Novel horor karya Achmad Benbela menyajikan perjalanan menyusuri alam Kalimantan beserta misteri di dalamnya. Apik dan menyajikan keseruan hingga akhir.
Aku sebelumnya sudah menonton film Kuyang. Kisahnya kuingat cukup menegangkan. Meski selama babak kedua film, aku menimang rautan kulit kelapa muda yang baru saja kuminum. Memainkannya karena kurasa filmnya berjalan datar. Aku terkesan dengan dialek dan aktor lokal yang menjadi pemain filmnya. Saat ku tahu film horor ini diangkat dari novel. Aku langsung meniatkan untuk membaca materi asli film ini. Dan butuh beberapa bulan untuk memiliki novel Kuyang. Ku cari lewat Dema Buku tak kunjung ketemu. Shopee. Parang Maya novel lain mas Beben, sapaan akrab penulis asal Sampit masih lebih mudah. Ada stoknya. Penantian ini berakhir saat mencarinya di toko ijo. Beruntung akhirnya menemukan novel ini. Aku tak mau membaca Parang Maya, sebelum menamatkan novel Kuyang. Jitu prediksiku. Aku akan lebih masuk dalam dunia cerita mas Beben setelah menghabiskan Kuyang. Bagaimana kesanku membaca novel horor terbitan 2022 ini? Mari ikuti bersama di tulisan ini.
Pertama kita lihat dulu kover novel ini. Tertulis kuyang sebagai judul utama dan sekutu iblis yang selalu mengintai. Ada gambar aliran sungai yang seakan sedang ditunggui sesosok seram. Lalu di kanan bawah ada logo yang tertera cerita horor viral ditonton lebih dari 2 juta di Youtube. Sampulnya cukup unik karena menggambarkan setting cerita yang akan berlangsung. Nama penulis dengan warna putih berada di sisi atas. Logo GagasMedia di sisi kanan atas.
Secara garis besar. Kuyang bercerita tentang perjalanan horor yang dialami sepasang suami istri bernama Bimo dan Sriatun saat menjalani penempatan guru di desa terpencil di Kalimantan. Saat membaca novel ini, aku sudah mudah masuk di dunianya karena film Kuyang dan para pemainnya sangat nempel di benakku. Aku masih ingat tingkah pak Kades yang kocak. Totos Rasiti bikin ger sepanjang cerita. Dimas Aditya dan Alyssa Abidin aku kira cukup menghidupi karakter utama kita. Dari menamatkan buku setebal 301 halaman ini, aku mendapatkan cerita lengkap film Kuyang yang telah kutonton. Aku puas dengan novel yang ditulis mas Beben ini. Seru dan menegangkan sampai akhir.
Hal yang perlu diketahui juga adalah font buku ini terhitung kecil namun masih cukup terbaca olehku. Novel ini bisa juga dibeli lewat Playbook. Buku terbitan GagasMedia rata-rata sudah tersedia secara digital bila kesusahan dapat buku fisik.
Hal yang kusuka dari novel ini adalah penulis berhasil menyajikan petualangan yang menjanjikan penuh teror. Sejak awal aku sudah terhanyut dalam ceritanya. Bagaimana latar belakang Bimo harus menempuh perjalanan yang menyusahkan itu. Achmad Benbela bercerita dengan lugas dan menarik lewat sudut pandang orang pertama. Mas Bimo sebagai pencerita, akan menemanimu menceritakan aral rintangan yang dihadapinya. Hal kedua adalah setting tempat yang diangkat. Ku kira tempat seperti desa di daerah sungai di Kalimantan masih jarang ditampilkan. Penulis membawa kita menyusuri alam Kalimantan yang penuh bahaya. Mistis yang terdapat di pulau ini bisa tergambarkan lewat jalinan cerita yang diutarakan penulis. Sekali lagi, buku ini adalah komplemen yang pas dengan filmnya. Namun ku kira. Buku ini akan bisa dinikmati pula tanpa melihat filmnya. Minim typo. Hal ini juga mendukung cerita ini nikmat untuk diikuti.
Serba pas dan penuh teror. Aku tidak menyangka akan menyusuri lembar demi lembar dengan cepat. Seseru itu cerita ini. Pembabakan yang bagus dibuat oleh mas Beben. Dengan cliffhanger di setiap akhir bab. Top deh.
Novel horor ini saya rekomendasikan untuk pecinta horor/mistis Indonesia. Penggemar novel misteri juga bisa menikmati. Ataupun para pembaca umum yang ingin tahu seluk beluk lokal Kalimantan.
No comments:
Post a Comment