Kali ini kita akan menjumpai tuan rumah Let Me Tell You a Story. Penasaran seperti apa keseruan menjadi blogger buku. Yuk langsung saja kita ikuti bersama di bawah ini.
Hai salam kenal ya mbak Lina. Blog bukunya bagus. Ringkas dan berisi. Terima kasih sudah menyempatkan berbagi disini.
Soal pertama. Bukan. Pertanyaan awal untuk mbak Lina. Mengapa blog bukunya diberi nama Let Me Tell You a Story?
Let Me Tell You a Story itu artinya Akan Kuceritakan Sebuah Kisah Untukmu. Karena saat kita mereview buku, berarti kita juga menceritakan kisah atau cerita yang ada dalam buku tersebut kepada para pembaca blog kita. Biasa style aku (bahasanya kekerenan yah, pakai style #abaikan) dalam mereview, awalnya aku menceritakan dulu ringkasan atau garis besar cerita dalam buku, selanjutnya opini aku akan buku tersebut. Whether it’s good or bad.
Kak aku mau banget bisa rajin ngereview buku. Apa aja tips buat mengulas sebuah buku?
Sejujurnya dalam mereview aku ini punya kebiasaan jelek, yaitu suka tergantung mood, hehehe. Yang pasti kalau buku yang aku baca itu rasanya menyenangkan, mereviewnya juga semangat. Sebaliknya kalau bukunya bikin jengkel, pasti bakal banyak aku cela deh.
Untuk tips mereview sebuah buku, tetap usahakan jujur yaitu tulis apa yang kita rasakan mengenai buku tersebut, kalau kita suka, tuliskan alasan kita suka. Misal karakternya realistis, plotnya tidak terduga, dll. Sebaliknya, kalau kita nggak suka, tulis juga mengapa kita tidak suka, jadi sekalian bisa kasih feedback untuk pengarangnya juga (seandainya mereka baca review kita). Dan yang pasti tidak ada review yang objektif, karena semua balik ke selera. Bisa jadi buku A bagus untuk orang lain tapi aku justru tidak suka dan sebaliknya.
Dari 1-5 bintang. Apa sih yang membuat sebuah novel berhak mendapat 5 bintang? Sebutin dong judul-judul yang beruntung mendapat 5 bintang itu?
Ada kutipan yang bilang semakin banyak jenis buku yang kita baca (genrenya), umumnya semakin pelit seseorang kasih bintang 5. Aku setuju sama pendapat ini, karena semakin omni seseorang, biasanya dia akan mencari bacaan yang dapat membuatnya merasakan satu feel baru. (omnireader - lihat kamu termasuk jenis pembaca seperti apa disini, red)
Kalau kriteria bintang 5 aku:
1. Page turner alias tidak membosankan dan sukses membuat aku sulit meletakkan buku tersebut karena aku terus dibuat merasa penasaran sama ceritanya.
2. Emosinya para karakter dalam buku dapat ikut aku rasakan juga. Saat mereka takut, sedih, marah, kecewa, senang, dll.
3. Ending yang pas, apakah sad or happy ending aku tidak masalah kalau memang pas dengan kebutuhan jalan ceritanya. Yang pasti jangan sampai endingnya malah anti-klimaks atau terkesan maksa.
Kalau untuk judul-judul buku yang aku kasih bintang 5, boleh cek di blog, ada di sidebar. Sudah aku tag buku-buku yang aku kasih bintang 5.
Mbak Lina, aku pengen baca Unwind. Amankah untuk dibaca (katanya gore gimana gitu) ? Terus ada novel scifi yang recommended enggak?
Let Me Tell You a Story itu artinya Akan Kuceritakan Sebuah Kisah Untukmu. Karena saat kita mereview buku, berarti kita juga menceritakan kisah atau cerita yang ada dalam buku tersebut kepada para pembaca blog kita. Biasa style aku (bahasanya kekerenan yah, pakai style #abaikan) dalam mereview, awalnya aku menceritakan dulu ringkasan atau garis besar cerita dalam buku, selanjutnya opini aku akan buku tersebut. Whether it’s good or bad.
Kak aku mau banget bisa rajin ngereview buku. Apa aja tips buat mengulas sebuah buku?
Sejujurnya dalam mereview aku ini punya kebiasaan jelek, yaitu suka tergantung mood, hehehe. Yang pasti kalau buku yang aku baca itu rasanya menyenangkan, mereviewnya juga semangat. Sebaliknya kalau bukunya bikin jengkel, pasti bakal banyak aku cela deh.
Untuk tips mereview sebuah buku, tetap usahakan jujur yaitu tulis apa yang kita rasakan mengenai buku tersebut, kalau kita suka, tuliskan alasan kita suka. Misal karakternya realistis, plotnya tidak terduga, dll. Sebaliknya, kalau kita nggak suka, tulis juga mengapa kita tidak suka, jadi sekalian bisa kasih feedback untuk pengarangnya juga (seandainya mereka baca review kita). Dan yang pasti tidak ada review yang objektif, karena semua balik ke selera. Bisa jadi buku A bagus untuk orang lain tapi aku justru tidak suka dan sebaliknya.
Dari 1-5 bintang. Apa sih yang membuat sebuah novel berhak mendapat 5 bintang? Sebutin dong judul-judul yang beruntung mendapat 5 bintang itu?
Ada kutipan yang bilang semakin banyak jenis buku yang kita baca (genrenya), umumnya semakin pelit seseorang kasih bintang 5. Aku setuju sama pendapat ini, karena semakin omni seseorang, biasanya dia akan mencari bacaan yang dapat membuatnya merasakan satu feel baru. (omnireader - lihat kamu termasuk jenis pembaca seperti apa disini, red)
Kalau kriteria bintang 5 aku:
1. Page turner alias tidak membosankan dan sukses membuat aku sulit meletakkan buku tersebut karena aku terus dibuat merasa penasaran sama ceritanya.
2. Emosinya para karakter dalam buku dapat ikut aku rasakan juga. Saat mereka takut, sedih, marah, kecewa, senang, dll.
3. Ending yang pas, apakah sad or happy ending aku tidak masalah kalau memang pas dengan kebutuhan jalan ceritanya. Yang pasti jangan sampai endingnya malah anti-klimaks atau terkesan maksa.
Kalau untuk judul-judul buku yang aku kasih bintang 5, boleh cek di blog, ada di sidebar. Sudah aku tag buku-buku yang aku kasih bintang 5.
Mbak Lina, aku pengen baca Unwind. Amankah untuk dibaca (katanya gore gimana gitu) ? Terus ada novel scifi yang recommended enggak?
Menurut aku Unwind sama sekali tidak gore, karena bukunya lebih ke drama sosial kemanusiaan dan misteri, jangan biarkan cover Unwind menipu, hehehe. Novel macam Demonatanya Darren Shan dan seri post apocalypsenya Susan Ee, Angelfall baru layak disebut gore dan sadis.
Pokoknya aku rekomen banget baca Unwind (aku kasih novel dystopia ini 5 bintang lho) karena Unwind itu adalah suatu perdebatan sosial mengenai kelompok pro-life (penentang aborsi) vs pro-choice (mereka yang setuju aborsi) yang dibuat dalam bentuk novel fiksi fantasi dengan tambahan masalah perdagangan organ tubuh manusia. Pengarangnya juga tidak sembarangan waktu mengangkat tema kontroversial ini karena Neal Shusterman riset dulu sebelum dan sewaktu menulis cerita ini.
Kalau untuk novel sci-fi aku tidak bisa bantu karena aku jarang banget baca sci-fi (maksud aku belum kesampaian baca novel yang benar-benar sangat scifi). Maaf ^_^
Apa sih bedanya sci-fi fantasy sama jenis fantasy yang lainnya? Dan kenapa tertarik dengan science fiction fantasy? @asysyifaahs
Sebenarnya, aku agak kurang mampu kalau untuk pembahasan masalah genre, karena aku merasa genre yang aku baca masih kurang banyak. Setahu aku, sci-fi (science fiction atau fiksi ilmiah) lebih menekankan pada unsur teknologinya, sering settingnya futuristic, ruang angkasa, pokoknya ilmiah deh.
Kalau fantasy sebenarnya pengertiannya luas. Sci-fi menurut aku masih termasuk fantasy tapi fantasy tidak selalu sci-fi. Untuk aku pribadi, fantasy itu sesuatu yang butuh lebih dari sekedar imajinasi saat membayangkannya karena hal tersebut tidak ada di dunia nyata. Yah macam sihir, mahkuk-mahluk mitologi, kerajaan antah berantah kan harus pakai imajinasi khayalan untuk membayangkannya :D
Pernahkah blogger buku merasa tiba-tiba bosen baca buku setelah estafet baca dan review buku sekaligus? Solusinya gimana? @evizaid
Kejenuhan atau bosan itu pasti ada, apalagi kita tidak memakai waktu kita hanya untuk membaca, karena ada saatnya kita bekerja, kuliah dan aktivitas lain. Pasti ada kalanya kita merasa lelah dengan aktivitas tersebut yang ngaruh ke mood membaca. Belum lagi kalau ada distraksi macam nonton youtube, main sosmed, main games di android, ini bikin urusan baca jadi melempem karena banyak ditunda untuk hal-hal lain, gampangnya pengalihan.
Kalau aku sedang jenuh atau bosan membaca, biasanya aku suka nonton film, misal mau baca buku bergenre romance, aku suka nonton film-film comedy-romantis supaya timbul mood bacanya. Mau baca high fantasy, coba pancing dulu moodnya dengan nonton Lord of The Ring atau The Hobbit. Hehehe.
Terakhir baca buku apa? Bisa dibagikan kesan yang didapat saat membaca buku tersebut?
Terakhir baca buku anak-anak Fortunately, The Milk karangan Neil Gaiman. Kesan tentang bukunya absurd tapi fun, hehehe. Tapi karena bukunya tipis sekali dan ceritanya terasa “ngasal” sebenarnya tidak banyak meninggalkan kesan sih. Heheheh.
Kalau sekarang lagi baca novel dystopia The Giver, sejauh ini cukup enjoy.
Apa harapan kamu untuk BBI ke depannya?
Harapan nggak muluk sih. Untuk BBI jabodetabek pengen lebih banyak acara offline macam kopdar karena Jabodetabek punya banyak anggota tapi jarang banget kopdar. Tapi aku paham sih, secara setiap orang punya kesibukan masing-masing.
Kalau harapan untuk BBI secara umum, semoga bisa membantu agar masyarakat Indonesia punya lebih banyak minat baca. Aku merasa orang Indonesia yang suka buku dan baca itu masih langka. Aku bilang begini, karena di keluargaku dan lingkungan pergaulan, cuma aku saja yang suka baca dan beli buku.
Pertanyaan yang betul-betul terakhir. Boleh minta rekomendasi novel fantasy dan scifi yang harus dibeli pembaca setia blog BBI?
Kalau untuk rekomendasi ini, menurutku sebenarnya balik ke selera masing-masing. Sukanya yang genre apa dan jenis cerita macam apa. Tapi kalau untuk fantasy, kayaknya seperti sayur tanpa garam yah kalau belum baca macam Harry Potter, The Lord of The Ring, The Hobbit. #SaranKlise
Terima kasih atas kesempatan dan waktunya. Semoga resensinya selalu mendapat tempat di hati pencinta buku Indonesia.
Terima kasih juga, Steven. Pertanyaannya menyenangkan :D
Ps: Kunjungin juga post keren BBI lainnya disini
No comments:
Post a Comment