Wednesday, 19 November 2014

Review Buku The Naked Traveler. 1 Year Round-The-World-Trip. Part 1. Trinity



Judul buku: The Naked Traveler. 1 Year Round-The-World-Trip. Part 1.
Penulis: Trinity.
Cetakan ke Oktober 14, Bentang Pustaka. 


Keinginan beli buku ini berawal dari woro-woro Mbak Trinity mau perjalanan keliling dunia atau RTW pas launching buku ke 4 beliau (sampulnya pink cantik persis buku ini). Waktu itu di TM Jogja saya berkesempatan bertemu dengan bermodal buku baru beliau terus foto + minta TTD setelah menunggu kurang lebih 45 menit. Umpel-umpelan, keringetan sampai kayak baru habis mandi dan jepret akhirnya bisa foto sama mbak Trinity. Kesan yang didapat dari pertemuan singkat itu si penulis memang supel, ramah en pembawaannya asyik mungkin karena udah sering keliling jalan-jalan jadinya lebih supel pembawaannya. #analisisSherlock Singkat cerita foto tersebut ternyata hilang lenyap karena hardisk teman kosan rusak. Hilang sudah kenangan yang bisa dipamerin di blog buku ini.


Ini adalah buku pertama mbak Trinity yang dulu ternyata emak-emak kantoran yang direview di H23BC. Bukan berarti nggak bagus, saya merekomendasikan buat Kamu yang suka kisah perjalanan yang asyik buat baca seri Naked Traveler 1-4. Membaca buku ini dijamin memperkaya pemikiran kita lewat pengalaman yang ditulis di buku ini. Koq bisa? contohnya nih Pak Rhenald Kasali, penulis sekaligus praktisi manajemen terkenal sampai menugaskan mahasiswanya buat "keluyuran" di luar negeri seorang diri (bukan per grup) buat dapat sesuatu, baik pengalaman dan insight dari sebuah negara yang dikunjungi. (Kisah para mahasiswanya sudah dibukukan)


Siapa sih yang nggak tertarik bisa kenal banyak hal di luar sana (luar negeri, maksudnya) dengan hanya duduk manis, sambil ditemani kopi, teh atau cukup duduk di depan teras rumah sambil merasakan semilir angin yang isis.


Membaca buku ini kita jadi kepengen mencoba melakukan perjalanan ke tempat yang nggak biasa bagi orang Indonesia. Di luar Asean misalkan. Hayoo siapa yang terinspirasi pergi ke Peru trus ngelipir ke Machu Picchu sehabis melahap buku ini.


Buku Part 1 ini ditulis mbak Trinity soal perjalanan RTW (dari awal berangkat - Amerika Selatan) plus seluk beluk yang mesti kita mengerti ketika hendak nekat RTW :)


Banyak hal yang bisa kita nikmati di buku yang satu ini, dengan penulisan yang ok banget. Kita dengan mudah bisa menikmati cerita perjalanan, merasakan feeling penulis pas ada di jalan, unek-unek mbak T ketika membandingkan negara kita dengan salah satu negara yang rapi banget ngatur pariwisatanya. Suka duka tumplek blek semua disini, tidak terhitung berapa kali kita dibuat terpukau dengan trip mbak T. Berterima kasih dengan buku yang penuh warna ini, kita nggak bakal bosen bacanya. Selain itu pasti ada gelak tawa atau minimal senyum muncul di wajah ketika ada hal-hal lucu yang terjadi.


Tidak bisa dipungkiri kelebihan mbak T dalam tulisannya yang khas, menceritakan pengalamannya dengan fun, asyik membuat orang pengen traveling dan menjadi penggemar mbak Trinity.


Salah satu hal menurut saya mengapa Naked Traveler disukai pembaca baik di blog dan buku. Misalkan kita sebagai pembaca pada umumnya (selain calon traveler ya) pengen dapat sesuatu yang baru (bosen nggak dengan kisah inspiratif, ngelucu, motivasi yang itu-itu aja) misalnya dengan pengalaman mbak Trinity disini. Masak iya, kita pengen baca buku Traveling namun pas dibaca yang ada kita dibuat ribet dengan detail kesana sini, ongkos, rute, dll. Keburu pusing duluan nanti. Menurut saya disini letak positioning pasar dari buku-buku mbak Trinity. Menjual pengalaman sebuah perjalanan dengan gaya berceritanya yang khas.

Semua pengalaman seru penulis di RTW #1 ini keren-keren, tapi bila ditanyakan favorit saya adalah cerita mbak Trinity sampai di naik turun gunung sampai terkena altitude sickness. Kebayang nggak bisa mbak Trinity dengan sukses mencapai perjalanan yang nggak mudah ke Glacier Pastoruri di Peru dengan ketinggian 5.250 mdpl, sambil doping daun coca.

Simpulannya buku ini wajib dibaca buat kamu yang mengikuti seri Naked Traveler atau yang pengen tahu gimana sih serunya jalan-jalan keliling dunia. Nantikan review Part 2 ya.

Thursday, 13 November 2014

Review Buku Robohnya Surau Kami AA Navis



Judul Buku: Robohnya Surau Kami
Penulis: A.A. Navis
Penerbit: GPU.
Buku karangan A.A.Navis ini betul-betul sebuah harta karun di sebuah perpustakaan. Buku lawas ini sudah amat jarang terlihat di toko buku. Terakhir diterbitkan GPU tahun 2006. Dari ke 10 cerita pendek yang ada, semuanya layak dibaca bagi Anda yang ingin mengenal karya sastra Indonesia atau penulis yang ingin belajar cerpen salah satu penulis kawakan Indonesia.

A.A. Navis lewat kumcer ini ingin mengajak pembaca mengikuti jamannya. Bahasanya sederhana namun pilihan kata yang kuat membuat pembaca dengan mudah dapat menikmatinya. Kecuali budaya minang yang mungkin harus sedikit kita pahami terlebih dahulu. Disini terdapat banyak ilmu hidup atau kebijaksanaan yang dapat diserap kepada pembaca. Kesan yang tertangkap adalah penulis piawai menceritakan kehidupan yang menyentuh, juga kadang sangat kejam mengiris hati (Pada Pembotakan Terakhir), selain itu budaya Minang sendiri.

Dimulai dengan cerita "Robohnya Surau Kami", penulis memprotes sikap sebagian orang yang tunduk kepada orang asing yang serakah mengeruk kekayaan Indonesia. Memang dari sanalah kita dapat dengan angkuh bertepuk dada mengatakan inilah negeriku yang indah permai, Gemah ripah loh jinawi. Namun apa arti semua itu jika kita tidak mengusahakannya, bekerja ketimbang malas berdiam diri berfokus pada diri sendiri. Kisah "Topi helm" disini mengajarkan arti kerendahan hati itu merupakan hal yang penting namun sulit dijalankan dalam kehidupan sehari-hari.

Dari ke 10 cerita yang ada, selain "Dari Masa ke Masa" yang menegur kita para generasi muda di jaman modern. Makna ceritanya masih sangat kuat berbicara hingga saat ini. Dengan jelas keprihatianan penulis melihat anak muda. Dulu di jamannya anak-anak SMA sudah jadi komandan batalyon, bergerak di organisasi dan berbuat sesuatu. Sedangkan anak-anak SMA sekarang tidak bisa berbuat apa-apa. Membacanya seakan penulis hendak menampar kita para anak muda. Sampai sekarang masih belum banyak berubah bukan. Kita yang lebih mementingkan prestasi otak dan keahlian, kata penulis. Sepintas kita saat ini pun lebih menilai seseorang dari prestasi yang segudang, sesuatu yang wow. Meski banyak pula tokoh low profile yang jarang diekspos namun punya segudang dampak positif. Nilai individualis yang menjadi perhatian penulis nampak semakin menjadi-jadi sekarang. Bukankah saat ini kita bisa dengan mudah melihat dan membaca kesukesan pribadi menjadi sesuatu yang diagung-agungkan dan dikemas sedemikian rupa dengan label motivasi atau inspiratif.

Kisah Sidin dalam "Penolong" adalah favorit saya. Membacanya membuat kita seakan ikut terjun langsung ketika tragedi kecelakaan kereta api berlangsung. Ketegangan yang dibangun membuat pembaca tidak mampu bernafas sembari menerka akhir jalan cerita. Saya membayangkan akan sangat baik jika kita bisa membaca kumcer-kumcer karangan A.A.Navis yang lain. Memberi sebuah nilai pada kami anak muda yang kering pengalaman dan tidak tahu diri.