100 Hari Keliling Indonesia.
oleh Tim 100 HKI.
Diterbitkan 2015 oleh Penerbit BIP.
Buku yang mengisahkan perjalanan Ramon Y Tungka dan tim 100 Hari Keliling Indonesia adalah bacaan wajib penikmat perjalanan maupun siapa saja yang cinta akan Indonesia. FYI 100 Hari Keliling Indonesia lahir dari Kompas TV yang dikenal sebagai stasiun televisi yang rajin mengangkat keindahan Indonesia. Program ini secara rutin menemani pemirsa untuk menjelajahi Indonesia dan mengulik segala keragaman yang ditemui. Hingga kemudian program ini hadir dalam format buku, lengkap sudah pencapaian yang dibuat tim 100HKI. Satu hal yang layak untuk diapresiasi karena buku ini melengkapi dokumentasi video yang telah digarap dengan baik. Buku ini akan mampu (setidaknya) menangkap apa saja yang berada di benak para aktor di balik program 100HKI.
100 Hari Keliling Indonesia yang digarap dengan baik oleh tim 100HKI memuat seluk beluk perjalanan tim dalam menjelajahi nusantara. Dimulai dari perjalanan ke bagian barat yaitu pulau Sumatra hingga tim dapat kembali ke "rumah" Jakarta. Disini tiap bagian ditulis oleh punggawa tim 100 HKI. Tidak seperti buku traveling pada umumnya, disini kita akan diajak melihat secara gamblang baik buruk Indonesia. Menjadi tugas media untuk sepatutnya dalam hal ini, televisi tidak hanya mewartakan sisi baik Indonesia. Dan hal ini dilakukan tim dengan baik lewat medium program dokumenter 100 HKI di Kompas TV dan akhirnya dapat dibukukan lewat penerbit BIP.
Beberapa highlight yang menarik dari buku ini dapat kita dapati di bagian Sumatra. Disini tim 100 HKI melakukan penjelajahan budaya. Mereka menjumpai kekayaan kuliner Indonesia yang tersohor di dunia sekaligus menapak tilas jejak sejarah Indonesia yang mulai terlupakan. Salah satu cerita yang menggugah pembaca adalah keteladanan seorang bule yang lebih Indonesia ketimbang orang asli Indonesia. Cerita ini bisa kita temukan di "Perempuan Jerman & Lelaki Tionghoa dengan Indonesia di Hatinya" Tim 100 HKI bertemu dan melihat kiprah Annete yang cinta mati pada Danau Toba. Dia sangat serius menangani lingkungan dengan impian keindahan Toba tetap dapat dinikmati anak cucu.
"Tak perlu lahir di bumi pertiwi untuk menjadi Indonesia yang sejati. Karena mencintai negeri ini dapat dimulai dengan melakukan hal-hal kecil tetapi membawa perubahan yang berarti." - Fraya Wowiling.
Laju deforestasi yang mengkhawatirkan menjadi highlight perjalanan 100 HKI di Kalimantan. Catatan yang ditulis tim 100 HKI akan membuka mata masyarakat awam tentang kondisi riil Indonesia di bagian perbatasan. Bukankah kemandirian adalah salah satu yang diteriakkan oleh pemimpin yang bertarung setiap pemilihan umum? Namun amat disayangkan, kemandirian bangsa yang tercermin dari pemenuhan kebutuhan hidup dan pendidikan belum didapat masyarakat yang ada di tapal batas Indonesia dan Malaysia. Kekisruhan yang meruak setiap hari diantara para elit. Sementara masyarakat awam kesulitan mendapati pangan yang terjangkau. Apakah para elit masih sempat memikirkan nasib sanak saudara kita yang berada di Nunukan, Kalimantan Utara. Selain itu tim 100 HKI mengajak kita semua bertualang menyusuri alam Kalimantan. Lewat narasi yang memukau kita dapat mengetahui bagaimana potret alam Borneo yang memiriskan hati. Kita seakan diajukan sebuah pertanyaan. Bagaimana kelak keadaan alam Kalimantan akibat deforestasi hutan dalam beberapa dekade mendatang? (sebagai pelengkap saya merekomendasikan Anda untuk menonton dokumenter yang dibintangi aktor kenamaan Harrison Ford, "Years of Living Dangerously")
Setiap bab perjalanan ditulis oleh personil 100 HKI. Lewat penceriteraan yang memikat, kita seakan mengikuti perjalanan yang dilakukan. Di akhir bab, kita akan mendapati catatan khusus yang ditulis baik oleh host Ramon Tungka dan lainnya. Disini kita akan sadar bahwa perjalanan keliling Indonesia bukanlah hal yang mudah. Semuanya merupakan hasil kerja keras dan komitmen luar biasa yang ditunjukkan anggota tim. Tidak perlu berkecil hati karena buku ini dibanderol cukup mahal untuk buku sejenis. Selain pengalaman yang luar biasa tersebut, kita akan dimanjakan dengan potret-potret perjalanan.
Adalah hal yang baik ketika kita ingin melihat lebih dekat potret Indonesia. Dan buku ini adalah salah satu cara untuk melakukannya.
penasaran nih sama ceritanya
ReplyDelete