![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjc3rbT8K6BFHqorw9S1rQq28OOJrq3-c6p0G6urMIoEvW2JR70v9N8F-PqlHv9Wz4Ync3t5xgjEogujJPgOHW4_rdUDXtQFR30AypGPd8XFVMM6SxR25qFakQ49A9pc55eoAcU4DtTEzHoDiLe9bh61LGGfOsh7hA3GAKjzaKlTNzaiHRmn9x83af7skk/s320/gentayangan.jpg)
Kumpulan cerita horor “Gentayangan” adalah semacam
encore dari 4 novel horor yang ditulis oleh Jou dan Guntur Alam. Saya tertarik
dengan lima buku ini saat melihat dua novel berlatar hitam di Gramedia Ambon. Belum
ada penasaran untuk beli dan baca saat itu. Sebab belum mood untuk membaca
genre horor. 2024 bulan Mei, sudah lama saya tidak mengikuti kabar tentang
Guntur Alam. Di sekitar 2013-2014 saya tahu kalau Guntur adalah seorang penulis
yang banyak menghasilkan karya cerpen dan novel. Di akun X miliknya, dia mencuit
kalau buku horornya sudah cetak ulang untuk sekian kali. Saya kemudian melihat
lagi judul-judul buku duetnya yang diterbitkan oleh penerbit Elex Media. Tidak
menunggu lama. Saya kemudian mendapati kalau seri horor duet penulis ini
tersedia lengkap di Gramedia dan memutuskan untuk membelinya saat itu juga. Arwah,
Tumbal, Ritual dan Teman. Adalah 4 judul novel mereka secara
berurutan terbit. Bisa dibaca acak kata penulis di instagram. Gentayangan
adalah buku pertama dari seri horor yang saya baca. Bagaimana kesan saya dalam
membaca cerita sepanjang 123 halaman yang sudah cetak ulang ke 5 di akhir Mei?
Mari ikuti sama-sama di tulisan ini.
Pertama, saya akan coba melihat sampul kemasan
bukunya. Secara umum kesan seram itu terasa lewat gambar sosok pocong dan
keranda mayat di sebuah ruangan yang amat gelap. Judul buku “Gentayangan”
berlumat merah tepat di atas keranda membuat sampul ini cukup menarik. Meski
saat membeli saya tidak memfokuskan pada sampul karena ingin memiliki lengkap
seri horor kedua penulis ini. Sebelum lanjut ke dalam isi bukunya. Saya ingin
memperkenalkan kedua penulis.
Dimulai dari Jou, dikutip dari isi bukunya:
Jounatan menekuni dunia menulis disela-sela kesibukan
kerjanya dan menulis merupakan hobinya. Selain itu Jounatan juga sangat suka
datang ke tempat-tempat mistis dan menjelajahi tempat tersebut. Ia sendiri
memiliki kemampuan untuk melihat makhluk tak kasat mata atau hantu dan ia sadar
dan sudah berdamai dengan kelebihan yang ia miliki itu sejak ia mengalami
peristiwa yang menyedihkan yaitu ketika ia kehilangan sahabat terbaiknya.
Saat ini Jou dan Guntur Alam sedang menulis serial mengenai adik Jou yaitu Natali
yang akan dibuka dengan kisah yang berjudul Kutukan Darah dan Gerbang
Roh.
Guntur Alam merupakan sosok laki-laki yang menyukai
cerita horor dan misteri dari komik Petruk karya Tatang S. dan novel
Abdullah Harahap. Selain berkarya bersama dengan Jounatan ia juga akan
menerbitkan novel yang ia tulis sendiri dan sedang menyelesaikan naskah
novelnya itu yang berjudul Tulah Desa Rimau dan Nyupang. Guntur
Alam sering membagi kisah horornya ditempat kerja dan sekolah pada akun media
sosial seperti instagram miliknya yang bisa kamu ikuti @gunturalam_.
Gentayangan secara umum adalah semacam encore dari 4
buku yang terlebih dulu terbit. Maksudku adalah di sini Jou bercerita tentang
pengalaman dirinya mengulik urban legend di Indonesia. Dari hantu jeruk purut
sampai perlintasan Bintaro. Jou kerap melakukan perjalanan adu nyali di tempat
yang tersohor kisah mistisnya. Bersama teman-temannya maupun dari penelusuran
cerita kawan-kawannya, Jou ingin berbagi keseruan, informasi, laporan pandangan
mata dari sekian tempat mistis tersebut. Jou yang diberikan kemampuan melihat
makhluk halus memiliki pertemanan yang juga sama tertarik dengan dunia mistis.
Seru banget. Dari kisah-kisah yang ada, mereka selalu mencari dan membuktikan
keberadaan tempat yang horor. Hal ini diungkap Jou karena ini seperti sebuah
candu. Aku kutipkan sebuah kalimat di halaman 96,
“Mungkin benar bahwa pengalaman mistis itu semacam
candu. Orang yang merasakan hal-hal yang berkaitan dengan sesuatu yang gaib
akan terus ingin tahu cerita yang lainnya. Itulah yang dialami Mario, teman
sekantorku.”
Buku ini ditulis dengan gaya bercerita yang mengalir.
Guntur Alam berhasil membuat kumpulan cerita ini dengan narasi yang apik. Perasaan
penuh cemas akan apa yang dijumpai di kelokan cerita. Penuh deskripsi dan
penggambaran suasana yang berhasil membangun rasa penasaran akan sebuah
perjalanan. Betul. Di buku ini kita pembaca serasa sedang diceritakan kisah
horor sekaligus sedang bersama-sama tim Jou menapak tilas tempat horor terkenal
di Surabaya, Bandung, Jakarta. Saya menikmati membaca buku ini sehingga
langsung menamatkannya dalam dua kali baca. Tidak ada typo yang mengganggu. Selain
argo taksi. Enak betul bacanya. Tidak seperti buku penerbit GagasMedia yang
typonya berhamburan.
Apa saja hal positif yang aku temukan dari buku ini?
Pertama, adalah seperti diceritakan urban legend horor lengkap, aku suka
bagaimana Jou bercerita tentang pengalaman berwisata horor di Bandung, saya
baru tahu hal ini loh. Komunitas pencari hantu juga masuk di buku ini.
Bagaimana seseorang mengumpulkan informasi, dalam hal ini cerita masyarakat
lokal, bisa kita tiru. Bagaimana seseorang melakukan adu nyali, berhadapan
dengan sosok halus, dan pembuktian tentang kisah horor adalah nilai plus yang membuatku
akan membaca empat buku Jounatan dan Guntur Alam.
Selain hal positif, apakah ada hal negatif dari buku
ini? Saya kira tidak ada. Saya hanya merasa buku ini terlalu cepat habis. Besar
harapan saya, kalau pengalaman berburu horor Jou bisa dibikin lagi. Semacam
Gentayangan jilid 2. Karena sungguh seru pengalaman Jou dkk. Juga bagaimana Jou
bisa bercerita lewat tulisan.
Akhirnya, buku ini saya rekomendasikan untuk pembaca
yang ingin memulai seri horor penerbit Elex. Yup. Elex Media juga menerbitkan
novel horor. Dan saya lihat di instagram penerbit, kalau masuk jajaran laris.
Keren deh!. Gentayangan bisa jadi buku pertama kamu yang ingin membaca novel Jou
dan Guntur Alam. Mencicipi bagaimana horor di tangan mereka berdua. Buku ini saya
kira bisa dinikmati pula oleh pembaca awam yang ingin tahu sejarah kisah horor
legend di Indonesia. Selain bagi penikmat horor dan misteri. Selamat berkarya
Jounatan dan Guntur Alam. Sukses!