Skip to main content

Rekomendasi Buku: Hidup di Luar Tempurung oleh Benedict Anderson.




"Memoar yang berkesan"


Nama Benedict Anderson-seingat saya-pertama kali saya jumpai saat membaca
Tempo edisi spesial. Setiap tahunnya dalam satu edisi Tempo akan mengangkat kembali peristiwa 1965. Kali itu tema besarnya tentang keterlibatan pihak asing dalam peristiwa 65. Di sana saya membaca reportase yang menyebut keterkaitan "Cornell Paper" dengan musabab meletusnya peristiwa yang secara praktis melahirkan masa orde baru. 
Cornell Paper sendiri adalah sebuah kajian awal yang dibentuk oleh para akademisi kajian Asia Tenggara di Universitas Cornell, termasuk Ben sendiri. Sesuatu yang akhirnya membuat Ben tidak dapat kembali berkunjung ke negeri yang dicintainya ini. Boleh jadi ini salah satu sebab yang membuat sosok Ben melambung tinggi di mata dunia internasional. Otobiografi Ben Anderson yang bertajuk "Hidup di Luar Tempurung" menyajikan sekelumit kisah hidupnya secara lugas, serius, namun dibarengi dengan selera humor yang tak kalah menarik.
***
Saya senang-senang saja membaca "Hidup di Luar Tempurung" yang sejak awal sudah ditulis dengan begitu menarik. Meskipun belum membaca karya terbarunya "Di Bawah Tiga Bendera: Anarkisme Global dan Imajinasi Antikolonial" (buku ini entah kenapa belum menggugah saya untuk membacanya), apa lagi karya fenomenal beliau "Imagined Communities". Sekadar info kedua buku ini sudah tersedia versi Indonesianya. 
Seolah-olah seorang kakak tingkat di kampus (setelah beberapa lama merantau dan bekerja) yang sedang mengajak diskusi dan tanpa sungkan berbagi kisah hidupnya. Di bayangan saya, sang senior ini bicara panjang lebar sembari menyorongkan kacang (sebagai pembuka) dan berbotol-botol bir dingin, lalu datang sate kambing, tongseng, dan seporsi lagi gulai. Aduhai aromanya. Tanpa memedulikan kolesterol jahat, berasyik masyuk bertukar cerita dengan kawan-kawannya. Diselingi ketawa haha-hihi sepanjang obrolan. Ya begitu lah rasanya menikmati memoar ini. 


"Komparasi yang baik kerap berasal dari pengalaman keasingan dan ketidakhadiran."

Ben pribadi merasa beruntung diperhadapkan pada poros dunia dengan bekal kehidupan dan pendidikan yang terbilang mumpuni. Kerja keras dan sepak terjang beliau rasanya sangat dirasakan oleh banyak orang. Tak terkecuali para akademisi asal Indonesia yang mengenyam pendidikan pasca sarjana di sana. Juga Eka Kurniawan yang berhasil diyakinkan untuk membuat terjemahannya. Menurut penulis, Eka punya kelas tersendiri, jauh di atas para penulis Asia Tenggara. "Betapa indah, puitis, dan pelik kalimat-kalimatnya" ungkap pria kelahiran Tiongkok ini. Eka sendiri mengaku seperti dihantui saat kerap kali ditanya Ben, perihal penerjemahan novel karyanya. Saya kira semua itu demi karya Eka dapat menemukan pembaca yang lebih luas. Selain Ben memang memiliki perhatian khusus soal penerjemahan. 26 September 2016, Eka Kurniawan berhasil meraih penghargaan 'FT/OppenheimerFunds Emerging Voices' kategori fiksi

Selain menuliskan pengalaman serunya saat kerja lapangan di Indonesia. Gegar Budaya yang dialami. Soal sebutan "Bule". Penulis juga secara lugas memberikan pandangan pribadi soal budaya Jawa yang memesonanya. Selama di Indonesia dia mengaku sangat terkesan saat mewawancarai mantan laksamana muda "Maeda Tadeshi". Sosok penting di balik kemerdekaan kita.

Tidak lengkap rasanya kalau tidak menuliskan soal dunia akademik dalam tulisan ini. Ben memberikan pemikirannya seputar dunia akademis yang dengan memikat membuat pembaca seolah ingin kembali ke bangku kuliah. Menjumpai dosen dan kawan-kawan kuliah. Praktikum hingga mencari literatur untuk tugas akhir. Penulis berbagi kesenangan menjadi seorang peneliti. Ilmuwan. Lalu apa saja nilai-nilai yang sebaiknya kita rengkuh untuk menjadi akademisi yang mumpuni. Seluk beluk dunia perguruan tinggi yang menjadi refleksi panjang penulis. Rasanya bisa menjadi cerminan bagi dunia akademis kita. Sejauh mana dorongan besar perguruan tinggi untuk mendidik mahasiswa menjadi pribadi yang "ke luar dari tempurung" atau sekadar menunaikan tugasnya menghasilkan lulusan yang "profesional"?

Bagi pembaca setia karya dan tulisan Ben, di sini Anda dapat secara langsung membaca cerita di balik layar kerja kreatif beliau. Tetap setia berada di jalurnya. Meski saat menelurkan karya, pernah juga tidak diapresiasi teman sejawat. Seolah Ben hanya menumpang nama besar Kahin, sang senior. Lewat memoar ini bisa jadi pembaca akan sedikit lebih banyak memahami isi kepala sang penulis.

Tanpa berpanjang lebar. Memoar ini mungkin sudah asyik dari sananya. Tapi tanpa suntingan dan terjemahan yang apik dari Ronny Agustinus, kita tidak dapat menikmati karya Om Ben ini. Begitu luwes kalimat-kalimatnya dan sungguh personal. Harus diakui selain penceritaan yang runut dan sistematis, pemikiran dan pengalaman Om Ben sendiri membuat buku ini semakin berkesan.

Karya Marjin Kiri ini saya rekomendasikan untuk dibaca oleh kalangan akademisi, pengagum Om Ben, pembaca biografi, dan penikmat buku bagus di Indonesia.

Hidup di Luar Tempurung oleh Benedict Anderson terbit perdana di Juli, 2016. Diterbitkan oleh Marjin Kiri. Penerjemah Ronny Agustinus.

Comments

Popular posts from this blog

Review Buku Halaman Terakhir oleh Yudhi Herwibowo.

Halaman Terakhir Yudhi Herwibowo Noura Books, 2015. "Orde Baru, suatu masa … Hoegeng sedang diuji. Dua kasus besar mencuat, mencuri perhatiannya yang kala itu menjabat sebagai Kapolri. Dua kasus yang membuatnya terbentur tembok raksasa dan menguji integritasnya sebagai seorang polisi. Kasus pertama adalah Sum Kuning. Kasus pemerkosaan yang menggegegerkan Kota Yogyakarta. Meski telah menggali amat dalam, selalu ada batu yang mengganjal usahanya menemukan pelaku. Berbagai gangguan mengalihkan penyidikan dari bukti dan fakta. Kasus kedua adalah penyelundupan mobil mewah. Keterlibatan seorang putra pejabat tinggi di tanah air membuat kasus ini sulit menyentuh dasar masalahnya. Seolah para pelaku telah mengantisipasi langkah Hoegeng dan anak buahnya, semakin dalam penyelidikan, semakin bukti itu menghilang. Kasus-kasus itu terus membayangi Hoegeng, membebani nuraninya. Mampukah Hoegeng, sang polisi jujur, menutup mata dan meninggalkan sesuatu ya

Review Buku Alex Ferguson, Autobiografi Saya

Refleksi kehidupan manager terbaik di ranah Inggris Judul Buku: Alex Ferguson, Autobiografi Saya Penulis: Sir Alex Ferguson. Alih Bahasa: Zia Anshor Cetakan pertama Gramedia Pustaka Utama Sir Alex 26 Years Made Possible Buku ini sungguh luar biasa, mengapa? GPU berhasil menangkap momentum dengan menerbitkan edisi terjemahan buku ini. Sekedar informasi buku asli berbanderol 450 ribu. Selain itu penerbit sekali lagi menghadirkan buku yang berkualitas bagi pembaca Indonesia. Buku ini memperkaya buku olahraga yang jarang beredar. Buku Alex Ferguson, Autobiografi Saya merupakan refleksi kehidupan manager terbaik di ranah Inggris. Membaca buku ini seperti menonton dan merasakan secara langsung perjalanan hidup sang manager. Buku hardcover ini dibuka dengan gambar apresiasi fan MU atas kebersamaan Sir Alex Ferguson selama 26 tahun di klub tersebut. Seperti menjelajahi perjalanan waktu, di lembaran awal terdapat foto SAF pada awal masa manajerial, dan di lembaran akh

The Ancient Chinese Wisdom oleh Andri Wang

Nilai-nilai kebudayaan Tionghoa untuk kehidupan modern Judul Buku : The Ancient Chinese Wisdom  Penulis : Andry Wang Halaman: 240. Penerbit: Gramedia Pustaka Utama Buku best seller yang ditulis oleh Andri Wang saya beli di Gramedia Amplaz Yogya. Saat itu buku ini berdampingan dengan beberapa buku sejenis di rak pengembangan diri. Ternyata saya tidak salah memilih untuk mebaca buku ini. Saya sangat tertarik karena ingin mengetahui nilai-nilai apa saja yang bisa diambil dari budaya tionghoa. Hal ini bisa saya berikan di kemudian hari kepada orang lain tentunya. Penulis menerangkan kebijaksanaan yang berasal dari kebudayaan China yang masih sangat relevan untuk kehidupan modern. Penulis dengan baik menelaah bagian-bagian kehidupan yang dihadapi manusia modern dengan sudut pandang kebudayaan dalam hal ini, kebijaksanaan China. Di hampir setiap artikel penulis mengupas mengenai sejarah dengan simpel sehingga dapat dicerna oleh pembaca, penulis juga mengutip peribahasa