Judul Buku: Aksara Amananunna
Penulis: Rio Johan
Penerbit: KPG
Rating: 4/5.
Begitu mendengar kumcer ini terpilih sebagai prosa terbaik 2014 versi majalah Tempo timbul rasa penasaran. Bagaimana isi dari kumcer ini? Apa yang membuat karya ini diganjar penghargaan itu?
Di buku ini terdapat 12 cerita dengan masing-masing ide yang dikembangkan dengan baik olen Rijon panggilan penulis. Kita disajikan imajinasi tingkat tinggi (maksud hati ingin menulis dewa, namun ini bukan review game) yang tidak umum ditulis oleh cerpenis lokal. Sejak cerita pertama kita mengikuti jejak langkah seorang Perdana Menteri yang kebingungan ancaman pandemi bunuh diri. Serasa berada di mesin waktu penulis mengajak pembaca berkelana di zaman purba kala menara Babel diruntuhkan, mengintip masa depan di cerita Ginekopolis (bayangkan Hunger Games & Terminator) dimana terjadi perang antara laki-laki & perempuan (bukan cyborg vs human).
Kesan
Setelah melahap beberapa cerita awal kumcer ini rasanya menyenangkan kita tinggal duduk tenang menikmati apa yang ditulis Rijon. Seakan kita menyaksikan film atau masuk di dunia game. Di tiap cerita kita cukup mainkan judul game yang disediakan dan nikmati keseruannya (sayangnya pihak pemain menyerahkan kendali penuh kepada sang pencipta game) hingga terdengar musik tanda permainan berakhir.
Semua untuk Hindia
IMHO nampak kesamaan penulisan yang dilakukan Rijon di buku ini dengan Semua untuk Hindia punya Iksaka Banu (tastenya mirip, maksud saya). Keduanya piawai menghembuskan daya cerita pada sebuah peristiwa di masa waktu tertentu. Saya berpikir mungkin akan semenarik kumcer AA jika Iksaka Banu menulis cerita pendek tanpa dibingkai sejumlah aturan pemuatan di koran.
Nilai plus
Gaya bercerita yang sesekali ada humornya membuat ceritanya segar. Terlepas dari separuh cerita awal yang brilian, terdapat juga cerita yang membuat pembaca bosan, terpana (kalau kata ASL cerita yang menghantam kepala). Gaya bercerita dan ide yang out of the box inilah kekuatan dari penulisan Rijon di AA. Semoga kedepannya bisa lahir kumcer atau novel karangannya. (maksud saya jangan sampai one hit wonder, bro)
Hampir semua cerita saya sukai (jangan tanya apakah Susanna, Susanna! ada di dalamnya) dan yang menjadi favorit saya adalah cerita Pisang Tidak Tumbuh di Atas Salju. (penggambaran teknologi seperti game Tropico, spirit petualang yang ada di dalam ceritanya epik).
Conclusion
Buku Aksara Amananunna memuaskan untuk dibaca & dikoleksi. Di usianya yang mudah saya angkat topi dengan karyanya yang mewarnai industri buku Indonesia.
PS: Beberapa cerita mengandung unsur kekerasan dan seksual yang sebaiknya dinimati pembaca berusia 18+.
No comments:
Post a Comment