Saturday, 18 July 2015

Review Buku Indiepreneur oleh @pandji

Apakah seorang pekarya bisa hidup dari karyanya?


Indiepreneur
Penerbit Bentang Pustaka
Cetakan pertama, Juni 2015. 


Belakangan ini, saya mulai menyadari bahwa kita adalah bangsa yang budaya berkaryanya diubah menjadi budaya bekerja.

Kita kekurangan orang-orang yang punya semangat entrepreneurial. Kita kehilangan orang-orang yang berani memulai dari nol daripada melakukan pengulangan; yang bisa mencari jawaban daripada menghafal jawaban; yang berani ambil risiko, bukan yang sekadar cari aman; yang memiliki visi sendiri, bukan mengikuti visi orang lain atau perusahaan tempat dia bekerja. Kita kekurangan orang-orang yang berkarya.

Saya menulis buku ini untuk membantu menepis keraguan para pekarya. Mereka tak perlu lagi khawatir bahwa karyanya akan dibajak atau bingung cara apa yang paling tepat untuk memasarkan karya terbarunya. Melalui lima tahun penuh eksperimen sebagai pekarya sekaligus pebisnis, saya menemukan formula yang luar biasa efektif: Free Lunch Method dan The Great Eight (G8-8). Formula yang akan membuat kita mampu memenangkan persaingan dan merebut hati para penikmat karya.


Pandji Pragiwaksono,
Pekarya



Buku-buku Pandji Pragiwaksono selalu menarik untuk dibaca. Kali ini Pandji menerbitkan buku yang membahas perjalanan dirinya sebagai creativepreneur di Indonesia. Berbekal pengalamannya berada di empat industri berbeda membuat buku ini bukan sekedar buku motivasi atau tips & trik jual diri biar beken. Indiepreneur akan membuka mata kebanyakan orang yang meremehkan seorang seniman atau pekarya bisa hidup dari karyanya. Dengan narasi yang kuat dan ngena banget, Pandji menceritakan ide-idenya mulai dari bagaimana dewasa ini teknologi menjadi senjata sekaligus musuh pekarya, membuat karya yang hebat hingga kolaborasi bareng brand yang saling menguntungkan. Penguasaan hal diatas setidaknya akan membuka jalan pekarya untuk dapat terus sustain di industrinya.


"Membangun antusiasme adalah kunci dari penjualan yang baik." - Pandji Pragiwaksono 

Seperti biasa, di bukunya Pandji selalu mengajak pembaca untuk memasuki sebuah pemikiran yang beda. Lihat saja desain sampulnya. Penulis seolah mengajak para pembaca (pekarya) untuk keluar dari pemikiran usang kekhawatiran akan pembajakan dan pilihan promosi yang tepat dalam memasarkan sebuah karya. FREE LUNCH METHOD yakni Freemium, Community Building, Online Activation dan Great Eight (Gr8-8). Kedua hal tersebut adalah titik sentral yang dibagikan Pandji di #Indiepreneur. Lewat pengalaman dan pengamatannya berkarir selama ini Pandji mencoba membagikan sebuah jalan (atau setidaknya jawaban) dari pertanyaan klasik berikut, apakah seseorang bisa hidup dari karyanya?.

Membaca buku ini juga membuat kita akan lebih sadar untuk menghargai sebuah karya. Satu hal yang pasti penulis tanpa ragu membuka isi dapurnya. Sesuatu yang pasti jarang dilakukan pekarya lain. Pada akhirnya apa yang diutarakan panjang lebar Pandji tak lain untuk mengajak para pekarya untuk optimis. Bersikap optimis bahwa ada jalan untuk mereka bisa eksis dan mewarnai kehidupan banyak orang dengan karyanya. Bahkan membangun dampak positif bagi banyak orang dan mengubah dunia. "Jangan cuma nuntut doang, tapi nggak berbuat. Bikin karya sebisa kita." kata Pandji yang terekam di kumpulan gagasan Menjadi Indonesia "Surat dari dan untuk pemimpin" terbitan Tempo Institute. Indiepreneur merupakan salah satu buku wajib untuk dibaca para pekarya yang ingin maju dan tentu saja dapat hidup layak dari kerja kreatifnya.


1 comment:

  1. Wah buku yang sma besar gizinya seperti bukunya yoris. Hanya penuturan review yang ini kok g selengkap biasanya. Jdi sy belum merasa ngena utk membeli buku ini.. 😀

    ReplyDelete