2017
3 hari sebelum ulang tahunku yang ke 26, sepertinya ini adalah hadiah yang cukup wah. Di samping anugerah yang telah Tuhan berikan dalam hidupku, nafas kehidupan, dan hari demi hari yang Dia tambahkan. Gratitude. Aku membaca memoar seorang pendiri Nike, brand kenamaan, sport apparel paling keren sedunia. Bukunya kubeli beberapa bulan lalu.
Malam ini sesaat menuntaskan “Shoe Dog”, saya akan serius mengakui, memoar ini sedikit banyak memberi nasehat dan pengalaman tak terkira, dan tampaknya akan punya dampak dalam perjalanan saya kedepan.
Beberapa biografi lain yang juga memberi dampak ke dalam hidup saya adalah biografi Tahir, pemilik Mayapada. Di salah satu tulisan, dia mengingatkan kalau mau pegang usaha, harus all out. Do 120% begitu istilahnya. Sejujurnya. Hingga saat ini, saya masih kepayahan mengatur waktu. Akibatnya. Bangun telat. Jam kerja pun sudah agak siang. Saya sadar tidak memberi teladan yang baik. Bukan mau mencari excuse. Sejak kuliah, saya agak susah bangun pagi. Beberapa kali, hampir setiap semester bahkan ada kuliah pagi. Hingga akhir kuliah, semuanya jam 7-8.
Anyway, Phil Knight, dalam lembaran terakhirnya menegaskan, mengingatkan, jangan settle dengan kerjaanmu, profesi, bahkan karirmu. Cari apa yang jadi panggilanmu. “Seek a calling. Even if you don’t know what that means, seek it. If you’re following your calling, fatigue will be easier to bear, the disappointments will be fuel, the highs will be like nothing you’ve ever felt.”.
Pernyataan lainnya yang tak kalah menembus hati saya adalah apa yang akan co-founder Nike katakan pada laki-laki dan perempuan di usia 20 something, “I’d tell them to hit pause, think long and hard about how they want to spend their time, and with whom they want to spend it for forty years."
It’s really hit me, obviously.
Long story short, perjalanan panjang Phil Knight sang Shoe Dog ini memberikan pengalaman yang tak terkira. Pantas saja, Gates merekomendasikan buku ini dalam blog miliknya. Saya pun merekomendasikan Anda untuk memilikinya.
Beberapa insight, pelajaran, yang saya dapatkan dari Shoe Dog adalah bisnis yang bukan sekadar bisnis. We all want that money yes. But it's more than to make billion rupiah over years. Nadiem Makarim, dalam sebuah artikel di “Bisnis Indonesia” minggu ini nampaknya juga memiliki filosofi yang sama. Di artikel itu disebutkan, jalan yang diambil Nadiem ini beda dari kebanyakan orang. Kalau mau kaya, cepat, dan relatif mudah. Tinggal jual beli tanah. And then bisa dapat uang banyak. Itu yang dia bilang. Tapi seperti yang sedang ia lakukan. Berapa banyak orang yang terbantu, berapa jumlah pekerjaan dan multiplier effect dari perusahaan ini.
Hal kedua, jika kamu menjadi orangtua. Luangkan waktumu untuk sang anak. Matthew Knight, sang sulung, berakhir dramatis. Saya pikir, hingga hari terakhirnya, dia masih punya pilihan untuk “reunite” with his family, his father. Mengampuni bapaknya karena kurang waktu semasa dia kecil. Tidak seperti Travis, sang adik, yang lebih nurut, tipikal anak baik dalam keluarga. Knight, 79 tahun, mengaku kesulitan mencari keseimbangan antara keluarga dan pekerjaan. Travis sekarang punya perusahaan animasi, salah satu film terakhir, "Kubo and the Two Strings", iya film yang masuk nominasi Oscar itu.
Poin lainnya, mungkin seperti kata banyak motivator, mudah diucapkan tapi sangat berat saat melakukannya adalah “jangan menyerah”.
Tentunya di tanggal 30 besok, saya tidak mau momen ini menjadi momen “ulang” tahun, nggak tahu bagaimana, tapi hal yang pasti saya ketahui adalah jalan kedepan harus dilalui. Tidak menyerah dengan situasi, belajar, dan mengejar things I need to read.
5 bulan lalu, di blog pribadinya, Bill Gates menulis buku terbaik di 2016, salah satunya termasuk Shoe Dog, “This memoir, by the co-founder of Nike, is a refreshingly honest reminder of what the path to business success really looks like: messy, precarious, and riddled with mistakes. I’ve met Knight a few times over the years. He’s super nice, but he’s also quiet and difficult to get to know. Here Knight opens up in a way few CEOs are willing to do. I don’t think Knight sets out to teach the reader anything. Instead, he accomplishes something better. He tells his story as honestly as he can. It’s an amazing tale.”
Rangkuman atau boleh dibilang versi lengkap dari review buku ini digambarkan dengan baik oleh Bill Gates, tulisan tersebut bisa dibaca disini
3 hari sebelum ulang tahunku yang ke 26, sepertinya ini adalah hadiah yang cukup wah. Di samping anugerah yang telah Tuhan berikan dalam hidupku, nafas kehidupan, dan hari demi hari yang Dia tambahkan. Gratitude. Aku membaca memoar seorang pendiri Nike, brand kenamaan, sport apparel paling keren sedunia. Bukunya kubeli beberapa bulan lalu.
Malam ini sesaat menuntaskan “Shoe Dog”, saya akan serius mengakui, memoar ini sedikit banyak memberi nasehat dan pengalaman tak terkira, dan tampaknya akan punya dampak dalam perjalanan saya kedepan.
Beberapa biografi lain yang juga memberi dampak ke dalam hidup saya adalah biografi Tahir, pemilik Mayapada. Di salah satu tulisan, dia mengingatkan kalau mau pegang usaha, harus all out. Do 120% begitu istilahnya. Sejujurnya. Hingga saat ini, saya masih kepayahan mengatur waktu. Akibatnya. Bangun telat. Jam kerja pun sudah agak siang. Saya sadar tidak memberi teladan yang baik. Bukan mau mencari excuse. Sejak kuliah, saya agak susah bangun pagi. Beberapa kali, hampir setiap semester bahkan ada kuliah pagi. Hingga akhir kuliah, semuanya jam 7-8.
***
Anyway, Phil Knight, dalam lembaran terakhirnya menegaskan, mengingatkan, jangan settle dengan kerjaanmu, profesi, bahkan karirmu. Cari apa yang jadi panggilanmu. “Seek a calling. Even if you don’t know what that means, seek it. If you’re following your calling, fatigue will be easier to bear, the disappointments will be fuel, the highs will be like nothing you’ve ever felt.”.
Pernyataan lainnya yang tak kalah menembus hati saya adalah apa yang akan co-founder Nike katakan pada laki-laki dan perempuan di usia 20 something, “I’d tell them to hit pause, think long and hard about how they want to spend their time, and with whom they want to spend it for forty years."
It’s really hit me, obviously.
Long story short, perjalanan panjang Phil Knight sang Shoe Dog ini memberikan pengalaman yang tak terkira. Pantas saja, Gates merekomendasikan buku ini dalam blog miliknya. Saya pun merekomendasikan Anda untuk memilikinya.
***
Beberapa insight, pelajaran, yang saya dapatkan dari Shoe Dog adalah bisnis yang bukan sekadar bisnis. We all want that money yes. But it's more than to make billion rupiah over years. Nadiem Makarim, dalam sebuah artikel di “Bisnis Indonesia” minggu ini nampaknya juga memiliki filosofi yang sama. Di artikel itu disebutkan, jalan yang diambil Nadiem ini beda dari kebanyakan orang. Kalau mau kaya, cepat, dan relatif mudah. Tinggal jual beli tanah. And then bisa dapat uang banyak. Itu yang dia bilang. Tapi seperti yang sedang ia lakukan. Berapa banyak orang yang terbantu, berapa jumlah pekerjaan dan multiplier effect dari perusahaan ini.
Hal kedua, jika kamu menjadi orangtua. Luangkan waktumu untuk sang anak. Matthew Knight, sang sulung, berakhir dramatis. Saya pikir, hingga hari terakhirnya, dia masih punya pilihan untuk “reunite” with his family, his father. Mengampuni bapaknya karena kurang waktu semasa dia kecil. Tidak seperti Travis, sang adik, yang lebih nurut, tipikal anak baik dalam keluarga. Knight, 79 tahun, mengaku kesulitan mencari keseimbangan antara keluarga dan pekerjaan. Travis sekarang punya perusahaan animasi, salah satu film terakhir, "Kubo and the Two Strings", iya film yang masuk nominasi Oscar itu.
Poin lainnya, mungkin seperti kata banyak motivator, mudah diucapkan tapi sangat berat saat melakukannya adalah “jangan menyerah”.
Tentunya di tanggal 30 besok, saya tidak mau momen ini menjadi momen “ulang” tahun, nggak tahu bagaimana, tapi hal yang pasti saya ketahui adalah jalan kedepan harus dilalui. Tidak menyerah dengan situasi, belajar, dan mengejar things I need to read.
***
5 bulan lalu, di blog pribadinya, Bill Gates menulis buku terbaik di 2016, salah satunya termasuk Shoe Dog, “This memoir, by the co-founder of Nike, is a refreshingly honest reminder of what the path to business success really looks like: messy, precarious, and riddled with mistakes. I’ve met Knight a few times over the years. He’s super nice, but he’s also quiet and difficult to get to know. Here Knight opens up in a way few CEOs are willing to do. I don’t think Knight sets out to teach the reader anything. Instead, he accomplishes something better. He tells his story as honestly as he can. It’s an amazing tale.”
Rangkuman atau boleh dibilang versi lengkap dari review buku ini digambarkan dengan baik oleh Bill Gates, tulisan tersebut bisa dibaca disini