan ceritanya. Saatnya KUIS.. Caranya mudah dan nggak ribet kok.

1. Share artikel ini ke salah satu media sosialmu. Follow @fantasiousID di Twitter dan Facebook fanpage Fantasious.

2. Pertanyaan kuisnya (menyambut Pemilu 14) gampang banget, yaitu  Jika aku menjadi presiden Republik Indonesia 2014 ...... (isi dengan jawaban kamu sebebas-bebasnya)

3. Tulis jawaban kamu di kolom komentar, jangan lupa nama dan share akun medsos kamu baik fb atau twitter.

4. 2 Jawaban terunik, gokil,  tentunya yang terbaik berhak mendapat buku Assassin's Creed Black Flag.

Rulenya kuis berlangsung 9 Juni 2014 hingga 11 Juni 2014 pukul 16.00 WIB.
Dua pemenang yang beruntung akan diumumkan di blog H23BC. Hadiah akan dikirimkan oleh penerbit Fantasious ke alamat di Indonesia.

Belum puas memburu harta karun disini, jangan ketinggalan untuk mampir ke blog tour berikutnya di dionyulianto.blogspot.com tanggal 12-14 Juni 2014.

Terima kasih udah berkunjung di kapal H23BC, setiap pengunjung bisa membawa pulang 1 Edisi Majalah Tempo Edisi 9 Juni bit.ly/1tX6ICU (pass: stevensitongan@ymail.com)