Telah
hadir Jodhi Giriarso. Penulis novel Thriller "Katastrofa" dengan setting gunung Tambora NTB. Diterbitkan oleh Mokamedia 2014 kemarin, novel ini menjadi oase di tengah pasar buku Indonesia yang dijejali novel terjemahan. Bulan ini bertepatan peringatan 200 Tahun Tambora. Rasanya sayang untuk melewatkan cerita yang mengajak kita untuk turut perhatian dengan lingkungan. Kepada pembaca dia berbagi cerita
seru di balik penulisan novel-novel sains fiksinya. Soal proses menulis.
Pemikirannya mengenai masa depan penerbitan di Indonesia. Please
Welcome, Jodhi Giriarso.
Hi mas Jodhi. Terima kasih atas persetujuan untuk berbagi tentang proses penulisan Anda hari ini.
Justru
saya yang berterima kasih atas kesempatan ini. Ngomong-ngomong, selamat
atas hari jadinya blogger buku Indonesia yang keempat. Saya bergelut
dalam dunia buku sejak 2007/2008 tapi mengenal blogger buku Indonesia
baru belakangan ini saja. Saya masih hijau di dunia perbukuan Indonesia
:)
Pertama-tama mas Jodhi, apa yang Anda baca sekarang? Apakah untuk kesenangan atau untuk "bekerja"?
Sekarang saya sedang membaca (ulang) Rahasia Meede,
salah satu tulisannya ES. ITO. Dia salah satu penulis favorit saya.
Tidak pernah bosan membaca ulang bukunya. Saya berharap dia menerbitkan
novel baru dalam waktu dekat.
Membedakan
antara kesenangan dan ‘bekerja’ dalam hal membaca adalah sesuatu yang
bias, batas antara keduanya sangat kabur. Di satu sisi, saya membaca
untuk bersenang-senang, sementara di sisi yang lain apapun yang saya
baca kemudian hari bisa menjadi ‘bahan’ untuk menulis, yang mana bisa
dikategorikan ‘bekerja’. Jadi, bisa dibilang membaca adalah pekerjaan
yang menyenangkan buat saya.
Apakah Anda membaca umumnya lebih untuk kesenangan atau untuk menulis Anda?
Saya tidak bisa membedakan antara keduanya.
Stephen
King mengatakan, "Jika Anda tidak punya waktu untuk membaca, Anda tidak
punya waktu untuk menulis." Apa yang Anda katakan?
Tak
banyak karya King yang saya baca, tapi saya banyak belajar dari
wejangan-wejangannya. Semua nasihatnya masuk akal dan bisa diterapkan.
Bila dia bilang begitu, ya memang begitulah kenyataannya. Membaca adalah
bagian terintegrasi dari menulis, bahkan bisa dibilang sebagai langkah
awal sebelum ‘menulis’, jadi siapapun yang tidak membaca, tak bisa
melanjutkan langkah berikutnya. Artinya keseluruhan upaya untuk menulis
akan sirna bahkan sebelum dimulai.
Ketika Anda pertama kali memulai menulis draft
Konspirasi Nuklir, apakah Anda memiliki buku yang Anda pelajari?
Bisakah Anda memberitahu kami bagaimana Anda belajar bahan tersebut?
Saat menulis draft
KonsNuk saya sedang mengerjakan penelitian dan skripsi saya. Pada waktu
itu penelitian saya adalah rangkaian pekerjaan yang memakan waktu yang
lama dari satu langkah ke langkah yang berikutnya di laboratorium. Untuk
mengisi waktu saya menulis draft itu. Saya bukan termasuk mahasiswa
yang getol baca buku teks tapi berkat menulis KonsNuk saya diharuskan
banyak membuka buku teks ataupun catatan kuliah (yang kebanyakan saya
pinjam) untuk melengkapi referensi ilmiah dari novel itu. Kebanyakan
materi mengenai radiokimia dan fisika kuantum yang saya baca saat itu.
Dan justru pada saat itulah semua pengetahuan itu melekat lebih dari
seharusnya. Padahal nilai kedua mata kuliah itu sebelumnya tidak sebaik
yang saya harapkan. Tapi nilai, kan, cuma sekadar angka? Hehe … yah, itu
cuma alasan mahasiswa pemalas saja :p
Apakah ada penulis yang sangat memengaruhi gaya menulis Anda?
James Rollins, Dan Brown, dan Takashi Matsuoka.
Takashi Matsuoka. |
Dari Matsuoka, saya belajar menyusun plot acak seperti puzzle yang nantinya akan disusun sendiri oleh pembaca.
Boleh dong, sedikit berbagi. Apa novel terburuk yang pernah Anda baca?
Twilight.
Pada waktu itu saya mencoba mengikuti tren. Tapi jelas ini hanya soal
selera, dan kebiasaan saya sebelumnya membaca buku dengan gaya yang
berbeda dengan Twilight memberikan kontribusi besar atas penilaian
tersebut. Setelah kejadian itu, saya mencoba untuk menghindari tren dan
membaca apa yang saya perlukan untuk penulisan novel saya. Mengikuti
tren hanya buang-buang waktu.
Ceritakan tentang perjalanan Konspirasi Nuklir diterbitkan Penerbit Tiga Kelana dan secara resmi menjadi karya pertama Anda?
Sampai saat ini saya bangga mengakui bahwa draft KonsNuk diselesaikan lebih dulu ketimbang skripsi, haha …
Setelah
sidang barulah saya melakukan penyuntingan. Saya termasuk beruntung
karena Tiga Kelana yang merupakan imprint dari Tiga Serangkai bersedia
menerbitkan buku ini pada kesempatan pertama. Setelah itu barulah ada
komunikasi intensif dengan editornya.
Dapatkah Anda sedikit bercerita tentang Katastrofa, novel thriller terbaru anda yang diterbitkan Moka Media tahun 2014 kemarin?
Bisa
dibilang Katastrofa adalah proyek ambisius yang dikerjakan setelah saya
bekerja (yang artinya: ada kesibukan utama, penghasilan yang cukup
mapan, dan waktu yang lebih sedikit ketimbang sebelumnya, yang juga
berarti jikapun tidak saya kerjakan, saya bisa tetap hidup). Di tengah
pekerjaan utama, saya menyelipkan waktu untuk menulis Katastrofa karena
saya yakin saya memiliki sesuatu yang layak saya bagikan kepada orang
lain. Format novel hanya medium karena itu yang saya bisa. Andaikan saya
bisa menggambar, mungkin saya akan membuat semacam lukisan atau grafis
yang memuat visi yang sama.
Di
novel yang ini juga saya beruntung karena dihubungi editor Moka Media
bahkan sebelum naskahnya selesai. Setelah saya telusuri ternyata Fisca,
editor Katastrofa, pernah membaca novel pendek berjudul Separuh Dunia
yang saya posting di Facebook beberapa tahun yang lalu. Mungkin
kebetulan itu cuma ilusi, ya, kan?
Secara
cerita, tak ada hubungan antara Katastrofa dan Separuh Dunia, tapi
novel pendek itu saya gunakan sebagai ajang latihan menulis cerita
dengan latar belakang ilmu dan teknologi kebumian. Saya sengaja
mengangkat fenomena kebumian di Indonesia karena latar belakang
pendidikan saya saat mengambil master berhubungan erat dengan hal itu.
Semua pengalaman dan pembelajaran yang saya dapatkan di kampus saya coba
tuangkan dalam bentuk cerita, lagi-lagi karena itulah kebisaan saya.
Saya
harap fenomena dan informasi kebumian yang saya selipkan dalam cerita
bermanfaat bagi pembaca sebagaimana itu telah bermanfaat bagi saya.
Apakah Anda menuliskannya (Katastrofa) selagi sedang bepergian dan bagaimana cara menyelesaikannya?
Seperti
yang saya kemukakan dalam Katastrofa, novel ini menempuh rentang waktu
yang sangat panjang. Salah satunya karena pekerjaan saya menuntut saya
bepergian ke banyak tempat. Sebetulnya rahasianya kenapa saya bisa
menyelesaikannya selagi bepergian karena adanya deadline. Andaikan tidak
ada yang meminta naskah itu, mungkin saya masih tenang-tenang saja
menuliskannya sampai sekarang. Sepertinya deadline memang fondasi dari
semua tatanan hidup penulis :)
Sebutkan film dan serial tv favorit dan akhirnya mempengaruhi penulisan Anda?
Perkenalan saya dengan dunia cerita awalnya dekat ke manga Jepang. Saya sangat menyukai cerita dengan tema-tema suspense dan thriller
semacam Monster atau Death Note. Saya juga menyukai seri Jason Bourne,
dan berharap suatu saat bisa menulis dengan tema yang minimal mendekati
seri itu.
Untuk serial tv, saya suka The Big Bang Theory, sesekali nonton The Family Guy. Entah apakah ini memengaruhi tulisan saya, tapi saya juga menikmati serial The Walking Dead dan Game of Thrones, juga How I Met Your Mother dan Breaking Bad. Jadinya lebih kayak gado-gado, sih :p
Untuk serial tv, saya suka The Big Bang Theory, sesekali nonton The Family Guy. Entah apakah ini memengaruhi tulisan saya, tapi saya juga menikmati serial The Walking Dead dan Game of Thrones, juga How I Met Your Mother dan Breaking Bad. Jadinya lebih kayak gado-gado, sih :p
The Cassandra Compact-nya Ludlum. Saya menyukainya karena tidak
mengawang-awang. Semua penjelasan ilmiahnya sangat logis yang artinya
sangat mungkin terjadi di dunia nyata dalam waktu dekat. Kedekatan
dengan realitas itu membantu kita untuk memahami keterkaitannya dengan
kehidupan sehari-hari. Saya juga menyukai State of Fear-nya Crichton
dengan alasan yang relatif sama.
Mas
Jodhi, saya ingin jadi penulis novel thriller seperti Bond dan Bourne.
Apa yang harus saya lakukan? Ada buku tertentu yang harus saya baca?
Saya
juga masih mencari tahu formula untuk menulis karya-karya fenomenal
seperti itu. Kalau ada yang tahu, tolong kasih tahu saya :)
Apa yang anda pikirkan soal masa depan penerbitan buku Indonesia, dan dampaknya kepada penulis?
Penulis
sangat terbantu oleh banyaknya penerbit yang muncul sekarang ini. Dan
fenomena bahwa banyak penerbit besar yang membuka imprint untuk genre
yang lebih spesifik menebar persaingan yang lebih ketat karena itu
berarti semua penerbit bermain di semua segmen hingga niche terkecil.
Itu membuka pilihan bagi penulis untuk menyodorkan karyanya pada
penerbit yang visi dan misinya sesuai. Tapi tentu saja persaingan yang
ketat menggeser perseteruan tidak lagi hanya berkutat tentang buku yang
bagus, tapi tentang buku yang paling menarik, baik secara kemasan
ataupun presentasinya.
Jujur
saja, selain bersemangat, saya juga sering merasa ketakutan saat
bermain di toko buku. Banyak sekali pesaing yang harus saya hadapi! Hehe
… tapi ya itulah konsekuensinya. Dan saya rasa seleksi alam itu memang
berlaku. Penulis/penerbit buku yang kurang berkualitas akan tergeser
oleh penulis/penerbit yang baik. Ada tren atau fenomena yang terjadi
karena kontroversi, tapi saya rasa itu tidak akan bertahan lama.
Harapan
saya harga buku bisa lebih murah lagi. Saya menitipkan harapan pada
penerbitan buku digital bisa menekan harga agar masyarakat tidak
berpikir terlalu banyak saat ingin membeli buku. Yah, jaman serba mahal
begini, saya khawatir beli buku jadi prioritas ke sekian. Dengan harga
lebih murah, masyarakat bisa menempatkannya di urutan prioritas yang
lebih awal. Semoga.
Saya tetap berharap harga buku fisik juga bisa ditekan melalui kebijakan insentif pajak dari pemerintah atau kebijakan lainnya.
Apa nasihat yang Anda miliki untuk calon penulis?
Saya selalu menasihatkan diri saya agar memperluas spektrum bacaan, meningkatkan frekuensinya, dan disiplin menulis.
Apa yang sedang Anda kerjakan untuk buku berikutnya?
Saya sedang mengerjakan kelanjutan Katastrofa yang sekaligus sebagai kisah pamungkasnya. Masih banyak yang harus saya pelajari.
Setelah itu mungkin saya ingin membikin sesuatu yang agak berbeda. Entah apa. Lah saya ini cuma sekadar kurir :p
Terima kasih atas waktu dan kesempatan mewawancarai mas Jodhi lewat email ini.
Sama-sama. Terima kasih juga atas upayanya untuk mengampanyekan membaca :)
Ps: Kunjungin juga post keren BBI lainnya disini
Ps: Kunjungin juga post keren BBI lainnya disini
Duuh aku jadi pingin baca katastrofa sama konsnuk, bisa beli langsung ke penulisnya ngga ya? *bongkar celengan
ReplyDeleteWow, saya suka penulis yg risetnya sungguh2. Sepertinya buku2 mas Jodhi harus dimasukkan dalam daftar bacaan berikutnya. Thanks atas perkenalannya, Steve.
ReplyDeleteSaya juga kudu memasukkan dua buku ini ke WL. Semoga semakin banyak penulis-penulis kayak mas Jodhi ini di Indonesia.
ReplyDeleteLangsung masukin katastrofa ke wishlist deh. Keren deh wawancaranya sama Mas Jodhi. Semoga penulis2 indonesia makin berjaya dan menjadi tuan rumah :D
ReplyDeleteAku udah baca semua bukunya Jodhi ini, kece semua.
ReplyDeleteGimana nggak kece coba, semua ilmu yang dipelajari (di kimia), dituangkan dalam novel-novelnya.
Oya, selain nulis novel sains, ada juga buku-buku pelajaran Kimia yang ditulisnya loh... :))