Thursday, 15 February 2018

Milea: Suara Dari Dilan

Milea: Suara Dari DilanMilea: Suara Dari Dilan by Pidi Baiq
My rating: 4 of 5 stars

Akhirnya selesai baca trilogi Dilan, nggak tahu kalau taun depan terbit lagi. Hehehe.

Ya, baca buku Dilan 91 memang bikin nyesek. Gua akuin itu. Tapi setelah mengambil jeda panjang (setengah harian kurang sih, kalo diitung), saya buka buku bersampul abu-abu itu dan langsung termangut-mangut lihat prakata ((prakata)) dari si empunya cerita.

Iya nggak bisa juga dong, ngelihat cuman dari satu sisi aja. Kita butuh dua sisi pandang biar lebih tahu sesuatu dengan lebih clear.

Di sini Dilan, bercerita soal kehidupannya. Melengkapi dan memparipurnakan cerita yang sudah kita semua baca di dua seri awal. (bikin Rangkulan maya)

Sejujurnya saya menikmati aja, apa aja yang Ayah tulis disini. Soal masa kecil Dilan yang menggemazkan. Terus. Kenalan sama Milea. Dsb.

Jatuhnya, aku jadi bisa memaklumi dan setidaknya melihat cerita mereka dengan lebih baik.

Aman nih gua pikir.

Sebelum memasuki sepersekian akhir buku ini ditulis.

Man...

Tapi. Nggak separah efek yang dikasih sama Dilan 91 memang. Jadih lebih adem aja gitu. (Meski sudah diinfokan bakal lebih baper dari yang sebelumnya. Baper ultimate istilahnya. Makanya sebelum baca cuci kaki, doa, terus, nggak-ngak, saya cuman lebih antisipasi aja, dalam hati gitu).

Saya setuju sama yang Kang Adi bilang. -eh bukan woii.-

Biarlah semua ini menjadi sebuah pelajaran. Apapun itu ambil hikmahnya.

Kesimpulannya apa Steven?

Iqra. Bacalahh..

View all my reviews

No comments:

Post a Comment