Saturday, 19 July 2014

Biografi Robin Van Persie

Perjalanan hidup bak Roller Coaster RVP



Judul: Biografi Robin Van Persie
Penulis: Andy Llyod-Williams
Penerjemah: Dieni Purwandari & Iryani Syahrir
Editor: Iryani Syahrir
Tahun terbit: Februari 2014
Penerbit: @Phoenix_Press


Baru saja perhelatan akbar Piala Dunia 2014 berakhir namun ingatan fan sepakbola akan selalu mengingat aksi striker timnas Belanda yang meraih juara ketiga. Aksi gemilangnya ketika meruntuhkan permainan tiki-taka juara bertahan Piala Dunia 2010, Spanyol dengan skor 5-1. RVP panggilannya, mengaku pada laga ini mencetak gol terbaik sepanjang karirnya. Menyambut umpan lambung Daley Blind ke kotak penalti, van Persie melentingkan badannya untuk menyundul bola melewati kepala Iker Casillas. Harian Bola menulis Robin van Persie adalah seorang striker kawakan dengan skill mumpuni yang belum habis ketajamannya meski telah menginjak usia 30 tahun. Dia adalah pembunuh berdarah dingin di kotak penalti lawan. Selain cepat, kepala dan kedua kakinya ampuh dalam mencetak gol.

"Inilah tipe gol yang hanya terjadi sekali seumur hidup." -RVP


Kesempatan membaca buku ini sangat pas ketika saat ini RVP telah menjadi seorang bintang, 26 gol yang diciptakan di musim debut bersama Manchester United (MU) membuat dirinya berhasil membuktikan kapasitasnya sekaligus hasrat meraih tropi juara. Di Timnas Belanda pun saat ini pelatih sudah mempercayakan dirinya untuk menjadi kapten tim. Perjalanan Tim Orange tidak lepas dari hubungan positif sang pelatih dan dirinya yang menular ke seluruh tim, hal ini berdampak luar biasa meski belum mampu meraih trofi Piala Dunia. Kita tentunya penasaran bagaimana perjalanan karir pria kelahiran Rotterdam untuk mencapai posisinya sekarang, apa saja transformasi kehidupan yang terjadi sehingga dirinya menjadi pemain yang berkelas dunia? jawabannya ada di buku ini.

Andy Llyod-Williams berhasil menuliskan biografi Robin Van Persie dengan baik. Ketika membaca halaman-halaman awal buku ini, sang penulis membawa pembaca mengenal lebih dekat sosok ini dengan tulisan yang mengalir. Di setiap bab kita akan disuguhi cerita bak drama kehidupan yang juga dirasakan orang setiap hari. Fase demi fase kehidupannya baik di level klub dan tim nasional diceritakan dengan menarik. Komentar atau pernyataan yang melengkapi cerita membuat kita lebih paham akan realita yang terjadi. Membaca buku ini semakin lengkap dengan detail yang mengagumkan. Lewat tulisannya kita diajak berimajinasi tentang keriuhan selebrasi ketika RVP mencetak gol, bagaimana alotnya pertandingan yang dijalani.

Di bagian awal buku ini penulis menceritakan bagaimana awal karir Robin van Persie di Belanda. Lahir di wilayah Kralingen, sebelah timur Rotterdam pada tanggal 6 Agustus 1983 dari keluarga seniman membuat pemikirannya berbeda dengan pemain lainnya. Kreativitasnya di lapangan kemudian hari yang membuktikan hal tersebut. Tekad kuat dan semangatnya diasah melalui bermain sepakbola "pemenang terus bermain" di jalanan Kralingen. Bermain di Excelsio yang berarti maju dan naik, begitupun dengan karirnya kelak. Robin muda kemudian mendapat debut menawan di klub papan atas Liga Belanda, Feyenoord. Prestasinya diganjar penghargaan pemain muda terbaik KNVB. 


van Persie muda (ketiga dari kiri)

Namun sifatnya yang temperamental membuat banyak masalah di awal karirnya, mulai dari kesalahpahaman dengan pelatih, diberi cap sombong dan kritik pedas dari bintang tim, Pierre van Hooijdonk (juga saat PD 14 Brasil). Di musim awal bermain dia mengecap manisnya juara UEFA ketika mengalahkan Borussia Dortmund 3-2. Kenangan kelam juga diterimanya kala dipulangkan van Marwijk dari persiapan tim menjelang pertandingan Piala Super UEFA. Perlakuan sadis hooligans Ajax turut menorehkan tinta merah di karir gemilangnya.

"Sikap cerdas dibutuhkan di lapangan untuk memenangkan pertandingan besar." - Arsene Wenger (Manager Arsenal)

Sang profesor, Arsene Wenger.
Di bab kedua penulis menceritakan transisi yang sukses dijalani Robin van Persie di musim pertamanya di Liga Inggris. Di tahun 2004, pemain berusia 20 tahun hijrah ke Inggris dengan nilai transfer sebesar 2,75 juta pounds terasa kecil dibandingkan dengan nilai transfer raksasa Wayne Rooney yang dibayar MU. Sang manager Arsenal, Arsene Wenger yang membangun tim baru berisikan pemain muda bertalenta kemudian menjadi sosok paling penting bersama pelatih timnas Belanda, Marco van Basten dalam perkembangan karir RVP. Berperan ganda sebagai pelatih dan ayah, Wenger memberikan ketegasan, disiplin, serta bimbingan memoles bintang muda ini menjadi pemain yang lebih matang. Van Basten berhasil membawa bintang muda ini masuk ke tim dan membuktikan dirinya layak bermain di sekumpulan bintang sepakbola. Meskipun bukan pilihan utama sang pelatih di klub barunya, kompatriot asal Belanda yang juga legenda Arsenal, Dennis Bergkamp adalah inspirasi sekaligus batu loncatan karir van Persie. Dia mengaku banyak menyerap pelajaran dari "The Non Flyng Dutchman". Awal karir yang gemilang bagi seorang pemain muda dengan raihan Piala UEFA & Piala FA.

Bab berikutnya menceritakan drama kehidupan pemain muda ini. kehidupan yang berubah membuat tekanan yang cukup besar bagi pemain muda ini. RVP menempatkan dirinya berada di dalam sebuah kontroversi, hampir semua orang merasa bahwa karir sepakbolanya yang baru seumur jagung akan tamat. Liburan musim panas dihabiskan di penjara Belanda, akibat kasus dugaan pemerkosaan atas seorang gadis muda kala berlibur bersama 2 orang temannya di sebuah apartemen. Kehidupan rumah tangganya dengan gadis keturunan Maroko, Bouchra Elbali tergoncang hebat akibat pengakuan dirinya yang berselingkuh dengan gadis muda tersebut. Untungnya Bouchra seorang wanita yang tegar dan tetap bertahan, dirinya bukan termasuk gadis-gadis yang berambisi menjadi WAG (Wife and Girlfriend). Lolos dari keretakan rumah tangga namun dia jatuh dalam jebakan seseorang yang ingin sekali menjadi WAG ketika dia bertemu dengan Sandar Boma Krijgsman.
Van Persie dan sang istri, Bouchra Elbali

Bab selanjutnya penulis menceritakan kelanjutan karir RVP yang tetap didukung oleh Arsenal. Dirinya harus cepat move on ketika memasuki musim 2005/06, Meski ditinggal sang kapten Patrick Vieira, Arsene Wenger tetap percaya akan potensi tim muda. Publisitas negatif dari media sangat mengkhawatirkan perkembangan sang bintang muda. Penulis menceritakan kerjasama antara Arsene Wenger dan van Basten untuk melindungi pemain ketika berlaga di pentas internasional. Sebagai bagian dari perjanjian RVP tidak boleh menghadiri sesi wawancara dengan awak media. Di usia 22 tahun, setelah melewati kesulitan hidup ini dukungan kedua manager tersebut sangat bernilai untuk kelanjutan karirnya.


Perlahan demi perlahan mental dan karakter pemain belanda ini berubah ketika menjadi seorang ayah, namun dia tetap belum menjadi starter. Terbukti saat laga final Liga Champion tahun 2006, dirinya tidak dimasukkan dalam permainan. Mengingat bentrokan lawan Barcelona di Paris, RVP mengungkapkan kesedihannya karena tidak dapat tampil. Kartu merah kiper memaksa Arsene Wenger berpikir panjang untuk memainkan pemain bertipe menyerang. 

"Final di Paris sangat mengecewakan. Saya tahu kalau saya tidak akan bermain sejak awal, tetapi saya yakin saya akan masuk di babak kedua -- tetapi kartu merah untuk Jens Lehmann merusak semuanya." (hal 155)
Di Bab 5, penulis menceritakan perjalanan RVP di Piala Dunia pertamanya. Tentang gol pertamanya di pentas 4 tahunan. Saat itu Piala dunia 2006, dirinya beruntung bisa masuk tim. Ulasan persiapan hingga matchday yang menarik untuk disimak, fokus cerita pada persaingannya dengan rekan setim Arjen Robben dan duet bersama bintang Prancis, Thierry Henry di klub.

"Di Arsenal dan bersama van Basten saya belajar bermain dengan cepat dan sederhana, saya mendapatkan pelajaran yang bagus tentang bekerja sama dengan cepat dalam sepakbola. Saya mulai memberikan umpan kepada para penyerang lain dan memberikan ruang bagi para pemain tengah kami. Bermain di Arsenal dan bekerja sama dengan van Basten merupakan dua hal paling penting dalam karier saya." (hal. 212-123)

"Dia diberi pesan yang jelas untuk "dewasa atau hengkang" dan pesan tegas seperti itulah yang selama ini dibutuhkan oleh pemain muda hebat yang suka melawan ini." (hal 122)

Kisah di buku ini berlanjut hingga perjalanan RVP harus memikul tanggung jawab menjadi kapten tim Arsenal membawa skuad muda mengarungi musim kompetisi yang panjang. Rintangan dalam karirnya berupa kondisi fisik yang tidak mumpuni, berulang kali diterpa cedera membuatnya harus absen cukup lama membela klub. Road to final di Piala Dunia 2010 yang dibumbui dengan sejumlah kontroversi. Isu perpecahan tim kala itu menerpa skuat Belanda. Media mengungkapkan bahwa ada keretakan hubungan antara van Persie dengan Wesley Sneijder. Selain itu Timnas Belanda dikritik bermain jauh dari "Total Football" yang selama ini menjadi ciri khasnya. Gaya bermain cenderung keras diperagakan Belanda di Afrika Selatan. Kegagalan Timnas Belanda meraih gelar juara membuat RVP merasa bahwa lebih baik bermain pragmatis untuk menang, ketimbang bermain cantik tanpa kemenangan seperti di Arsenal. Di balik sisi gemerlap menjadi pemain bintang, RVP bersama istrinya juga suka beramal. Kedua pasangan mendonasikan pendapatannya lewat yayasan SOS Children.

Timnas Belanda asuhan van Marwijk lebih mirip tim hibrida -- memiliki kekuatan yang besar dengan sikap yang kejam, tetapi memiliki beberapa pemain istimewa untuk mengganti gaya permainan jika situasi mengijinkan. (hal.304)

Di akhir buku ini penulis mengulas kepindahannya baru-baru ini di klub Sir Alex Fergusson. MU berhasil mendapatkan striker Belanda ini di masa emasnya, dan berhasil meraih gelar juara Liga Inggris ke 20. Persis seperti nomor punggung yang dipilih oleh RVP. Lepas dari keunggulan buku ini, terdapat sedikit catatan bahwa Edgar Davids dikirim pulang dari tim saat pergelaran Piala Eropa 1996. (hal 235)

Proses perjalanan sang striker dari bintang muda paling berbakat hingga menjadi seorang striker haus gol dapat kita cermati di Biografi Robin Van Persie. Buku ini merupakan bacaan wajib bagi para penggemar berat sosok Robin Van Persie dan timnas Belanda. Selamat membaca.

No comments:

Post a Comment