Showing posts with label Interview with. Show all posts
Showing posts with label Interview with. Show all posts

Thursday, 28 April 2016

Q&A with Erfan Fajar

Kreator komik Manungsa bicara soal passion menjadi komikus hingga perkembangan komik Indonesia.



Meramaikan ulang tahun kelima Blogger Buku Indonesia, seri wawancara Haremi Boook Corner kembali berlanjut teman-teman. Kali ini kita kedatangan seorang comic artist beken tanah air. Buat kamu yang mengikuti majalah kompilasi komik, "Kosmik" dan "Arigato Macaroni" pasti udah nggak asing lagi dengan nama Erfan Fajar. Sekedar informasi mas Erfan bersama Stellar Labs turut mengerjakan artwork komik Star Trek. Di skena komik lokal, ia berhasil memenangi Kosasih Award 2014 di kategori "Komik Online Terbaik". Di tahun yang sama pengemar Chun Li ini juga berhasil meraih posisi ketiga di "Silent Manga Audition 2014" dengan judul "A Race for Smile".

Tonton juga kiprah Sunny Gho dalam membuat Kosmik
 

Di kesempatan ini mas Erfan berbaik hati berbagi soal passionnya di dunia komik, perkembangan industri komik Indonesia, dan tips membuat komik yang keren. Selamat mengikuti.


Friday, 13 November 2015

Blogger Interview with Pauline Destinugrainy.




Bloger buku mulai mendapat tempat di industri perbukuan Indonesia sejak beberapa tahun terakhir. Terbukti dengan semakin banyak kerjasama antara penerbit & bloger di tahun 2015. Berbagai penerbit seolah berlomba menggunakan jalur promosi media sosial dalam merangkul calon pembaca. Bloger buku punya banyak peran dalam memajukan dunia literasi kita. Satu diantaranya adalah secara kreatif mengenalkan bacaan baru kepada khalayak luas. Salah satu bloger buku yang secara konsisten mengulas isi bacaannya adalah Pauline Destinugrainy. Sosok dibalik layar blog "Desty Baca Buku". Beragam apresiasi sudah diberikan banyak kalangan untuk kemauannya yang kuat dalam mereview buku.


(c) instagram: destinugrainy




Monday, 4 May 2015

Author Interview With Teguh Afandi

Penulis cerpen dan ulasan buku, Teguh Afandi berbicara tentang peran peresensi buku. Tips untuk dimuat di media dan karir menulisnya.



 
Teguh Afandi (Facebook)
Hai mas Teguh. Senang sekali bisa berjumpa lewat wawancara ini. Saya selalu senang mendapati review Anda di Jawapos Minggu. Sedang sibuk apa sekarang?

Heeheee, sibuknya sekarang nulis dan nulis.


Selain karya sastra, apa saja ragam bacaan Anda sehari-hari?

Saya termasuk pembaca buku apa saja. Tidak memandang genre. Saya pembaca novel, cerpen, dan puisi (meski pada yang terakhir ini saya angkat tangan untuk memahami, saat baca puisi saya hanya menikmatinya sebagai rekreasi diksi). Selain itu saya pembaca biografi, esai, dan aneka macam jenis tulisan. Asal menurutku bagus, buku wajib dibaca. Dan sejam dua jam kita membaca buku, tidak akan ada ruginya. Namun buku yang wajib dan kudu dibaca adalah kitab suci (alquran, karena saya muslim). Membaca selarik dua larik alquran, pahalanya lebih besar daripada membaca selembar buku yang lain.

Sunday, 12 April 2015

Blogger Interview with Wardah "Melukis Bianglala"


Hai book lovers. Wawancara terakhir member SFF akan menemani kamu saat ini. Disini penulis Melukis Bianglala akan berbagi soal novel fantasi favoritnya. Kecintaannya dengan buku. Semoga kamu dapat terinspirasi untuk jadi blogger buku. Selamat membaca.




Halo mbak Wardah. Salam kenal ya. Melukis Bianglala baru aku kunjungin waktu menyiapkan Q&A ini. Desainnya minimalis namun cantik. Materi blognya juga bagus. Terima kasih udah menyempatkan untuk berbagi disini.


Sebutin tiga buku terfavorit dong. Di luar genre Fantasy juga enggak masalah. Dan mengapa kamu suka buku-buku itu?

1. Herr Der Diebe karya Cornelia Funke. Entah kenapa unforgettable banget. Novel ini yang bikin saya jatuh cinta sama Venezia. Juga novel yang bikin saya selalu suka (sampai sekarang) sama kisah persaudaraan.

2. And Then There Were None karya Agatha Christie. Bacanya pas masih SMP dan begitu selesai itu cuma bisa bengong. Sampai sekarang juga masih bengong sih. Habis novel satu ini tuh luar biasa misterinya, recommended banget. Karena baca ini juga standar bacaan misteri saya jadi tinggi. :))

3. Bartimaeus Trilogy karya Jonathan Stroud. Saya langsung naksir sama Barty yang sarkas, sinis, angkuh, tapi lucu. Saya juga suka karakter Nathaniel bocah, yang masih idealis dan unyu itu. Meski saya tidak suka ketika Nathaniel sudah dewasa, tapi segalanya terbayar ketika ending. Epic.


Ceritain dong gimana pengalamannya jadi book blogger. Siapa tahu pembaca bisa terinspirasi membuat blog tentang buku sehabis membaca wawancara ini :) ?

Pengalaman ya…

Sejujurnya saya baru resmi jadi book blogger itu Januari. Awalnya blog ini saya campur sama macam-macam hal (random thought, random info, random things). Tapi karena pengen jadi member BBI, akhirnya saya ungsikan semua yang tidak berhubungan sama buku di Januari. Yah, dihitung-hitung baru tiga bulan berarti. XD

Yang paling seru itu mungkin pas ngadain giveaway pertama, ya. Meski partisipannya ga banyak (mungkin karena saya minta buat mereview buku yang akan saya kasih) tapi rasanya menyenangkan berbagi.

Sama seru banget pas begitu gabung BBI, eh, ada buntelan Remedy dan saya dapat. Rasanya kayak benar-benar diterima di keluarga gitu. :’)


Saya mengamati jenis bacaan mbak Wardah sangat beragam. Sedikit kepo boleh dong. Ada enggak penerbit favorit? Ets. Nggak disebutin juga gapapa. Seru nggak jadi omni reader mbak?

Penerbit favorit… ga ada yang benar-benar favorit sih. Saya suka kebanyakan penerbit mayor karena (biasanya) tampilan kovernya apik, margin-nya pas, dan font-nya nyaman di mata. Kertasnya juga biasanya bagus dan kertas kovernya tebal, hihi. :D

Jadi omni-reader itu seru-seru-susah. Seru karena bacaan jadi beragam genre, tapi susah karena ada juga yang bukan my cup of tea (tapi karena harus dibaca ya tetap saja harus dibaca *sigh*). Tapi sebenarnya saya itu rewel soal gaya bahasa, bukan soal genre sih. Selama gaya bahasanya mengalir dan asyik dan nyaman dan bikin saya duduk anteng buat baca, genre apa pun bisa saya libas dengan cepat. Haha.


Kembali ke topik utama. Genre Fantasy dan Science fiction. Apa sih yang membuat kamu suka dengan kedua genre diatas?

Pertama karena novel fantasi yang bikin saya hobi membaca. Benar-benar hobi yang sampai rela ga tidur, diomelin ortu, lupa ngerjain PR, sampai sanggup kelaparan di sekolah buat beli dan baca buku semasa masih sekolah dulu. Rekor membaca novel saya masih dipegang sama novel-novel fantasi. Eragon dalam semalam, Harry Potter Orde of Phoenix (saya bahkan masih ingat ada 1200 halaman) dalam dua malam, padahal saat itu saya masih siswa SMA yang 8 jam waktunya di sekolah.

Alasan lain, karena saya selalu suka fantasi—sesuatu yang tidak nyata. Buku selalu bisa membawa saya “pergi” dari keadaan saya saat itu, tapi novel fantasi dan science fiction melakukan lebih dari itu. Novel-novel SFF itu menerbangkan saya ke tempat-tempat yang tidak pernah ada tapi “ada”. Saya selalu suka sensasi diajak berjalan-jalan dalam dunia yang penuh imajinasi dan magis.


Apa sih bedanya sci-fi fantasy sama jenis fantasy yang lainnya? Dan kenapa tertarik dengan science fiction fantasy? @asysyifaahs

Eng, apa ya? #bingung

Bedanya mungkin kalo sci-fi fantasy itu ada unsur science—ilmu pengetahuan, teknologi, rekayasa—sedang di fantasy yang lain ga ada. Yah, kan naga, sihir, peri, unicorn, dll itu bukan sesuatu yang “science”.

Tunggu, kayaknya saya ga pernah bilang tertarik sama sci-fi fantasy deh? XD

Secara personal sih saya lebih suka fantasy, tapi saya tertarik sama sci-fi fantasy juga, karena well saya suka fisika. Anyway, saya suka banget sama novel sci-fic fantasy berjudul Vicious karya V.E. Schawb. Sayangnya belum dengar ada rencana diterjemahin sih.


Pernahkah blogger buku merasa tiba-tiba bosen baca buku setelah estafet baca dan review buku sekaligus? Solusinya gimana? @evizaid
 

Pernah, Sering malah. T_T

Solusinya ya? Coba lakukan hal lain selain membaca buku atau mereview. Mungkin main game, makan enak, nonton film, memasak, apa pun. Kalo saya pribadi sih begitu bosan buka chrome lalu surfing di dunia maya. Atau saya merajut untuk menghilangkan rasa lelah membaca. Kadang kala bahkan saya cuma berbaring dan menatap langit-langit kamar. XD


Adakah buku favorit untuk genre Fantasy?

Ada. Bartimaeus Trilogy dan The Saga of Darren Shan (saya suka banget sama bagian akhirnya dan karakter-karakternya, khususnya karakter minornya). Saya juga cukup suka sama novel Jonathan Stroud yang baru, Lockwood&Co, dan Demonata Series-nya Darren Shan (sayangnya tidak lanjut diterjemahkan T_T).

Oh ya, saya suka Vicious karya V.E. Schawb. Belum diterjemahin sih, tapi itu keren banget-nget-nget. Sangat direkomendasikan buat yang suka sci-fic fantasy, superhero, thrill, dan konflik psikologi.

Apa harapan kamu untuk BBI ke depannya?

Tetap bersinar di langit yang gelap. #eh

Ehm, semoga selalu menjadi rumah yang hangat bagi penghuninya maupun pengunjungnya. Dan semoga memberikan sumbangsih yang besar dalam perkembangan buku nasional.:)
Pertanyaan terakhir sebelum menutup perjumpaan disini. Ada enggak rekomendasi buku Fantasy yang wajib dibaca pembaca h23bc.com?

Novel-novel fantasi kesukaan saya! Bartimaeus Trilogy, Darren Shan Saga, dan Vicious. Coba dibaca deh, saya jamin bakal suka. <3


Terima kasih atas waktu dan kesempatannya. Semoga langgeng menulis blog bukunya dan makin diminati penerbit #eaa. Selamat berkarya.


Terima kasih, kak Steven. :D

Thursday, 9 April 2015

Blogger Interview with Ira "Ira Book Lover"






Kali ini H23bc kedatangan mbak Ira Mustika yang menulis review di Ira Book Lover. Blogger asal Kalimantan ini akan berbagi soal buku favorit, kecintaannya dengan buku lewat Proyek Cinta Perpustakaan. Penasaran seperti apa? yuk langsung saja kita simak wawancara berikut.



Halo mbak Ira. Salam kenal ya dari H23bc. Akhirnya kesampaian buat ngelakuin wawancara dengan anggota BBI :) Terima kasih udah mau berbagi dengan pembaca disini.

Halo H23bc, salam kenal juga ya. Terima kasih kembali sudah memberikan kesempatan saya untuk ikut berbagi :)


Salut dan harus diapresiasi karena mbak Ira membuat Proyek Cinta Perpustakan. Boleh cerita sedikit tentang apa yang menjadi inspirasi membuat kampanye ini?

Yang menjadi inspirasi untuk Proyek Cinta Perpustakaan ya? Errr…alasan sentimental saja sebenarnya. Bulan depan saya mendapat pekerjaan tetap di kampung halaman. Saya merasa sedih karena harus berpisah dengan Perpustakaan Daerah Banjarbaru. Perpustakaan ini sudah menemani saya sejak saya kuliah sampai bekerja di kota orang.

Yah anggap saja saya kena sindrom “baru kusadari betapa aku mencintaimu setelah kita tak lagi bersama” *eaaaaaaaaa*. Nah, sebelum kembali ke kampung halaman, saya bertekad untuk menghabiskan waktu saya yang tersisa sebanyak mungkin di Perpustakaan ini. Terutama membaca buku-buku barunya yang belum sempat saya baca.



Apa yang menarik dari Perpustakaan Daerah Banjarbaru?

Yang menarik dari Perpustakaan Daerah Banjarbaru kalau dibandingkan dengan sesama Perpustakaan Daerah yang pernah saya kunjungi di Kalimantan Selatan sama saja ya. Perpustakaan Banjarbaru itu tidak pernah memberikan denda atau hukuman apapun kalau pengunjungnya telat mengembalikan buku. Saat jam istirahat makan siang, para pustakawannya masih stand by melayani pengunjung. Jadi orang kantoran seperti saya masih bisa meminjam/mengembalikan buku di hari kerja tanpa menggganggu jam kerja saya sendiri di kantor. Buku-buku fiksinya sering update dan koleksi bukunya keren-keren.

Tapi yang paling saya suka adalah setiap tahun, Perpustakaan ini mengadakan event akbar Banjarbaru Book Fair. Meskipun sepertinya mereka fokus ke acara untuk non-reader. Tapi tetap saja para penimbun buku seperti saya girang bukan kepalang melihat buku-buku diskon sebegitu banyaknya. Bahkan penerbit-penerbit yang jarang memberi diskon juga tetiba jadi murah hati.

Selain Banjarbaru Book Fair, Perpustakaan ini juga rutin mengadakan Pasar Buku Murah setiap tahun. Meskipun tidak sebesar event Banjarbaru Book Fair, tapi event Pasar Buku Murah ini juga sukses menambah tinggi timbunan saya di rumah :D


Berkeliling di blog Ira Book Lover. Saya mendapati meme Buying Monday Wrap Up. Mengapa meme tersebut sudah tidak diupdate belakangan ini?

Buying Monday tidak update lagi karena saya … lupaaaaaaaaaa. Hahhahaha. Mungkin nanti saya harus bikin post terjadwal dulu biar ingat.

Sebutkan seri buku fantasy yang kamu rekomendasikan kepada pembaca? Mengapa?
Eh apa ya? Halah malah balik nanya. Mungkin seri Harry Potter, seri Bartimaeus, seri Lockwood & Co., seri Percy Jackson & The Olympians, seri Hero of Olympus, seri Fablehaven, seri Septimus Heap, seri TimeRiders dan masih banyak lagi seri lainnya.

Mengapa saya merekomendasikan seri-seri di atas? Hmmm… mungkin terlalu panjang kalau saya tuliskan di sini. Jadi, silakan kepo-in blog saya untuk mengetahui alasannya. *eaaaa, malah promosi*.


Apa sih bedanya sci-fi fantasy sama jenis fantasy yang lainnya? Dan kenapa tertarik dengan science fiction fantasy? @asysyifaahs

Oh ini sebenarnya saya juga bingung sih, *kena keplak*

Sepemahaman saya saja ya. Science Fiction Fantasy itu bukan Science Fiction Fantasy digabung jadi satu, tapi Science Fiction & Fantasy. Ada perbedaan antara genre Science Fiction dengan genre Fantasy. Cuma mereka memang sodaraan jadi sering terlihat jalan bareng *apa coba*.

Science Fiction itu … errr … gimana ya menjelaskannya … hahhhahh … saya paling bebal memang kalau menjelaskan definisi seperti ini dengan kata-kata. Kalau ada rumusnya seperti SF + F = SFF misalnya, jelas jauh lebih mudah bagi saya :D

IMO, Science Fiction itu genre yang lebih dominan pada ide cerita mengenai inovasi-inovasi science dan teknologi semustahil apapun inovasi tersebut tampaknya. Sepertinya mustahilnya inilah yang sering membuat Science Fiction jadi overlapping dengan Fantasy.

Perwakilan novel yang paling jelas menunjukkan ide Science Fiction-nya menurut saya adalah novel-novel bertema time travel. Meskipun jelas ada banyak lagi novel Science Fiction selain time travel. Pokoknya titik berat ceritanya ada di ide-ide sains dan teknologinya.

Nah, kalau Fantasy lebih dominan ke tema magic dan supernaturalnya. Eh, tapi ini cuma pendapat saya loh ya. Sotoy saya lagi di mode on. Mohon koreksinya kalau salah :D

Terus, kenapa saya tertarik dengan Science Fiction dan Fantasy? 

Okeh, saya ke Science Fiction dulu ya. Sejak kecil saya punya cita-cita kepingin pinter biar jadi ilmuwan *bukan biar jadi dokter yang menyuntik orang lewat seperti kata Susan*.

Nah, membaca novel Science Fiction itu kalau istilah lebay-nya bisa menjadi bahan bakar semangat yang sangat ampuh bagi saya. Saya sering terpesona dengan orang-orang berotak cemerlang yang biasanya ada di novel-novel Science Fiction. Meskipun tidak semua novel Science Fiction mempunyai tokoh-tokoh yang jenius.

Ketertarikan saya dengan para tokoh jenius yang ada di novel SciFi tersebut sama. Kami menganggap masalah sains yang sering dianggap orang sulit itu sangat menarik. Apalagi kalau teori atau percobaan yang kami lakukan berhasil. Wow, berasa jadi orang paling pinter sedunia deh pokoknya. Padahal paling banter cuma melakukan percobaan sains sederhana. Masih kalah jauhlah kalau dibandingkan dengan Newton atau Einstein. Sejauh bintang yang jaraknya jutaan tahun cahaya. *tsaaaaah*.

Jadi kesimpulannya, tidak semua novel Science Fiction saya sukai. Saya hanya menyukai novel Science Fiction yang memang benar-benar bertemakan tentang inovasi atau ide-ide sains dan teknologi semustahil apa pun ide tersebut. Makin rumit ide sainsnya, makin senanglah saya.

Saya kasih contohnya ya. Bagi yang pernah membaca seri TimeRiders buku ketiga, pasti kenal dengan tokoh Adam Lewis kan? Pasti pernah membaca bagaimana cara Adam memecahkan kode kode manuskrip Voynich dan kode yang ada di Cawan Suci kan? Huaaahhhh, saya terpesona sekali dengan Adam saat itu. Keren banget Adam, otak kamu cemerlang sekali, saya suka *kirim tanda cinta ke Adam* *eh* 

Seri TimeRiders


Lalu kenapa saya suka dengan Fantasy? Pertanyaan ini saya jawab di pertanyaan pamungkas di bawah saja ya. So, mari kita lompat dulu ke pertanyaan selanjutnya.


Pernahkah blogger buku merasa tiba-tiba bosen baca buku setelah estafet baca dan review buku sekaligus? Solusinya gimana? @evizaid
Hmmm …. saya tinggal di daerah di mana buku masih merupakan barang yang mahal dan langka. Jadi saya belum pernah bosan baca buku meskipun sudah diestafet dengan membuat review-nya sekaligus. Anehnya, setiap habis membuat review, mood saya untuk membaca lagi malah menjadi semakin bagus.

Suatu saat, mungkin saya nanti akan merasa bosan. Dan kalau itu terjadi, saya akan mencoba solusi yang selalu ampuh kalau saya lagi mandek baca buku. Biasanya saya mandek bukan karena bosan, tapi karena buku yang saya baca tidak seru atau saya sedang kena book hangover.

Solusinya saya akan membaca bacaan yang sudah amat sangat jelas sekali bakalan saya suka. Bisa membaca majalah favorit, membaca buku baru dari seri favorit, membaca buku dari pengarang favorit atau membaca ulang buku favorit. *berapa kali ya saya bilang favorit*.

Oh ya, ngomong-ngomong ide ini saya dapat dari Bzee @ Bacaan Bzee loh dan sangat ampuh untuk saya ;) *peluk Bzee*


Apa harapan kamu untuk BBI ke depannya?

Harapan saya untuk BBI adalah semoga BBI tetap eksis. Semoga anggotanya makin banyak dan tersebar di seluruh Indonesia terutama di Kalimantan Selatan.

Untuk sekarang saat saya masih di kota Banjarbaru, oke lah masih ada Thifa dari kota Martapura serta Maya dan Ilham dari kota Banjarmasin. Kami berada di 3 kota yang bisa dibilang masih berdekatan tapi yah lumayan jauh juga sih, terutama dengan kota Banjarmasin.

Nah, seperti yang saya bilang di atas, sebentar lagi saya bakalan dapat pekerjaan tetap di kampung halaman saya, sebuah kota kecil di Kalimantan Selatan yang bernama Amuntai. Kota ini lebih jauh lagi dari kota Banjarmasin dan sepertinya cuma saya BBI-er yang berasal dari sana.

So, Bebi, semoga kamu semakin dikenal dan anggotanya berjibun sampai ke pelosok. Tetap adakan event-event seru dan sering-sering bagi-bagi buku gratis ya :D

Pertanyaan terakhir untuk mbak Ira. Boleh berbagi dengan pembaca apa yang membuat mbak Ira menyenangi buku-buku bertema Fantasy?

Nah ini dia pertanyaan pamungkas yang saya maksud di atas. Kenapa saya senang dengan buku bertema Fantasy? Jawabannya adalah saya tidak tahu, hahaha *dikeplak pakai sandal*

Sebelum saya punya blog buku, saya sama sekali tidak ngeh kalau buku-buku yang saya baca itu ada genre-nya. Dulu saya tahunya bacaaaa aja.

Setelah ada recordnya di blog. Saya baru tahu kalau saya lebih banyak membaca buku fantasi ketimbang buku lainnya. Kemungkinan besar waktu itu karena saya tertarik dengan blurb yang ada di belakang buku. Rasanya seru saja gitu membaca tentang sihir, mitologi, dan hal-hal supernatural lainnya.

Nah, sekarang saya sudah tahu kalau genre buku itu ada bermacam-macam. Dan saya tetap seperti dulu, lebih tertarik untuk membaca buku bertema Fantasy daripada yang lainnya.

Tapi saya juga omnireader kok. Meskipun saya cenderung memilih buku-buku fantasi, saya juga tidak masalah membaca buku apa saja selama buku tersebut berhasil menarik perhatian saya. *halah*


Terima kasih atas waktu yang diberikan untuk wawancara singkat ini. Semoga bisa bermanfaat bagi pembaca. Sukses buat Program Cinta Perpustakaan.

Iyaaa h23bc, terima kasih kembali atas waktu yang kamu berikan untuk berkeliling blog ku sebelum wawancara ini ya.

Amin, semoga bermanfaat.
Terima kasih kembali. Sukses juga buat kamu ;) 


Ps: Kunjungin juga post keren BBI lainnya disini

Wednesday, 8 April 2015

Blogger Interview with Ren Puspita "Ren's Little Corner"





Mbak Ren Puspita dengan Ren's Little Corner adalah member BBI yang jauh dari kesan mainstream. Bacaan yang direview pun sangat beragam. Selain itu materinya semakin begizi dengan opini-opini menarik seputar dunia blog dan perbukuan. Banyak pengunjung yang terhibur sekaligus tercerahkan tentunya. Di kesempatan kali ini saya harus mengaku beruntung bisa mewancarainya. Mbak Ren bercerita soal genre favoritnya, opininya tentang masa depan perbukuan kita, dan harapannya untuk komunitas Blogger Buku Indonesia. Please welcome, Ren Puspita.





Surpise ketika ngumumin di grup WA SFF, ajakan wawancara langsung disambar sama Mbak Ren. Jujur Ren's Little Corner adalah salah satu most admired blog BBI (hahaha yang bener XD?, Ren). Terima kasih sudah mau berbagi dengan pembaca di h23bc.com.




Mbak Ren, boleh berbagi apa saja kesibukannya saat ini?

Saat ini sedang sibuk kerja, karena proyek nambah 1 lagi, jadi blogging juga agak jarang, baca pun lumayan jarang :/. Malah keasikan main game, hehe. Oh ya, sedang sibuk juga mempersiapkan untuk acara ultah BBI yang ke-4. Silakan tunggu tanggal mainnya ya :)


Jika anda bisa kembali ke masa lalu dengan sebuah mesin waktu, hal apa yang akan dilakukan?

Hmm, mungkin lebih cepat dalam menyelesaikan skripsi, haha. Umm, ngga ding. Pengennya sih balik ke masa SMP dan SMA, dimana ketimbang kebanyakan baca komik, lebih ingin baca banyak buku novel.


Sebagai seorang reviewer yang sudah lama berkecimpung di dunia meresensi. Apa yang mbak Ren pikirkan mengenai masa depan penerbitan di Indonesia?

Menurutku sekarang banyak banget penerbit di Indonesia ya, dari yang dulu aku tahu hanya ada Gramedia, Gagas, Mizan, dll, sekarang sudah ada seperti Mokamedia dan Diva. Tentu masih ada yang lain, dan ini bagus buat persaingan yang sehat di pasar. Sayangnya, minat baca penduduk Indonesia masih tergolong rendah, kalau dilihat dari pandangan secara pribadi, padahal buku yang diterbitkan juga banyak dan aku yakin sangat bisa memenuhi permintaan pasar. Harapanku sih, ingin buku-buku yang diterbitkan jauh lebih bervariasi, tidak selalu memenuhi selera pasar dan berani untuk unik, terutama penerbit-penerbit yang masih baru. Aku juga ingin mereka mulai merambah ke e-book, karena sekarang animo pembaca yang memilih ebook sudah meningkat.


Apa sih bedanya sci-fi fantasy sama jenis fantasy yang lainnya? Dan kenapa tertarik dengan science fiction fantasy? @asysyifaahs



Menurutku science fiction dan fantasy sudah berbeda sih J. Science fiction melibatkan teknologi, setting waktu banyakan futuristic lalu setting tempat bisa di bumi atau malah luar angkasa sekalian, beberapa teknologinya bisa banget dibikin di dunia nyata dan butuh pemikiran mendalam karena ada teori – teori seperti fisika kuantum dan semacamnya (yang bikin pusing pokoknya, hehehe). Sedangkan fantasy lebih ke isi dunianya yang bersifat imajiner, settingnya bisa dimana saja dan kapan saja.



Sudah tertarik dengan SFF sejak lama, karena bagiku dunianya menantang, penuh pertanyaan dan misteri, plus karena aku bosanan, baca buku dengan genre SFF bisa mengatasi kebosanan ini. Selain itu begitu banyak kemungkinan yang terjadi di buku SFF, bikin ceritanya makin kaya J


Pernahkah blogger buku merasa tiba-tiba bosen baca buku setelah estafet baca dan review buku sekaligus? Solusinya gimana? @evizaid



Wah, pasti ada dong masa – masa ketika kita merasa burn out baca buku dan males mereview. Saat itu, biasanya aku istirahat sejenak, bisa dengan main game, ngobrol dengan suami (kasian soalnya, dicuekin mulu kalau pas baca buku, hahaha XD), nonton film,dll. Nanti pasti muncul lagi keinginan buat baca buku terus – terusan. Jadi kalau sudah merasa bosan, istirahat dulu ya :)





Saya membaca soal curhat ngeblog mbak Ren. Apakah terpikirkan membuat semacam Book Lovers Inc?



Tidak terpikir untuk membuat blog yang seperti Book Lovers Inc, karena BBI tuh potensial banget jadi seperti blog itu. Cuma, member kita memang banyak banget, jadi agak susah untuk menyatukannya. Book Lovers Inc sendiri hanya punya 9-10 blogger, sehingga koordinasinya mudah. Lalu mereka juga responsive, sehingga seneng rasanya bisa ngobrol disitu, tanpa harus ngobrol karena Cuma ngincer Giveawaynya aja :P. Kapan ya BBI bisa kayak gitu, hehehe?


Oh ya, karena BLI udah tutup, sekarang aku suka main ke Dear Author. Memang blog ini banyakan mengulas romance, tapi sangat menarik membaca artikel selain review disana. Sangat thought-provoking


Kembali ke topik utama. Around the Genres in 30 days. Boleh diungkapkan kepada pembaca genre apa saja yang dibaca kemudian diresensi di Ren's Little Corner?



Untuk event around the genres, blog Ren’s Little Corner akan membahas tentang genre steampunk :D. Genre yang juga merupakan genre favorit dan sempat booming 1-2 tahun yang lalu


Berbicara soal genre Fantasy. Mendengar kata itu umumnya orang banyak berpikir soal Harry Potter dan Game of Thrones yang lagi booming saat ini. Pendapat anda soal genre fantasy yang tidak ada matinya?
 



Bagiku semua genre akan terus hidup, hanya ada pasang surutnya. Fantasy saat ini cukup meraja di luar negeri, walau trend yang aku lihat sekarang emang sedikit bergeser ke genre kontemporer dan romance, tapi fantasy masih tetap Berjaya. Menurutku genre ini bisa bertahan karena keunikannya, ada banyak kemungkinan yang terjadi dan beberapa aspek mirip dengan kehidupan sehari – hari atau sejarah dunia. Misal GoT yang terinspirasi sejarah War of Roses


Lebih menyukai fantasy versi buku atau film? Mengapa?



Fantasy versi buku maupun film ada kelebihan dan kekurangannya. Dari versi film, ada visualisasi yang menarik dan memanjakan mata. Yang sayangnya suka kurang dari segi cerita atau kalau diangkat dari buku maka banyak yang dipangkas. Aku lebih suka versi buku karena lebih bebas berimaginasi :)


Apa harapan kamu untuk BBI di HUT yang ke 4?



Harapanku sebenarnya mungkin terdengar klise, ingin BBI lebih dikenal di masyarakat. Saat ini kami sudah mulai menancapkan kuku di dunia literasi Indonesia dan itu merupakan pertanda yang bagus. Namun tanpa adanya kekompakan dari dalam, akan sulit untuk lebih berkembang. Jadi, selain harapanku yang pertama, aku ingin member BBI juga lebih solid, lebih kreatif dan, mungkin suatu saat web BBI akan jadi seperti Books Lover Inc atau Dear Author, dimana kami lebih mudah berinteraksi dengan masyarakat sebagai satu kesatuan, yaitu BBI.


Pertanyaan terakhir. Adakah rekomendasi buku Fantasy dan scifi untuk para pembaca di rumah?




Rekomendasi sih banyak banget :D. Dari subgenre apapun juga aku ada rekomendasi, hehehe. Untuk pembaca sci-fi fantasy yang masih baru aja malu – malu berkenalan dengan genre ini bisa baca Harry Potter atau Eragon yang menurutku cukup mudah untuk dipahami. Dari segi sci-fi bisa baca Ender’s Game, dan semoga sih tidak bingung nantinya kalau baca Supernova karya Dee. Untuk yang udah lama berkecimpung di dunia fantasy, baca deh fantasy yang belum pernah diterbitkan di Indonesia dan yuk kita rayu bareng2 penerbit di Indonesia biar makin banyak buku fantasy yang terbit :D



Terima kasih atas waktu dan kerjasamanya. Semoga bisa terus berkarya dan sukses dalam karir perbukuan dan di dunia nyata :)


Ps: Kunjungin juga post keren BBI lainnya disini

Monday, 6 April 2015

Author Interview With Jodhi Giriarso

Waktu Baca : 6-7 menit.



Telah hadir Jodhi Giriarso. Penulis novel Thriller "Katastrofa" dengan setting gunung Tambora NTB. Diterbitkan oleh Mokamedia 2014 kemarin, novel ini menjadi oase di tengah pasar buku Indonesia yang dijejali novel terjemahan. Bulan ini bertepatan peringatan 200 Tahun Tambora. Rasanya sayang untuk melewatkan cerita yang mengajak kita untuk turut perhatian dengan lingkungan. Kepada pembaca dia berbagi cerita seru di balik penulisan novel-novel sains fiksinya. Soal proses menulis. Pemikirannya mengenai masa depan penerbitan di Indonesia. Please Welcome, Jodhi Giriarso.




Hi mas Jodhi. Terima kasih atas persetujuan untuk berbagi tentang proses penulisan Anda hari ini.

Justru saya yang berterima kasih atas kesempatan ini. Ngomong-ngomong, selamat atas hari jadinya blogger buku Indonesia yang keempat. Saya bergelut dalam dunia buku sejak 2007/2008 tapi mengenal blogger buku Indonesia baru belakangan ini saja. Saya masih hijau di dunia perbukuan Indonesia :)



Pertama-tama mas Jodhi, apa yang Anda baca sekarang? Apakah untuk kesenangan atau untuk "bekerja"?

Sekarang saya sedang membaca (ulang) Rahasia Meede, salah satu tulisannya ES. ITO. Dia salah satu penulis favorit saya. Tidak pernah bosan membaca ulang bukunya. Saya berharap dia menerbitkan novel baru dalam waktu dekat. 



Membedakan antara kesenangan dan ‘bekerja’ dalam hal membaca adalah sesuatu yang bias, batas antara keduanya sangat kabur. Di satu sisi, saya membaca untuk bersenang-senang, sementara di sisi yang lain apapun yang saya baca kemudian hari bisa menjadi ‘bahan’ untuk menulis, yang mana bisa dikategorikan ‘bekerja’. Jadi, bisa dibilang membaca adalah pekerjaan yang menyenangkan buat saya.



Apakah Anda membaca umumnya lebih untuk kesenangan atau untuk menulis Anda?

Saya tidak bisa membedakan antara keduanya.



Stephen King mengatakan, "Jika Anda tidak punya waktu untuk membaca, Anda tidak punya waktu untuk menulis." Apa yang Anda katakan?

Tak banyak karya King yang saya baca, tapi saya banyak belajar dari wejangan-wejangannya. Semua nasihatnya masuk akal dan bisa diterapkan. Bila dia bilang begitu, ya memang begitulah kenyataannya. Membaca adalah bagian terintegrasi dari menulis, bahkan bisa dibilang sebagai langkah awal sebelum ‘menulis’, jadi siapapun yang tidak membaca, tak bisa melanjutkan langkah berikutnya. Artinya keseluruhan upaya untuk menulis akan sirna bahkan sebelum dimulai.



Ketika Anda pertama kali memulai menulis draft Konspirasi Nuklir, apakah Anda memiliki buku yang Anda pelajari? Bisakah Anda memberitahu kami bagaimana Anda belajar bahan tersebut?

Saat menulis draft KonsNuk saya sedang mengerjakan penelitian dan skripsi saya. Pada waktu itu penelitian saya adalah rangkaian pekerjaan yang memakan waktu yang lama dari satu langkah ke langkah yang berikutnya di laboratorium. Untuk mengisi waktu saya menulis draft itu. Saya bukan termasuk mahasiswa yang getol baca buku teks tapi berkat menulis KonsNuk saya diharuskan banyak membuka buku teks ataupun catatan kuliah (yang kebanyakan saya pinjam) untuk melengkapi referensi ilmiah dari novel itu. Kebanyakan materi mengenai radiokimia dan fisika kuantum yang saya baca saat itu. Dan justru pada saat itulah semua pengetahuan itu melekat lebih dari seharusnya. Padahal nilai kedua mata kuliah itu sebelumnya tidak sebaik yang saya harapkan. Tapi nilai, kan, cuma sekadar angka? Hehe … yah, itu cuma alasan mahasiswa pemalas saja :p



Apakah ada penulis yang sangat memengaruhi gaya menulis Anda?


James Rollins, Dan Brown, dan Takashi Matsuoka.

Takashi Matsuoka.
Rollins mengajari saya merangkai alur cepat dan pendek-pendek menjadi satu cerita utuh. Dari Brown, saya belajar menyusun teka-teki. 


Dari Matsuoka, saya belajar menyusun plot acak seperti puzzle yang nantinya akan disusun sendiri oleh pembaca.





Boleh dong, sedikit berbagi. Apa novel terburuk yang pernah Anda baca?

Twilight. Pada waktu itu saya mencoba mengikuti tren. Tapi jelas ini hanya soal selera, dan kebiasaan saya sebelumnya membaca buku dengan gaya yang berbeda dengan Twilight memberikan kontribusi besar atas penilaian tersebut. Setelah kejadian itu, saya mencoba untuk menghindari tren dan membaca apa yang saya perlukan untuk penulisan novel saya. Mengikuti tren hanya buang-buang waktu.



Ceritakan tentang perjalanan Konspirasi Nuklir diterbitkan Penerbit Tiga Kelana dan secara resmi menjadi karya pertama Anda?


Sampai saat ini saya bangga mengakui bahwa draft KonsNuk diselesaikan lebih dulu ketimbang skripsi, haha …

Setelah sidang barulah saya melakukan penyuntingan. Saya termasuk beruntung karena Tiga Kelana yang merupakan imprint dari Tiga Serangkai bersedia menerbitkan buku ini pada kesempatan pertama. Setelah itu barulah ada komunikasi intensif dengan editornya.



Dapatkah Anda sedikit bercerita tentang Katastrofa, novel thriller terbaru anda yang diterbitkan Moka Media tahun 2014 kemarin?


Bisa dibilang Katastrofa adalah proyek ambisius yang dikerjakan setelah saya bekerja (yang artinya: ada kesibukan utama, penghasilan yang cukup mapan, dan waktu yang lebih sedikit ketimbang sebelumnya, yang juga berarti jikapun tidak saya kerjakan, saya bisa tetap hidup). Di tengah pekerjaan utama, saya menyelipkan waktu untuk menulis Katastrofa karena saya yakin saya memiliki sesuatu yang layak saya bagikan kepada orang lain. Format novel hanya medium karena itu yang saya bisa. Andaikan saya bisa menggambar, mungkin saya akan membuat semacam lukisan atau grafis yang memuat visi yang sama.

Di novel yang ini juga saya beruntung karena dihubungi editor Moka Media bahkan sebelum naskahnya selesai. Setelah saya telusuri ternyata Fisca, editor Katastrofa, pernah membaca novel pendek berjudul Separuh Dunia yang saya posting di Facebook beberapa tahun yang lalu. Mungkin kebetulan itu cuma ilusi, ya, kan?

Secara cerita, tak ada hubungan antara Katastrofa dan Separuh Dunia, tapi novel pendek itu saya gunakan sebagai ajang latihan menulis cerita dengan latar belakang ilmu dan teknologi kebumian. Saya sengaja mengangkat fenomena kebumian di Indonesia karena latar belakang pendidikan saya saat mengambil master berhubungan erat dengan hal itu. Semua pengalaman dan pembelajaran yang saya dapatkan di kampus saya coba tuangkan dalam bentuk cerita, lagi-lagi karena itulah kebisaan saya.

Saya harap fenomena dan informasi kebumian yang saya selipkan dalam cerita bermanfaat bagi pembaca sebagaimana itu telah bermanfaat bagi saya.



Apakah Anda menuliskannya (Katastrofa) selagi sedang bepergian dan bagaimana cara menyelesaikannya?

Seperti yang saya kemukakan dalam Katastrofa, novel ini menempuh rentang waktu yang sangat panjang. Salah satunya karena pekerjaan saya menuntut saya bepergian ke banyak tempat. Sebetulnya rahasianya kenapa saya bisa menyelesaikannya selagi bepergian karena adanya deadline. Andaikan tidak ada yang meminta naskah itu, mungkin saya masih tenang-tenang saja menuliskannya sampai sekarang. Sepertinya deadline memang fondasi dari semua tatanan hidup penulis :)



Sebutkan film dan serial tv favorit dan akhirnya mempengaruhi penulisan Anda?

Perkenalan saya dengan dunia cerita awalnya dekat ke manga Jepang. Saya sangat menyukai cerita dengan tema-tema suspense dan thriller semacam Monster atau Death Note. Saya juga menyukai seri Jason Bourne, dan berharap suatu saat bisa menulis dengan tema yang minimal mendekati seri itu. 

Untuk serial tv, saya suka The Big Bang Theory, sesekali nonton The Family Guy. Entah apakah ini memengaruhi tulisan saya, tapi saya juga menikmati serial The Walking Dead dan Game of Thrones, juga How I Met Your Mother dan Breaking Bad. Jadinya lebih kayak gado-gado, sih :p



Punya novel scifi favorit? Mengapa Anda menyukainya?


The Cassandra Compact-nya Ludlum. Saya menyukainya karena tidak mengawang-awang. Semua penjelasan ilmiahnya sangat logis yang artinya sangat mungkin terjadi di dunia nyata dalam waktu dekat. Kedekatan dengan realitas itu membantu kita untuk memahami keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Saya juga menyukai State of Fear-nya Crichton dengan alasan yang relatif sama.



Mas Jodhi, saya ingin jadi penulis novel thriller seperti Bond dan Bourne. Apa yang harus saya lakukan? Ada buku tertentu yang harus saya baca?

Saya juga masih mencari tahu formula untuk menulis karya-karya fenomenal seperti itu. Kalau ada yang tahu, tolong kasih tahu saya :)



Apa yang anda pikirkan soal masa depan penerbitan buku Indonesia, dan dampaknya kepada penulis?

Penulis sangat terbantu oleh banyaknya penerbit yang muncul sekarang ini. Dan fenomena bahwa banyak penerbit besar yang membuka imprint untuk genre yang lebih spesifik menebar persaingan yang lebih ketat karena itu berarti semua penerbit bermain di semua segmen hingga niche terkecil. Itu membuka pilihan bagi penulis untuk menyodorkan karyanya pada penerbit yang visi dan misinya sesuai. Tapi tentu saja persaingan yang ketat menggeser perseteruan tidak lagi hanya berkutat tentang buku yang bagus, tapi tentang buku yang paling menarik, baik secara kemasan ataupun presentasinya.

Jujur saja, selain bersemangat, saya juga sering merasa ketakutan saat bermain di toko buku. Banyak sekali pesaing yang harus saya hadapi! Hehe … tapi ya itulah konsekuensinya. Dan saya rasa seleksi alam itu memang berlaku. Penulis/penerbit buku yang kurang berkualitas akan tergeser oleh penulis/penerbit yang baik. Ada tren atau fenomena yang terjadi karena kontroversi, tapi saya rasa itu tidak akan bertahan lama.

Harapan saya harga buku bisa lebih murah lagi. Saya menitipkan harapan pada penerbitan buku digital bisa menekan harga agar masyarakat tidak berpikir terlalu banyak saat ingin membeli buku. Yah, jaman serba mahal begini, saya khawatir beli buku jadi prioritas ke sekian. Dengan harga lebih murah, masyarakat bisa menempatkannya di urutan prioritas yang lebih awal. Semoga.

Saya tetap berharap harga buku fisik juga bisa ditekan melalui kebijakan insentif pajak dari pemerintah atau kebijakan lainnya.



Apa nasihat yang Anda miliki untuk calon penulis?

Saya selalu menasihatkan diri saya agar memperluas spektrum bacaan, meningkatkan frekuensinya, dan disiplin menulis.



Apa yang sedang Anda kerjakan untuk buku berikutnya?

Saya sedang mengerjakan kelanjutan Katastrofa yang sekaligus sebagai kisah pamungkasnya. Masih banyak yang harus saya pelajari.

Setelah itu mungkin saya ingin membikin sesuatu yang agak berbeda. Entah apa. Lah saya ini cuma sekadar kurir :p



Terima kasih atas waktu dan kesempatan mewawancarai mas Jodhi lewat email ini.

Sama-sama. Terima kasih juga atas upayanya untuk mengampanyekan membaca :)


Ps: Kunjungin juga post keren BBI lainnya disini

Sunday, 5 April 2015

Blogger Interview with Yovano "Kandang Baca"





Bintang tamu kita kali ini pastinya udah jadi pop star di dunia resensi BBI. Kang Opan yang menjadi penjaga Kandang Baca akan berbagi soal kesenangan membaca buku, tips mereview buku, dan rekomendasi buku favorit. Langsung saja kita simak wawancara berikut.


Halo Kang Opan. Senang bisa mengunjungi Kandang Baca. Makin banyak GA yang bisa dinikmati pencinta buku. Semoga GA dapat diselenggarakan tiap minggu bahkan tiap hari di tahun-tahun mendatang. Semoga dilirik penerbit atau penulis yang ingin promosi #code. Terima kasih udah mau berbagi disini.

Halo juga. Terima kasih sudah mengunjungi Kandang Baca. Aamiin, makasih untuk doanya. Mudah-mudahan ada sponsor dari penulis maupun penerbit agar Kandang Baca bisa mengadakan GA lebih sering lagi, tidak hanya sebulan sekali saja. #ngarep


Pertanyaan pertama dari seribu pertanyaan. Kenapa harus Kandang Baca kang?

Sepertinya banyak yang penasaran dengan pemilihan nama Kandang Baca, ya? Nggak bisa dipungkiri bahwa kata ‘kandang’ memang identik dengan hewan. Tapi kalau mengecek KBBI, kata ‘kandang’ ternyata juga memiliki makna konotatif sebagai tempat tinggal; kampung; negeri. Secara personal, Kandang Baca saya maknai sebagai rumah untuk menampung segala hal yang berhubungan kesukaan saya terhadap kegiatan membaca. Di samping itu, kata ‘Kandang Baca’ terdengar unik di telinga saya pribadi. :)


Membaca sambil bernyanyi? Atau mendengarkan musik sambil membaca?

Saya lumayan suka membaca sambil mendengarkan musik. Saat membaca novel bergenre romance atau fantasi yang ringan-ringan, saya senang bila didamping musik bernada lembut, misalnya musik-musik instrumental seperti piano atau saksofon. Tapi untuk buku-buku fiksi bertema berat dan menuntut konsentrasi ekstra, saya justru lebih menyukai tanpa ditemani musik sama sekali, misalnya ketika membaca Supernova: Ksatria, Puteri dan Bintang Jatuh karya Dee.


Gimana sih meresensi dengan gaya Kang Opan di Kandangbaca? Tulisannya bisa mengalir dan enak dibaca?

Wah, terima kasih. Sejujurnya saya merasa sedikit minder dengan resensi yang saya tulis. Diksinya masih sangat terbatas. ^^

Cara meresensi versi saya sederhana saja kok. Saat menulis resensi sebuah buku, saya membayangkan sedang bercerita kepada seorang sahabat. Saya beri tahu dia buku tersebut secara umum bercerita tentang apa, apa saja yang menjadi kekuatan buku itu, serta bagian mana saja yang barangkali perlu diperbaiki oleh penulis. Tentu diusahakan agar tidak memberikan spoiler penting.


Boleh dong sedikit berbagi buku apa yang paling berkesan selama pembacaan tahun 2015? Sudahkah direview? Kalau di tahun 1990? #abaikan.

Ada beberapa buku bagus yang saya baca di tahun 2015, namun yang paling berkesan adalah Sabtu Bersama Bapak karya Adhitya Mulya dan Supernova: Ksatria, Puteri dan Bintang Jatuh karya Dee. Supernova sudah saya buat review-nya, sebentara Sabtu Bersama Bapak belum. T.T

Bacaan di tahun 1990? Sudah lupa tuh. Hehehe.


Apa sih bedanya sci-fi fantasy sama jenis fantasy yang lainnya? Dan kenapa tertarik dengan science fiction fantasy? @asysyifaahs

Halo @asysyifaahs. Mungkin maksud pertanyaannya adalah perbedaan antara genre Sci-fi dengan Fantasy? Saya coba jawab sepengetahuan saya ya. Kalau genre Sci-fi, sesuai namanya: science fiction, secara umum memiliki unsur science yang kental dalam ceritanya, mulai dari setting (dunia masa depan, luar angkasa, dsb), peralatan/teknologi yang digunakan (mesin waktu, alat teleportasi, dsb), serta konflik atau tema ceritanya (misalnya tentang manusia kloning, alien, dsb). Sementara genre Fantasy, tentu mengandung unsur fantasi itu sendiri, misalnya sihir dan makhluk-makhluk ajaib (contohnya naga dan makhluk-makhluk mitologi dari berbagai belahan dunia).

Mengapa tertarik dengan genre Sci-fi dan Fantasy? Saya sebenarnya saya menyukai hampir semua genre fiksi. Namun yang membuat Sci-fi dan Fantasy menjadi istimewa buat saya, adalah pada imajinasi penulisnya.


Pernahkah blogger buku merasa tiba-tiba bosen baca buku setelah estafet baca dan review buku sekaligus? Solusinya gimana? @evizaid

Hai @evizaid. Merasa bosan itu manusiawi kok. Saya juga pernah mengalaminya. Di satu waktu saya sangat bersemangat membaca dan langsung membuat review setelah selesai membaca bukunya. Di waktu lain, saya hanya ingin membaca saja, namun malas membuat reviewnya. Kadang malah gabungan keduanya, malas membaca dan malas mereview. Hehe.

Saat sedang bosan membaca maupun mereview, saran saya sebaiknya memang tinggalkan dulu sejenak dua kegiatan tersebut. Cobalah untuk melakukan kegiatan lain. Jalan-jalan, nonton film atau drama Korea (hihi), cari video lucu di youtube, main game, membuka-buka majalah yang kamu sukai (melihat-lihat gambarnya saja boleh banget kok, tidak ada yang melarang), dan sebagainya. Atau mungkin kamu hanya bosan terhadap satu genre bacaan? Silakan coba genre bacaan yang lain. Salah-salah, kamu malah jadi ketagihan pada genre tersebut dan langsung melahap beberapa buku sekaligus.

Lalu bagaimana bila bosan mereview? Seharusnya menulis review jangan dijadikan sebagai beban. Kembali lagi ke niat awalmu menulis review. Saya pribadi menulis review selain untuk sharing informasi dengan teman-teman, juga sebagai sarana berlatih menulis. Saat sedang bosan mereview, saya biasanya blogwalking ke mana-mana, mencoba menikmati gaya menulis teman-teman sesama blogger buku. Lumayan berhasil menghilangkan rasa bosan lho. Tapi kalau tidak berhasil juga, ya istirahat saja deh. Jangan dipaksakan. Kecuali kalau kamu punya hutang review dari penerbit atau penulis, mau tidak mau, kamu tetap harus membuat reviewnya. ‘Ingat hutang’ bisa menjadi motivasi yang ampuh. ;)


Bukan bermaksud apa-apa :D Adakah rencana menulis buku dalam jangka waktu dekat?

Dalam waktu dekat? Hmm. Belum deh, kayaknya. Tapi pemikiran untuk menulis buku selalu ada kok.

Hunger Games. Gone Girl. What's your story kang?

My story? Barangkali “The Man Who Loved Books Too Much”.
 
Kakak termasuk jenis Omni Reader ya? Kalo iya, gimana sih serunya gonta-ganti bacaan?

Iya, bisa dibilang saya ini Omni Reader. Saya menyukai banyak genre bacaan, mulai dari romance, fantasi, sci-fi, buku-buku anak, humor, traveling, dan sebagainya. Serunya? Ya serulah. Hihi. (Jawaban macam apa ini? #selfkemplang). Menjadi Omni Reader tentu menyenangkan. Berdiskusi dengan teman-teman sesama pencinta buku menjadi lebih menarik karena kita bisa nyambung dengan banyak genre buku yang didiskusikan. Mengunjungi toko buku pun menjadi kegiatan ‘jalan-jalan’ yang cukup menyehatkan, sebab para Omni Reader bisa dipastikan akan lebih banyak ‘menyisir’ rak-rak buku di sebuah toko buku dibandingkan dengan penyuka genre tertentu saja.


Ceritain dong pengalaman membaca buku-buku tebal? Apa judul buku tertebal yang pernah dibaca? (boleh ngintip di GR) Bagaimana caranya supaya bisa betah baca buku yang mirip bantal itu?

Buku tebal terkadang bisa sangat mengintimidasi. Sebelum membaca buku-buku tebal (atau vesi anak-anak BBI: Buku Bantal), saya harus memastikan bahwa buku tersebut memang bagus. Inilah keuntungan punya banyak teman sesama pecinta buku. Dari mereka, kita bisa mendapatkan rekomendasi buku-buku Bantal yang memang layak baca.

Salah satu buku ter-Bantal yang pernah saya baca adalah Harry Potter dan Orde Phoenix. Tebalnya sekitar 1.200 halaman. Tak perlu diragukan, saya sangat menikmati setiap lembarnya. Iya, saya memang penyuka Harry Potter garis keras. :)


Kembali serius. Apa sih menurut Kang Opan yang menjadikan sebuah cerita Fantasy yang bagus dan menarik?

Yang membuat cerita fantasi bagus dan menarik adalah imajinasi dari penulis kisah fantasi itu sendiri. Konon, menulis fantasi tidak semudah menulis novel kontemporer. Penulis harus membangun dunia baru berikut detail-detailnya. Di saat yang sama, penulis juga wajib menjaga cerita tetap masuk akal sekalipun kisahnya fiktif bertabur imajinasi. Inilah yang membuat saya mengagumi para penulis kisah-kisah fantasi.


Pilih Fantasy seram atau petualangan? Kenapa?

Oke, saya pilih fantasi petulangan, sebab saya merasa lebih familiar dengan itu. Saya selalu menikmati perkembangan karakter si tokoh utama lewat petualangan yang ia lakukan. Contohnya Bilbo Baggins dalam buku The Hobbit. Ia tadinya hanya hobbit biasa yang lebih suka berada di Liang-nya yang hangat. Karena suatu hal, ia terpaksa ikut bertualang untuk mencari harta karun bersama para kurcaci, lengkap dengan segala bahaya yang mengintai. Saat pulang kembali ke kampung halaman, ia bukan sosok yang sama lagi.


Di HUT BBI yang ke 4. Apa harapan Kang Opan buat BBI?

Harapan saya, semoga BBI semakin berkembang dan banyak merangkul para pencinta buku di seluruh Indonesia. Semoga para fans BBI semakin mampu untuk menulis resensi-resensi yang berkualitas. Aamiin.


Pertanyaan terakhir. Bagikan sedikit judul Fantasy dan Scifi yang wajib dibaca para pencinta buku Indonesia?
- Harry Potter!

- The Hobbit

- Trilogi The Lord of The Rings

- Trilogi The Hunger Games

- The Mortal Instruments series

- Supernova (saya baru baca buku pertama, hehe)



Terima kasih atas kesempatannya. Senang sekali bisa mewawancarai Kandang Baca. Sukses untuk karir di dunia pekerjaan dan resensinya ya.

Sama-sama. Terima kasih telah mewawancarai saya, jadi berasa artis nih. Hehe. Sukses juga buat Bang Steven dan Blog Buku Haremi. :)



Ps: Kunjungin juga post keren BBI lainnya disini