Thursday, 8 October 2015

Ulasan Buku Tuhan Pasti Ahli Matematika oleh Hadi Susanto


Tuhan Pasti Ahli Matematika
Ditulis oleh Hadi Susanto.
Diterbitkan Bentang Pustaka, Agustus 2015.


Tuhan Pasti Ahli Matematika! merupakan refleksi akan kecintaan penulis terhadap Tuhan, kehidupan, dan ilmu yang dimilikinya. Ditulis dengan ringkas dan mengena, setiap bab memiliki nilai atau esensi yang dengan mudah dapat diterima pembaca. Hadi Susanto, Associate Professor in Aplied Mathematics di University of Essex, UK menuliskan berbagai hal dengan sebuah tema besar, "Matematika adalah titik sentral dari kehidupan". Ilmu ini digambarkan dengan sangat menarik. Oleh tulisannya yang menghanyutkan, saya merasakan matematika adalah hal yang mengasyikan.

Dibagi dalam 4 bab utama. Segala tentang Matematika merupakan pemanasan yang bagus untuk pembaca. Diawal buku ini penulis bercerita panjang lebar soal ilmu matematika dalam kehidupannya. Awal mula perkenalannya dengan matematika dapat dibaca di Matematika adalah Puisi. Penulis mengungkapkan banyak teman barunya yang terheran sebab selain ahli dalam matematika, dirinya juga dekat dengan dunia seni. Hadi Susanto mengaku beruntung sejak kecil sudah jatuh cinta dengan matematika dan puisi.

"Sebenarnya matematika sangat dekat hubungannya dengan rasa. Untuk bisa menikmati dan menghargai matematika, tidak hanya diperlukan logika, tetapi juga perasaan, seperti halnya seni dan sastra." (hal 18-19).


Ada lagi kritik membangun dari penulis. Di Bahasa Keren penulis menerangkan adanya persamaan matematika yang mampu meramalkan punahnya sebuah bahasa tutur. Berdasarkan pengamatan penulis, baik orang desa maupun orang kota di Indonesia sama-sama tidak percaya diri dengan bahasa mereka. Orang desa dewasa ini makin meninggalkan bahasa ibunya, dengan mengajarkan kosa kata bahasa Indonesia kepada anak-anaknya. Sementara itu orang kota pun semakin banyak mencampuradukkan bahasa asing dalam percakapan sehari-hari.

"Sayangnya, alasan mereka (orang desa) bukan karena kepraktisan atau semacamnya, tetapi lebih karena ingin meniru orang kota yang mereka pandang lebih keren. Lucunya, orang kota yang diiri oleh orang desa ternyata sebenarnya minder denga bahasa Indonesia mereka. Tiap waktu semakin banyak dari mereka yang berusaha untuk bicara dalam bahasa asing. - Mereka tidak tahu kalau orang pintar itu justru mereka yang bisa berbicara dalam beberapa bahasa dengan baik, tanpa mencampuradukkan antara satu bahasa dan yang lainnya." -Hadi Susanto.

Saya ingat. Fenomena ini masuk termasuk salah satu lawakan dalam pertunjukan Stand-up Comedy Pandji Pragiwaksono. Dia bercerita saat makan di sebuah tempat mendengar obrolan dua wanita muda. "Kita mau makan di inside atau outside?" tanya salah seorang wanita kepada temannya. Dan ini entah yang akan bikin kita tersenyum lebar atau ikut prihatin. Si wanita kemudian menanyakan apakah kursi di meja Pandji boleh dipakai. Perhatikan baik-baik yang diucapkan si wanita ini. "Ekusmi, kursi disini ada yang pakai?" tanya si wanita.
(kira-kira begitu percakapannya) Alih-alih Excuse me, E-K-U-S-M-I yang diucapkan ketimbang bilang permisi.

Aplikasi-aplikasi matematika dalam kehidupan sehari-hari ditulis dengan renyah di bab Terapan Matematika. Soal jangan terlalu serius dengan matematika. Mengulas Ig Nobel Prize yang memiliki moto "Tertawa dahulu, berpikir kemudian" ditulis dalam Berpikir Dahulu, (Mungkin) Tertawa Kemudian. Di bab ini ada satu artikel yang paling menggugah saya. Coba baca Kalkulus Persahabatan.

Tulisan-tulisan yang berkaitan dengan dunia akademis dituangkan dalam bab Pendidikan Matematika. Banyak sharing bermanfaat dari penulis. Bacalah Jurusan Favorit dan KKN. Buat kamu atau punya teman yang merasa salah ambil jurusan saat kuliah, baiknya membaca Salah Jurusan. Baik kamu yang sedang berada di bangku sekolah atau kuliah ada banyak pelajaran yang dapat dipetik dari buku ini. Terakhir, penulis juga banyak bercerita tentang perjalanan hidupnya mulai dari awal masuk sekolah dasar dalam bab Cerita Kehidupan. Inspirasi dan motivasi untuk maju niscaya dapat diambil pembaca. 


Menutup tulisan ini, saya mengapresiasi penerbitan buku ini. Semoga kedepan akan ada banyak buku-buku terbitan Bentang seperti ini. Ada begitu banyak diaspora Indonesia yang berada di seluruh dunia. Andaikata maksimal 10% dari kaum diaspora mau menuliskan pengalaman hidupnya, kesan saat berada di lingkungan profesional mereka, setidaknya berbagi hal positif tentu akan menjadi sebuah hal yang positif bagi generasi muda Indonesia.

No comments:

Post a Comment