Ketika menjadi kuat dan besar lantas lebih baik ketimbang menjadi lemah dan kecil
Buku ini menjadi wishlist selama bulan Desember dan bakal dibeli saat Event diskon Togamas YK. Ternyata benar seperti kata mas @dion_yulianto bila kita udah berjodoh dengan satu buku, kita bakal bisa bertemu dengan buku itu, entah kapan waktunya. Buku terbaru Malcolm Gladwell ini ternyata layak dibaca buat menambah pengertian kita akan ilmu hidup. Nggak selamanya menjadi kuat dan besar membuat kita jauh lebih baik daripada menjadi yang lemah dan kecil loh. Terlepas dari banyak pro dan kontra akan buku-buku yang ditulis MG, so far semua make sense dan bisa diaplikasikan buat kehidupan sehari-hari.
Buku DaG ini menurut saya lebih menarik dan enak dibaca ketimbang beberapa buku lainnya, dari awal sampai akhir mood membaca nggak menurun dan antusiasme untuk melahap buku ini tetap terjaga. Pembuka buku ini adalah ulasan MG tentang kisah legendaris Daud vs Goliat. Disini MG mengupas sejarah dan beberapa fakta terselubung dibalik kisah pertarungan antara bangsa Israel dan Filistin yang ada di perjanjian lama kitab suci. Goliat merupakan tipe prajurit infanteri berat, buktinya dia membawa armor berat dan senjata tipikal prajurit yang bertarung dalam jarak dekat. Menjadi "raksasa" yang diunggulkan dan berpikir lawannya bakal melawannya dengan metode yang dipikirkannya, 1 vs 1 di tanah terbuka menjadi blunder Goliat. Daud sendiri merupakan tipe prajurit pelontar, bertarung pada jarak yang lebih jauh ketimbang pasukan infanteri. Secara teori pasukan pelontar merupakan kriptonite pasukan infanteri, dan jelas lewat satu serangan mematikan Daud berhasil menghabisi musuhnya.
MG juga memberikan pemaparan bahwa kekurangan kita tidak membuat hal itu merintangi keberhasilan, salah contoh dari kisah yang ditulis adalah perjalanan awal karir presiden bank kelas wahid Goldman Sachs, Gary D Cohn yang rela bertindak di luar kewajaran untuk mendapatkan pekerjaannya di bidang investasi. Selain itu ada penjelasan mengenai kurva U terbalik yang intinya di satu sisi kurva tersebut menghasilkan efek kebalikan dari tujuan awal yang dikehendaki. Contohnya adalah ketika membesarkan anak, ketika kita tidak memiliki cukup uang maka kehidupan si anak tidak terjamin dan mencukupi kebutuhan minimal anak akan terasa berat. Penelitian yang pernah saya baca di JPost menerangkan ketika seseorang hidup di bawah kemiskinan dia akan kehilangan beberapa poin IQ nya. Jadi kehidupan miskin cukup memberatkan buat membesarkan anak dengan baik. Di satu sisi ketika keluarga telah memiliki dana yang cukup, maka pengasuhan anak dapat menjadi lebih mudah ketimbang dana yang pas-pasan. Kita bisa menyekolahkan di sekolah yang baik dan asupan nutrisi lebih baik, dengan guidance yang tepat anak dapat tumbuh menjadi lebih baik menjadi orang yang punya skill dan semangat buat hidup mandiri. Si anak diajari untuk berusaha untuk mendapatkan sesuatu yang disukai contohnya. Namun bila keluarganya sudah terlampau kaya maka keadaan akan semakin mudah? belum tentu, karena pada saat ini keadaan serba berkecukupan dan serba mewah membuat anak dapat belajar menjadi anak yang enggan bekerja keras, santai karena serba ada, dan hal lainnya yang akan membuat dia dapat survive dan sukses kemudian hari.
Ada juga kasus tentang menjadi ikan kecil di kolam besar dan ikan besar di kolam kecil, keduanya ternyata punya efek yang sangat berpengaruh pada hidup seseorang. Contoh kasus pelukis-pelukis Prancis yang kebingungan untuk dapat menampilkan hasil karyanya kepada khalayak luas, dilema antara memilih terus berusaha menembus Salon (event pusat kesenian paling prestis saat itu) atau membuka tempat pertunjukkan karya sendiri. Dan masih banyak ulasan menarik lainnya yang bisa menambah pengetahuan kita akan "ilmu hidup".
"Usaha keras bisa mengalahkan keahlian dan tatanan yang ada boleh ditantang."
Penasaran bukan?
Buku ini layak diberi 2 jempol dan skor 4/5 karena isinya yang begitu bermanfaat. Direkomendasikan buat pembaca yang senang dengan buku Self Help, psikologi populer, dan tulisan MG. Tidak lupa special thanks buat Dani Bernadus yang meminjamkan buku ini.
No comments:
Post a Comment