Wednesday, 25 February 2015

Soal Tokoh Utama


Bulan ini tema Opini Bareng BBI adalah tentang karakter tokoh utama.





Bagaimana karakter tokoh utama yang ideal menurutmu?



Setiap kisah atau cerita awalnya disusun lewat fondasi sebuah tema besar dan setting. Di dalamnya kemudian penulis akan memasukkan seorang tokoh atau boleh tiga atau empat. Dari antara beberapa tokoh yang diciptakan, sang kreator akan memilih (dia punya otoritas mutlak disini) siapa tokoh utama dalam kisah yang ingin dia ciptakan. Semuanya bisa saja saja mendapat kehormatan-penghargaan menjadi tokoh utama. Pada umumnya secara tidak sadar ketika ide datang tanpa permisi, mengapung bebas di benak penulis dan mengkristal menjadi gejolak hasrat yang menggebu-gebu hingga meledak tumpah ruah di selembar kertas kosong. Ide itu sudah berjodoh dengan sang tokoh utama. Dia yang menjadi titik sentral dari alam semesta cerita yang akan digubah penulis. Jadi maaf saja, karakter tersebut bisa berlagak sambil membusungkan dada memandang enteng sahabat karib yang juga singgah mengambil tempat di benak si penulis. Hal demikian pastilah sudah banyak diketahui banyak pembaca buku.

Terus apa gunanya opini yang dituliskan disini? Saya ingin menjawab dulu sebelum yang lain datang. Maksudku karakter pendamping/pelengkap datang dari casting di sebelah kios Fujifilm yang dipenuhi ibu-ibu mengantri di bangku panjang orange. Berdasarkan ilmu yang entah darimana, karakter utama yang ideal seperti apa wujudnya tidak saya temukan. Setiap karakter akan punya segudang kelebihan, sedikit kelemahan sehingga dialah yang disebut sang tokoh atau superhero. 
Penulis buku yang kembali melejt berkat novel detektif.


J.K.Rowling aka Roberth Galbraith menurut saya berhasil membuat karakter utama yang ideal. Menurut saya Cormoran Strike adalah sosok yang ideal. Dia tidak digambarkan dengan begitu memukau. Tidak hiperbolis dengan kemampuan menerawang isi tembok misalnya. Detektif partikelir yang satu ini membuat saya bisa menikmati Ulat Sutra & Dekut Burung Kukuk hingga lembar terakhir. Dia mampu membuat pembaca merasa simpati sekaligus geram dengan tindak tanduknya. Jadi disini karakter yang ideal berdasarkan pengalaman membaca yang masih cetek ini adalah tokoh yang suka membaca buku. Ups bukan itu. Seseorang yang dibuat oleh pengarang seriil mungkin dengan segala keberadaannya hinga sanggup membuat pembaca merasa dekat dengan tokoh tersebut. Bersimpati dan menempatkan perhatiannya pada lika-liku konflik yang harus dihadapinya. 
Cormoran Strike
Senyata apa? Pasti itu pertanyaanmu. Satu hal yang pasti tokoh Cormoran memiliki kekurangan sekaligus punya kelebihan. Kekurangan fisik membuat dia tak leluasa untuk bertindak di kala tertentu. Dia juga punya luka masa lalu. Sisi ini selalu membuat investigasinya terkadang agak kabur. Satu kata yang kuharap bisa lebih baik menjelaskannya CS adalah karakter yang membumi. Namun ada yang lebih bagus dibandingkan satu cerita dengan satu tokoh utama. Menurutku kalau itu saja bisa membuat cerita yang bagus. Apalagi kalau dalam satu cerita ada banyak tokoh utama. Dapat kamu bayangkan kalau semua tokoh utama itu saling berkelit menghindar dan membuat siasat untuk mencapai sebuah tujuan (goal). Jadi dengan satu cerita penulis seolah memaksa pembaca untuk silakan ikuti ceritaku dan pilih salah satu dari sekian tokoh utama yang kuciptakan. Pasti akan jauh lebih menantang dan menarik untuk pembaca ikuti. Satu hal yang pasti akan sulit diwujudkan jika format ini digunakan dalam bentuk satu novel lepas. Biasanya penulis akan memilih jalur aman dengan membuat ceritanya lebih dari 1 buku. Apabila kehendak dan kepiawaiannya sanggup menciptakan resep ajaib diatas maka pembaca akan disuguhi dengan novel berseri. Entah pembaca sudah enek atau makin penasaran cerita rekaan si pengarang.



Apa contohnya? Pasti hal ini yang ada di benakmu sekarang. Saya mendapatinya di novel high fantasy. Dimana hampir semua tokoh yang ada menurut saya adalah karakter utama. Bukan bermaksud promosi. Seri A Song of Ice and Fire memberikan pengalaman yang berbeda dengan memberikan pembaca ketegangan mengikuti perjalanan masing-masing tokoh. Semua tokoh yang ada di novel ini saya rasa penting. Semua memiliki karakter yang unik, motif mendapat kekuasaan yang berlainan. Entah apa yang ada di benak pengarang. Konon banyak pembaca yang patah hati & terluka sedih sejadi-jadinya sebab tokoh favoritnya dihabisi dengan dingin lewat rangkaian cerita yang ditulisnya. 
Game of Thrones
Sebelum mengakhiri OpBar kali ini ijinkan saya mengambil kesimpulan sementara. Sementara cerita dengan banyak tokoh utama akan jauh menantang dan menarik pembaca. Belum tentu hal yang sama dirasakan pembaca lain. Mungkin ada yang menyenangi satu cerita dengan fokus satu tokoh utama. Baginya cerita yang sederhana jauh lebih menyenangkan tinimbang mengikuti cerita yang belibet seperti benang kasur. Semuanya kembali kepada selera pembaca. Sebab kamulah yang memutuskan untuk membeli dan membaca buku. Termasuk menengok tulisan opini bareng Februari di blog buku Haremi.

No comments:

Post a Comment