Salah satu karya terbaik fiksi sejarah Indonesia
Judul Buku: Pulang
Penulis: Leila S. Chudori
Halaman: 461
Penerbit: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)
Hal pertama yang mendorong saya untuk membeli dan membaca
buku ini adalah karya Leila S. Chudori ini memenangi penghargaan literatur
bergengsi Indonesia, Khatulistiwa tahun 2013. Namun buku ini mencuri perhatian saya lewat
artikel-artikel di media. Salah satunya rubrik People di harian The Jakarta Post yang menampilkan sosok sang penulis.
Sebagai insan penikmat sastra Indonesia, terbersit saya harus membaca karya
tersebut. Bagi saya ini adalah bacaan yang harus dinikmati dan diapresiasi. Sungguh,
Pulang adalah ulasan sejarah yang dinarasikan dengan elegan, memukau.
Di novel pulang, penulis ingin mengungkapkan bagaimana tidak
nyamannya menjadi seseorang yang dicap sebagai "musuh negara". Hal
ini merupakan sejarah kelam yang dirajah pada perjalanan bangsa Indonesia.
Membaca buku ini merupakan sebuah kenikmatan tersendiri. Dengan cepat kita
melahap halaman demi halaman, ibarat kita membaca majalah Tempo yang
dinarasikan. Salut untuk penulis yang mampu meramu kisah yang tidak biasa ini dengan bumbu romansa yang pas. racikan tersebut membuat kisah dalam buku ini menjadi lebih hidup dan berwarna tanpa mengurangi esensi yang ingin disampaikan.
Pulang dibuka dengan sosok bernama Harnanto Prawiro. Dia hanya sosok manusia biasa dengan hasrat dan ideologi di
benaknya, Di Jalan Sabang akhirnya datang penjemputan dan seakan kiamat bagi
orang yang paling dicari-cari pasca 30 September 1965. Dirinya dibekuk dan dijadikan tahanan politik (tapol). Beranjak dari babak awal
ini di bagian pertama kehidupan seorang pria bernama Dimas Suryo diceritakan
dengan baik. Bagian kedua adalah potongan kehidupan seorang gadis cantik jelita
blasteran indo-eropa bernama Lintang Utara. Bagian penutup menceritakan Segara
Alam, aktivis mahasiswa yang berada di jantung reformasi Indonesia.
Dari sosok Dimas Suryo kita diajak berkelana mengikuti
perjalanan hidup yang tidak mudah dari seorang korban malapraktek politik. Kegetiran akibat apa
yang dialami Indonesia di tanggal 30 September 1965. Seolah jalan takdirnya,
Dimas dapat lolos dari angkara murka pembasmian anggota partai berideologi
komunis. Disini kita dapat merasakan bagaimana rasanya lepas jauh dari negara
yang kita cintai, kampung halaman yang debu dan udaranya melekat kuat di relung
hati terdalam. Bagimana jatuh bangunnya bertahan hidup di negeri orang
bersama-sama orang terdekat yang kebetulan bernasib serupa. Di bagian pertama
ini cerita yang disajikan penulis sungguh menyentuh. Penulis juga membawa
penggalan sejarah Paris 1968 untuk dikecap pembaca. Sebuah momen pertemuan
Dimas dengan pujaan hatinya di kota cahaya. Akhirnya untuk bekal bertahan hidup
di negeri orang sekelompok eksil ini membuat usaha makanan. Perjuangan
mendirikan sebuah restoran tanah air, menjadi duta bangsa lewat bidang kuliner.
Bukankah ini hal yang membanggakan. Sejak bertahun-tahun lalu masakan luar
biasa milik kita sudah dikenalkan lewat resto tersebut.
Cerita romansa Dimas menghadirkan Lintang utara, pada bagian
ini kita diajak menyelami kehidupan seseorang yang memiliki akar Indonesia
namun lahir besar di negeri orang. Di dasar hatinya ada tempat kosong yang
hanya mampu diisi oleh I.N.D.O.N.E.S.I.A. Tugas akhir untuk membuat sebuah film
dokumenter berisi sejarah kelam para keluarga korban 1965 membuat dirinya harus
berangkat pulang ke negeri sang ayah. Disini kelak dia akan bertemu dengan
seseorang yang memukau hatinya, para narasumber berharga, dan tokoh-tokoh dalam
proses reformasi Indonesia. Di bagian pamungkas, kita melihat dan merasakan kehidupan dari sisi anak
tapol. Mereka sejak kecil bertumbuh dalam trauma yang mengerikan. Dikucilkan
merupakan makanan sehari-hari, garis takdir yang tidak dapat ditolak. semua hal
pahit merupakan tempaan untuk hidup sebagai keluarga tapol. Disini kita dibawa
menjadi saksi peristiwa sejarah kerusuhan Mei 1998 di Jakarta.
Membaca cerita ini membuka tabir dalam pemahaman saya,
sebagai generasi muda kita tetap harus memandang ke belakang, berempati untuk
setiap penderitaan yang dialami oleh keluarga yang semena-mena dicap sebagai
tahanan politik. Di salah satu bagian, penulis hendak menyindir kami generasi
muda bangsa dengan mudah melupakan dan tidak sedikit pun berniat menyelidiki
apalagi mempelajari sejarah bangsa. Lewat buku ini saya amat yakin, para
generasi YZ yang akrab dengan internet mulai gelisah dan timbul rasa penasaran
akan sejarah itu mulai muncul dari dalam hati. Saya teringat perkataan salah
satu presiden RI yang berkata kita jangan melupakan akar sejarah bangsa kita.
Saya kemudian berpikir sejenak, topik yang diangkat di buku ini adalah salah
satu akar sejarah yang dimaksud.
Pulang layak untuk dibaca oleh semua kalangan, baik pelajar
hingga para pemimpin bangsa. Dari orang biasa hingga terkemuka di Indonesia.
Penulis layak diapresiasi karena membawa sejarah Indonesia ke pentas yang lebih tinggi
untuk dinikmati khalayak ramai. Buku ini menjadi duta kebudayaan Indonesia di Frankfurt Book Fair tahun 2015, lewat Pulang dunia luar bisa melihat sejarah kelam bangsa kita dengan cara pandang berbeda.
aku juga suka banget, salah satu buku favoritku sepanjang masa dan gara-gara buku ini jadi keranjingan baca hisfic indo :)
ReplyDeletemakasih buat komentarnya mbak :)
Deletewow, udah banyak buku sejenis yg dilahap ya gr2 buku ini..
aku kmaren minjem ke mba desty gara" disuruh ngeriview dri kampus ku dan ternyata bukunya tuh keren bangeeeet. hbis itu sama mba desty buku'a diobral cuman 30n kalo ga salah. langsung aku samber deh. heheheh :p
ReplyDeletehi mimi, ia tadi mbak desty cerita pas di RS. kamu dapet best price banget hehe.. ayo reviewnya kamu posting juga :)
DeleteSy belum baca. Tapi ini kedua kalinya saya baca riviewnya yang membuktikan kalau buku Pulang, memang keren. Saya akan targetkan tahun ini baca...
ReplyDelete