Tuesday, 3 January 2017

Ulasan Novel The Architecture of Love oleh Ika Natassa

Ketika cinta bertemu di New York.

 


So far novel mbak Ika yang baru saja saya habiskan adalah yang tercepat dibaca. Entah mengapa membaca cerita penulis sekaligus bankir asal Medan ini seakan mengalir lancar begitu saja. Jujur, saya sangat menikmati membacanya. Begitu sampai di minggu terakhir menjelang akhir tahun, buku bersampul Empire State Building dengan corak abu-abu ini berhasil saya lahap dalam waktu singkat kemarin.

Bagian mana yang menarik? Apa kesan saya ketika membaca karya terbaru Ika Natassa, penulis  bestseller A Very Yuppy Wedding, Divortiare, Twivortiare, Antologi Rasa & Critical Eleven?




Novel ke 8 sang penulis, The Architecture of Love (TAOL) sendiri adalah karya yang bisa dikatakan unik. Kenapa? TAOL merupakan perpaduan medium Twitter dengan plot besar yang disiapkan oleh penulis. Salah satu momen yang happening di 2016. Lewat #PollStory, followers mbak Ika bisa sama-sama menentukan jalannya cerita yang sedang berjalan. Apa lagi keunikan lainnya, kawan? Di sini sketsa-sketsa manis mbak Ika turut menghiasi novel fisik TAOL yang diterbitkan Penerbit Gramedia Pustaka Utama. Buku yang saya baca ini termasuk cetakan ke 4, sekitar bulan Juli kemarin. Bayangin betapa suksesnya buku ini di pasaran.

Seperti yang saya bilang di awal. Membaca novel ini sangat mengasyikkan. Selain berjibun informasi baru yang diterima, sang penulis dengan piawai membawa kita masuk ke dalam cerita. Visual storytelling yang memukau adalah alasan TAOL menarik untuk diikuti. Dengan ini kita serasa sedang melihat scene demi scene yang sedang disajikan mbak Ika, kemudian memainkannya di imajinasi kita. Setting New York City mudah untuk diikuti. Kita sering melihat gambaran kota ini baik di film Hollywood atau di serial tv.

Untuk ceritanya sendiri saya kira bisa dibilang agak klise. Ini mengingatkan saya akan percintaan Chriss Pratt dan J-Law di Passengers. Out of nowhere, Raia dan River berjumpa di kota New York. Hubungan keduanya dengan segala kesan manis dan pahitnya diungkapkan Ika Natassa di TAOL.

Satu lagi yang membuat TAOL berkesan. Kisah di balik seorang penulis yang berkarya itu dengan terang-terangan diungkapkan. Bagaimana si penulis dituntut untuk segera membuat karya terbaru yang ditunggu-tunggu penggemar. Serunya waktu ketemu dengan orang-orang yang mengagumi karya dan sosok si penulis. Bahkan bagaimana kiprah penulis masa kini diceritakan di sini. Relasi unik berupa simbiosis mutualisme antara pengarang dan para pembaca, juga dengan pihak penerbit.

Apa yang ingin saya ungkapkan adalah: Semua yang disajikan Ika dalam TAOL bisa relate dengan para pembaca (kalau boleh disebut para penggila buku).


Salah satunya ini:
"Bookstores are never just stores that sell books."

Sebagai tambahan. Tahun ini karya Ika Natassa yang berjudul Critical Eleven direncanakan akan tayang di layar perak. Aktor beken Reza Rahadian, boleh dibilang paling ditunggu-tunggu untuk menghidupkan karakter Ale. Tanpa mengurangi peran Adinia Wirasti-yang aktingnya outstanding di film Cek Toko Sebelah (2015)-pemeran Anya. Film ini bisa jadi salah satu film Indonesia yang paling diantisipasi para moviegoers dan penggemar novel Ika Natassa.

Overall. Bisa dikatakan TAOL berhasil menghadirkan romansa yang indah dengan setting kota apel besar. Bagi saya sendiri ceritanya enak, mengalir, menarik untuk diikuti. Bagaimana kesan kamu saat membaca TAOL?

No comments:

Post a Comment