Monday, 8 May 2017

Menyoal Gerakan Literasi (tapi) tanpa Campur Tangan Negara



Di kolom rutin miliknya, AS Laksana mencoba memilah bagian penting dalam gerakan literasi yang mulai bergaung di bumi nusantara. Selepas Pak Jokowi bertemu dengan para pegiat di Hari Pendidikan Nasional, memberi janji bebas ongkir untuk pengiriman ke daerah pelosok. Pertama harus kita pahami bersama "Gerakan Literasi tanpa Campur Tangan Negara" ini adalah opini dari sosok penulis, seorang ayah, dan kolumnis yang mencoba menangkap ruh perkembangan masyarakat.



Menarik untuk kita perhatikan. Di bagian awal, mas Sulak, bilang ketika si anak mulai suka membaca. Apakah kita akan sanggup melihat perkembangan si anak dari waktu ke waktu. Which is not looking good based on parents perspective, kalau kesannya si anak cuma baca aja, "bermalas-malas", kayak kurang inisiatif membantu orang tua, misalnya. Kalau dipikir iya juga ya. Dipanggil nggak nyahut-nyahut. Eh, si Bintang lagi senyam-senyum, lagi asyik baca buku bergambar.



Kedua, ketika gerakan literasi sudah mulai berdampak luas. Pertanyaan yang lahir selanjutnya adalah buku-buku apa aja sih yang harus dibaca? Semua jenis buku pastinya. Tapi bagi generasi langgas Indonesia. Ada hal yang jauh menarik dari sisi mereka. Apa saja buku-buku kekinian yang isinya bagus dan menarik. Menarik dari segi konten dan relevansinya bagi si pelajar. Apa anak SMP masih tertarik diberi tugas meresensi "Siti Nurbaya, Layar Terkembang". Nice. Kalau Anda mulai paham.


Tentang Koleksi buku

Koleksi buku-buku di perpustakaan memang telah diisi dengan buku-buku pilihan. Dari deretan buku bacaan fiksi dan nonfiksi tersebut, semuanya berisikan informasi dan pengetahuan yang bermanfaat. Namun akan lebih baik kalau deretan buku tersebut juga diperbaharui dengan buku-buku baru. Generasi langgas ini tahu kok penulis-penulis keren kayak Dee Lestari, Andrea Hirata, dll, mereka setiap hari main sosmed, namun ketika mencari karya mereka di perpus sekolahnya, tidak jarang banyak yang kecewa. Koleksinya itu lagi. Itu lagi.



Terus apa yang bisa dilakukan? Kebetulan di dekat rumah saya, ada sebuah sekolahan. SMA Kristen YPKPM, namanya. Perpus mereka already good. Tapi kebutuhan koleksi buku mereka masih sangat besar. Di bulan ini, saya membuat sebuah penggalangan dana, "Birthday Fundraising" gitu. Di sana kita patungan untuk memberikan sumbangsih ke perpus sekolah. Mungkin saja dananya akan digunakan buat menambah buku. Melengkapi sumber pembelajaran multimedia.



Kampanye ini bisa dilihat di sini: https://kitabisa.com/ultahsteven26



Bagi kamu yang tergerak, boleh banget ikut donasi. Selain itu juga kamu bisa sebarkan kampanye ini di jejaring sosial, FB, Twitter, Instagram, I really appreciate that.



Artikel asli AS Laksana bisa dibaca di sini: http://digital.jawapos.com/shared.php?type=imap&date=20170507&name=H6-A233517

Ambon, 8 Mei 2017

No comments:

Post a Comment